Sir-ius? [Completed]

Por slvnt1

144K 16.8K 2.1K

Feeds instagram yang hanya berisi potret langit dan segala pernak-pernik cakrawala itu membuat Nadir mencurig... Más

1. Mr. Radi
2. Skywatcher
3. Feeling
4. Second
5. Emotion
6. Go Home
7. Trusted
8. Mine
9. As Director
10. Why?
11. Choose
12. GoPotato
13. Suara kesal Nadir
14. Show you something
15. Astro Room
16. Halu
17. Jealous
18. Nginjek sepatu
19. Hujan
20. I'm not your daddy
21. Sibuk
22. Menye-nangkan
[Trailer] Sirius?
23. Paparazzi
24. No. I'm not.
25. Little Things
26. Maps
27. Punishment
28. Come to you
29. Talk
30. finish without start
32. You should go
33. This is real
34. Dinner
35. Dessert
36. Sampah
37. Ily
38. Semangat
EPILOG

31. Pukulan Telak

2.8K 412 55
Por slvnt1


Cuitan diatas tidak berlaku untuk Radi di part ini😩

Tetap tpwk, gais🤗

===

Kain dengan motif polkadot itu terhempas ke lantai. Membuat Nadir misuh-misuh karena kehilangan kehangatannya.

"Bangun, woy!"

Nadir membuka sedikit, melirik pelaku yang menganggu tidurnya. "Ish! Alarm gue belum bunyi, kali!" balasnya sambil menenggelamkan wajah di bantal.

"Belum bunyi, matamu!"

Nadir melirik jam wekernya yang ada dinakas, mengingat sesuatu, lalu beringsut duduk. "Hehe iya lupa, udah mati jamnya," katanya tak tau diri.

Deo mendengus. Mengambil guling yang tergeletak di lantai, melemparnya pada muka bantal Nadir. Lalu keluar begitu saja dari kamar adiknya.

Kan, kan! Begitu punya abang cowok. Nyebelinnya kurang asem emang!

===

Rasanya, bertengkar dengan sosok Ibu lebih sering daripada dengan Ayah.

Itu yang Nadir alami. Gadis bungsu itu lebih sering diem-dieman dengan Santi, Ibunya.

Masalah remeh temeh dari A-Z rasanya selalu ada yang diributin. Apalagi untuk perdebatan semalam yang sudah termasuk kategori big. Jelas diem-dieman antara Ibu dan anak itu juga makin hebat.

Nadir meneguk air mineral dari gelas yang sudah disiapkan Ibunya. Ya, walaupun sedang diem-dieman, tapi Santi tetap memenuhi kebutuhan anaknya.

Suara berisik Deo, membuat Nadir menoleh. Pantas saja abangnya itu bisa leha-leha, rupanya dia sedang bebas tugas karena kedatangan satu pria yang sedang sibuk dengan smartphone-nya. Tubagus.

Dulu, Nadir senang kalo diantar oleh Bang Tebe. Secara, Tubagus lebih keren kemana-mana dibanding Deo. Tapi setelah mengetahui masalah Bang Tebe dan Kak Lyra, Nadir malah jadi tidak sesemangat dulu.

Ia malah lebih nyaman diantar Deo, tapi juga tidak mungkin menolak ajakan Tubagus.

Setelah menyalimi tangan kedua orang tuanya, serta saling melet-melatan sama Deo, Nadir akhirnya diantar Tubagus ke sekolah.

"Nanti chat Abang kalo pulang, Abang jemput lagi." Tubagus berteriak di balik helm-nya.

Nadir balas berteriak, "gak usah, Bang! Pulang sendiri aja."

Tubagus hanya melirik Nadir dari spion, kemudian kembali fokus ke jalanan.

Tidak ada lagi percakapan sampai akhirnya tiba di sekolah.

"Hati-hati." Nadir melambaikan tangan, lalu masuk ke area sekolah.

Sementara itu, di dalam mobil, Siska yang menyaksikan gerak-gerik Nadir tampak terlihat kesal. "Dianterin siapa itu anak? Punya apa sih, sampe hidupnya bisa dikelilingi cowok-cowok good looking gitu?"

Siska, perempuan yang sudah rapi dengan tampilan formalnya itu, merasa aneh saat pria yang mengantar Nadir tidak meninggalkan area sekolah. Ia masih duduk di motornya. Seperti menunggu seseorang.

"Hah?" Siska kaget saat Radi berhenti di depan pria yang mengantar Nadir.

Siska jelas tidak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan, namun ia bisa melihat ada hal yang tidak biasa.

Jelas, ada yang gak beres. Gue harus cari tau. Batin Siska.

===

Setelah menyapa Pak Ijo dengan klakson, Radi lanjut memasuki area parkir. Namun ia terpaksa berhenti saat melihat seseorang.

"Mr. Radi," sapa Tubagus dari motornya.

Radi melirik ke kiri, dimana motor Tubagus terparkir disana. Menaikan satu alisnya seakan bertanya, ngapain lo disini?

"Gue tau, gue brengsek karena udah ngerusak kakak lo."

Radi mendengus. "Basi! Selama sekarang Lyra baik-baik aja, gue akan lagi bahas masalah itu."

Keduanya masih duduk diatas motor.

"Gue denger, lo benci banget sama gue. Tapi lo gak pernah punya kesempatan ketemu sama gue. Lyra takut gue ketemu sama lo, karena katanya, kalo kita ketemu, you'll kill me. But, sampe sekarang lo udah tau gue pun, bahkan lo gak pernah mukul gue. Kenapa? Berubah pikiran lo?"

Radi melepas helm-nya. Menatap kekasih kakaknya, sekaligus saudara dari gadis bernama Nadir itu. "Males. Lo kotor." 

Tubagus tertawa mengejek. "Kita sama kotornya, kalo lo juga niat balas dendam ke gue. Lo berubah pikiran, buat gak ngabisin gue, karena lo punya taktik lain kan?"

Radi mengernyit. "Sorry?"

"Oke. Berenti basa-basi. Kalo lo mikir, lo bisa balas dendam lewat Nadir. Lo salah, sampai kapanpun gue gak pernah ngebiarin lo ngerusak adek gue. Taktik lo, bisa gue baca."

Gantian Radi yang tertawa mengejek. "Oh, gue ngerti. Lo mikir gue bisa ngabisin lo lewat cara lain, selain dari nendang muka lo yang bajingan itu? Lewat Nadir misalnya, gitu?"

"Jangan deketin Nadir, kalo niat lo buat bales dendam. Gue lebih siap duel sama lo, daripada lo nyentuh Nadir." Tubagus menatap tajam Radi.

Radi menggeleng. "Gue gak pernah mikir sepicik itu. Sebenci apapun gue sama lo, tapi gue gak ada niat buat bales dendam. Kalopun gue mau, gue lebih milih ngabisi lo, dari pada bales dendam lewat Nadir, atau siapapun."

"Gue gak akan percaya, sebelum lo bener-bener jauhin Nadir. Gue udah denger semuanya dari tante Santi. Berani-beraninya lo pulangin Nadir malem-malem, sampe ada gosip tentang dia."

Radi turun, memilih untuk bersandar di motornya itu. "Gue tau lo udah anggap dia adek sendiri. Dan, sekarang lo tau kan gimana rasanya ngekhawatirin sodara perempuan lo? Man, dulu gue juga ada di posisi lo. Bahkan khawatir gue lebih akut daripada yang lo rasain sekarang."

Radi tersenyum sinis. "Gue penasaran, gimana perasaan lo, kalo misalnya gue memperlakukan Nadir sebagaimana lo dulu memperlakukan Lyra. Bukan karena balas dendam, Man. Tapi karena gue emang suka dan butuh. Itukan alasan lo dulu ngerusak Lyra? You like and you need her."

Tubagus berdesis, turun dari motornya. "Anjing, lo!"

Bugh...

Seketika helm full face milik Tubagus mendarat di kepala Radi, disuaul satu pukulan bersarang di rahang Radi. Tubagus hendak melayangkan kembali tinjunya, namun kalah cepat dengan tendangan Radi pada perutnya yang menyebabkan cowok itu terhempas menabrak motornya hingga motor itu ikut oleng dan jatuh.

Keributan itu membuat siswi yang baru datang histeris seketika menyaksikan gurunya adu jotos dengan seorang pria tak dikenal.

Pak Ijo langsung menghampiri keduanya, berusaha melerai.

"Astagfirullah!" ucap Pak Ijo sambil membantu Tubagus berdiri. Beberapa siswa yang lain membantu mengangkat kembali motor Tubagus yang tergeletak.

Radi menatap Tubagus tajam. Mengusir pria itu lewat tatapan mata.

Sementara Tubagus mendengus sambil menepuk baju bagian perutnya. Tergambar jelas pria itu belum puas menghajar Radi. Terlihat uratnya yang merentang di bagian pelipis. Namun tepukan Pak Ijo di bahunya membuat Tubagus sadar, ini bukan tempat yang pas untuk menghajar Radi, ia juga tidak ingin Nadir tau kejadian ini.

Setelah memakai helm, Tubagus menyalakan motornya yang sedikit lecet itu. Lalu pergi meninggalkan area sekolah.

Radi mengangkat tangannya saat Pak Ijo hendak bertanya. "Saya baik-baik aja, Pak."

Walau tak yakin, tapi Pak Ijo mengangguk saja.

"Yo! Bubar anak-anak! Itu cewek-cewek ngapain malah nongkrong disitu! Sana masuk kelas!" teriak Pak Ijo yang seketika membubarkan masa.

Radi memarkirkan motor di tempatnya, ketika kemudian satu motor ikut terparkir di sampingnya.

Dasita bersiul. "Good mor... Anjir!"

Dia kaget saat melihat pelipis rekannya itu yang mengeluarkan darah, belum lagi rahangnya yang lebam.

"Kenapa lo?" tanya Dasita heboh.

Belum Radi menjawab pertanyaan Dasita. Seseorang lebih heboh menghampiri Radi.

"Ya ampun, Pak Radi!" Siska memegang lengan Radi memperhatikan wajah pria itu.

"Ayok ke UKS. Saya obatin!" Siska menarik lengan Radi.

Namun Radi menolaknya pelan. Menatap malas perempuan itu. Mood-nya semakin ancur. "Thank you. I can handle my self," balasnya lalu pergi.

Siska syok ditolak seperti itu. Sementara Dasita malah ingin tertawa namun ditahan.

===

Tubagus bukan tokoh baru, ya.
Dia muncul di part-part awal kok.
Semoga kalian masih inget sama Abang satu ini dan masalahnya✨

Btw, udah mau setaun, tapi ini kisah belum kelar-kelar😭
Goals nya tuh akhir taun cerita ini tamat, biar tahun depan bikin cerita baru.
Tapi kenapa susah banget😭

27 Desember 2020

Seguir leyendo

También te gustarán

528K 39.9K 52
Kiran Mahesa, bujang lapuk yang ditinggal nikah oleh para adiknya. Diusia nya yang menginjak 32 tahun, dia sudah kebal digosipin disana sini. Dia ngg...
316K 16.5K 47
Sekuel 'Rude Beautiful Girl' Saling mencintai tidak cukup menjadi alasan rumah tangga berjalan bahagia. Pasti selalu saja ada masalah yang menguji ci...
Mistake ✓ Por PERSONA

Novela Juvenil

17.1K 1.4K 27
Anila refleks memejam kala cowok beralis tipis itu menyejajarkan wajah, embusan napas dapat dia rasakan. Kerongkongannya semakin tandus, oksigen suli...
5.5M 321K 66
''Miss, kenapa aku merasa jelek pagi ini?'' What?? Pertanyaan apa tuh?? Kenapa anak TK udah nanya yang susah gini? Miss aja nggak tau kenapa Miss bel...