DySam (After Marriage) [Sele...

By DAPU49

1.3M 115K 11.9K

[Sequel Possessive Samudera] (Disarankan untuk membaca Possessive Samudera terlebih dahulu biar bisa nyambung... More

DySam (bacotan author)
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
[Hiatus]
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
53
54
55
56
57
👉👈
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
Hai
Cerita Baru!!!
Cerita Baru!!!

52

13.4K 1.2K 102
By DAPU49

"Assalamu'alaikum kesayangan-kesayangannya ayah!" Sam mengecup pipi Dyba dan Rion.

Dyba tersenyum, ia balik mengecup pipi Sam. "Waalaikumsalam ayah."

Saat akan merebahkan tubuhnya Dyba langsung memekik. "Mandi dulu Sam!"

Sam mengerucutkan bibirnya, ia mencium Rion sekilas dulu kemudian langsung berjalan ke kamar mandi.

Dyba menggeleng-gelengkan kepalanya kemudian menatap buah hatinya lagi. "Apa sayang?" tanya Dyba saat Rion membuka-buka mulutnya. Dyba bersyukur karena ia sudah pernah membantu merawat keponakannya yang sekarang tinggal di Belanda. Dengan begitu setidaknya ia punya pengalaman jadi tidak susah untuk merawat Rion. Untungnya jagoan kecilnya juga tidak rewel.

Aroma wangi Sam langsung menguar saat lelaki itu baru saja keluar dari kamar mandi. Dengan handuk yang masih basah di lehernya dan boxer hitam yang membalut tubuhnya. Tetesan air di dada Sam membuat Dyba meneguk ludahnya sendiri.

"Ngiler kamu yang?"

Dyba gelagapan, ia langsung mengalihkan tatapannya dan berpura-pura berbicara kepada Rion. "Apa jagoan?"

Sam terkekeh, ia mengelap dadanya terlebih dahulu kemudian meletakkan handuk di atas sofa kamar. Ia langsung berbaring di sebelah kanan Rion kemudian menciumi jagoan kecilnya. "Wangi anak kecil emang gak pernah salah," gumamnya sambil menghirup aroma tubuh Rion.

"Bang Agam gimana Sam?"

"Ya nikah lah, gak mungkin dia buntingin terus gak tanggung jawab."

Memang sepertinya nasib baik tidak berlaku untuk Agam. Kemarin ia baru bercerita tentang kejadiannya tiba-tiba langsung mendapat pukulan di bahunya. Entah datang dari mana Sam, lelaki itu langsung menyeret Agam ke halaman belakang.

"Jadi, kamu gak punya sekretaris lagi?"

"Angel masih mau kerja katanya, ya udah sebagai adik ipar yang baik aku iyain aja. Lagian gimana bisa coba bang Agam bisa teleng terus ngehamilin anak orang? Dia yang bilangin aku jangan pernah ngerusak anak orang, lah dia sendiri yang malah ngehamilin anak orang. Pantesan beberapa minggu belakangan, oh iya waktu Rion habis lahir terus aku kerja nah di situ Angel pucat banget, ternyata gara-gara kelakuan abang ku sendiri."

"Bang Agam kayaknya stress gara-gara pacarnya yang dulu udah jadi istri orang deh."

Sam mengangguk. "Mungkin aja sih. Ah biarin lah, urusan dia itu. Besok kita ke rumah mama, kita nginap di sana karena bang Agam nikah tiga hari lagi."

Mata Dyba membuat. "Cepet banget!"

"Ya mau gimana Dy, dari pada hamil nya tambah gede."

Sam memeluk tubuh Rion dari samping, rasanya setiap saat ia ingin memeluk jagoannya ini, aroma tubuh Rion yang membuat Sam tenang. "Dedek kamu kecil terus aja ya, ayah belum siap sama kenakalan-kenakalan kamu nantinya."

Dyba tersenyum, ia mengusap-usap rambut Sam. "Kamu mau anak kamu jadi kayak Upin Ipin yang gak lulus-lulus TK gitu? Gak tumbuh-tumbuh rambutnya, gak tinggi-tinggi."

Sam berdecak. "Aku tuh kalau dia dah gede takut gak bisa jadi ayah yang baik Dy."

"Jadi suami yang baik aja kamu bisa, masa jadi ayah yang baik enggak?"

Sam menatap Dyba, kemudian menatap Rion yang sudah memejamkan matanya. Sam menghela nafas panjang, ia membawa tubuh Rion ke gendongannya kemudian menidurkan tubuh mungil itu ke box bayinya.

Dyba mengerutkan alisnya, jarang sekali Sam meletakkan Rion di sana. Dan benar saja, setelah Sam mencium Rion Sam langsung berlari dan menubruk tubuh Dyba. Sam tertidur di atas Dyba dengan tangan yang melingkar erat di pinggang Dyba.

"Kenapa sayang?" tanya Dyba sambil mengelus punggung telanjang Sam.

Sam mengendus leher Dyba. "Gak tau, aku kayak belum siap aja kalau Rion gede. Denger cerita bang Agam buat aku takut kalau entar Rion salah pergaulan. Ya kalau dia dapat cewek yang baik kayak bundanya ini, kalau enggak gimana? Kita memang bukan keluarga yang islamiah banget Dy, tapi aku gak mau anak aku celap-celup ke cewek gitu aja."

Dyba mengangguk, ia paham pemikiran Sam. "Tau kenapa aku ngambil jurusan psikologi?"

Sam menggeleng. "Kenapa?"

"Biar aku bisa mengenali diri aku dan keluarga aku, terutama anak-anak aku nantinya. Perubahan perilaku mereka bisa aku awasin, hanya mengawasi bukan mengekang. Kalau kamu gagal sebagai ayah, berarti aku juga gagal sebagai ibu. Dan gak ada orang tua yang mau gagal, jadi tugas kita hanya mengawasi mereka supaya gak terjerumus ke hal-hal yang kayak gitu."

Sam mengangkat kepalanya dari leher Dyba. Ah seberuntung itu Sam memiliki pasangan hidup seperti Dyba. Mungkin, kalau dia tidak bersama wanita ini, hidupnya masih berantakan. Tangan Sam mengelus pipi Dyba. "Kenapa Allah baik banget ngasih aku pasangan hidup sesempurna kamu sih Dy?"

Dyba mengecup bibir Sam sekilas. "Aku bukan wanita sempurna, aku hanya berusaha agar jadi ibu dan istri yang baik aja. Jaga anak kita bareng-bareng ya, jangan jadi strict parent, tapi jangan juga jadi orang tua yang bebasin anaknya secara cuma-cuma. Kita bakalan belajar seiring perkembangan Rion nantinya."

Dyba tersentak saat air mata mengalir dari sudut mata Sam. "Sam, kenapa? Jangan nangis atuh," ucap Dyba sambil mengelus air mata Sam.

Sam menurunkan kepalanya, kepalanya ia letakkan di tengah-tengah dada Dyba. "Gak tau, aku pengen nangis Dy."

Dyba terkekeh. "Kayaknya tanda-tanda mau IMS nih."

Sam menggelengkan kepalanya. "Gak tau aku, mau nangis, mau teriak!"

"Semenjak nikah sama kamu akhirnya aku tau loh kalau cowok juga punya masa-masa kayak pms, padahal kayaknya kamu selama kita pacaran mah biasa aja."

"Aku aja gak tau ada IMS."

"IMS atau Irritable Male Syndrome. Berdasarkan According to NCBI (National Center for Biotechnology Information), IMS didefinisikan sebagai keadaan hipersensitivitas, frustrasi, kecemasan, dan kemarahan yang terjadi pada pria dan dikaitkan dengan perubahan biokimiawi, fluktuasi hormon, stres, dan hilangnya identitas pria."

Sam mengangkat kembali kepalanya saat Dyba membacakan dengan lancarnya informasi itu. Saat melihat Dyba yang tengah memegang ponselnya Sam berdecak, kemudian kembali menelungkupkan kepalanya. "Aku kira kamu hafal di luar kepala Dy."

Dyba tertawa pelan. "Otak aku sekarang mah isinya cuma popok nya Rion, pelajaran-pelajaran mah udah lupa."

"Dyba ...."

"Kenapa ganteng?"

"Mau bobok, ngantuk."

"Ya udah, tidur aja sayang."

Sam menggelengkan kepalanya. "Mau susu Dy."

"Ya udah awas biar aku bikinin susu dulu," ucap Dyba sambil mendorong tubuh Sam.

Lingkaran tangan Sam di pinggang Dyba semakin menguat. "Suruh mbak Ana aja yang bikinin, aku mau meluk kamu."

Dyba memutar bola matanya, ia kemudian menelfon mbak Ana. "Dasar manja," cibir Dyba saat ia sudah selesai menelfon dengan mbak Ana.

"Dy ...."

"Apa lagi Sam yang ganteng?"

"Mau buat dedek untuk Rion kapan lagi? Gak mungkin kan kita cuma punya satu anak?"

Dyba mencubit pinggang Sam. "Rion bahkan baru mau masuk dua bulan Samudera! Jangan ngadi-ngadi deh jadi bapak."

Sam mengangkat kepalanya dari dada Dyba, ia menatap istrinya dengan bibir yang dimajukan. "Kan aku nanyanya kapan, bukan berarti aku mau sekarang."

"Nunggu Rion dah gede, minimal tiga tahun lah baru dia bisa punya adek lagi. Aku gak mau sampai Rion kesundulan sama adeknya nanti, dia masih butuh ASI sama perhatian kita."

"Dy, anak kita dua aja ya?"

Dyba menunduk, ia menatap Sam dengan heran. "Kenapa? Biasanya suami orang pada minta anak yang banyak, sebelas katanya biar jadi pemain sepak bola, atau malah dua belas."

Sam menggeleng, sebelum ia menurunkan kepalanya lagi ia menunjukan daster bagian atas Dyba hingga dada bagian atas Dyba terbuka, setelah itu ia langsung merebahkan kepalanya lagi. "Aku gak tega Dy liat kamu lahiran gitu. Pasti sakit rasanya, apalagi pas itunya kamu dijahit, ih aku bayanginnya sakit sendiri. Kalau bisa satu anak aja aku bakalan cuma mau satu karena gak tega sama kamu, tapi aku butuh dua kalau bisa sepasang gitu biar rumah gak sepi."

"Ya tapi kan udah kewajiban aku itu Sam."

Sam menggeleng dengan tegas. "Pokoknya gak boleh, cukup dua aja. Aku gak tega dan gak mau liat kamu kesakitan. Kalau bisa aku yang lahirin atau aku yang dapat sakitnya aku ikhlas kok, tapi waktu liat kamu yang kayak gitu aku gak bisa Dy."

Dyba mencium rambut Sam. "Tu es le meilleur mari, chanceux je t'ai eu, je t'aime."

***

Sampai jumpa di part selanjutnya
(❁´◡'❁)

Jangan lupa vote dan comment
Terima kasih yang udah mau baca, vote, dan comment ceritaku ♡♡

08 Januari 2021

Continue Reading

You'll Also Like

3M 301K 44
Jasmine itu gadis lemah lembut dan tertutup. Namun berbeda dengan pandangan Aleo dan teman-temannya, yang menganggap Jasmine hanya sok alim. Semua b...
1.9M 116K 50
"Sini aku peluk," Menceritakan tentang kisah Clarissa Putri Valentine dan Revan Megantara Putra. Dua sejoli yang sekelas dan masih menduduki bangku S...
7.7K 387 15
❗️PART SUDAH TIDAK LENGKAP❗️ [HER BADBOY HUSBAND SEASON 2] Pernikahan bukanlah sebuah akhir, tetapi awal dari segalanya. Akankah kehidupan rumah tang...
1.5M 132K 61
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...