|26|. Penjelasan Dan Akhir Penderitaan

26 6 0
                                    

Happy Reading!!!

Setelah pertemuan antara Lincy dan 'mantan' suaminya, sekarang Lincy lebih sering mengurung dirinya dalam kamar. Bintang dan Bulan pun dibuat bingung dengan tinggahnya yang tiba-tiba menjadi pendiam.

Sekarang pun Bulan hanya bekerja setengah hari di cafe, Bulan harus membantu Bintang untuk menjaga Lincy.

Pukul 14:45 siang.
Bintang dan Bulan sedang duduk di sofa depan teve. Mereka duduk melamun, sesekali Bulan menatap ke arah pintu kamar Lincy. Dia sedih, Lincy hanya keluar untuk ke kamar mandi, makan dan sholat.

Bulan menyalkan teve, "Bunda udah makan?". Bintang menggeleng.

"Sebenarnya Bunda itu kenapa sih?. Kok sekarang jadi sering ngurung diri di kamar?", Bulan meraih gelas yang ada di meja, "sebelumnya Bunda pernah kaya gini, Bin?".

Bintang menggeleng lemah, "enggak pernah, Kak. Ini baru pertama kali. Bintang juga sedih, kenapa sikap Bunda bisa berubah jadi pendiam". Bulan mengusap punggung Bintang dengan lembut, "yabg sabar ya. Lo enggak sendirian, ada gue", ucap Bulan tersenyum.

"Iya, Kak. Terimaksih".

Mereka berdua kembali diam, Bulan kembali menatap teve. Sedangkan Bintang diam mendengarkan percakapan yang keluar dari sound teve.

"Gue mau nambah air minum, lo mau nitip gak, Bin?", tawar Bulan.
Bintang menggeleng, Bulan pun pergi ke dapur.

Tok!Tok!Tok!

Bintang menolehkan kepala ke arah pintu depan, ada tamu?.
"Kak, ada tamu" ucap Bintang pada Bulan. Bulan yang ada di dapur pun menoleh, setelah gelasnya terisi penuh. Bulan berjalan ke arah pintu depan.

Ceklek!

Setelah pintu terbuka, Bulan mengeluarkan kepalanya. "Ya, mau cari sia- Pap-pa!?".

***

"Jadi, apa maksud dari kedatangan Pak Alex dan Ibu Meninda?", tanya Lincy kepada kedua tamu yang duduk hadapannya.

Bukan hanya Lincy yang terkejut atas kedatangan Alex, tentu saja Bulan juga ikut terkejut dengan kedatangan papa nya. Bagaimana bisa papanya menemukan dirinya disini?.

Jangan lupakan, siapa itu papamu Bulan.

Alex mengangkat kepalanya, netranya dipusatkan pada wajah cantik milik Lincy.
"Saya ingin menjemput Bulan", Alex mengambil napas, "dan juga kamu, Lincy".

Lincy yang mendengarnya hanya mampu tersenyum kecut. Dia masih belum bisa menerima keadaan yang terjadi.

"Apa hubungan Papa dengan Bunda. Bukan!. Tante Lincy?", Bulan membuka suara setelah lama membisu.

"Dia ibu kamu, Bulan", jawab Alex tersenyum memandang putrinya.

"Apa!?", Bulan menatap Lincy tidak percaya.

"Bintang. Ternyata dia putrimu?, dimana ayahnya?. Saya belum pernah milihatnya". Tanya Alex sambil mengedarkan pandangan ke segala penjuru rumah Lincy.

"Ayahnya ada dihadapan saya".

Alex terkejut, Melinda tidak percaya.

"Saya pergi dari rumah saat saya mengandung Bintang 2 minggu. Katakanlah saya egois, tetapi saya juga butuh bahagia. Bukankah begitu, Mah?". Jawab Lincy tenang.

"Bun, ini ada apa?. Papanya Kak Bulan, ayahnya Bintang?. Bintang sama Bintang saudara kandung?", tanya Bintang.

Lincy tidak mejawab pertanyan putrinya, dia kembali menatap Alex dan mantan ibu mertuanya.

"Saya tidak begitu menyesal, Mas. Karna pada akhirnya saya mendapatkan kebahagiaan itu. Dan untuk Bulan, maafkan Mama karena dulu meninggalkan kamu. Coba saja Mama bertahan lebih lama di istana itu", Lincy merawang jauh. Membayangkan bagaimana jika dia bertahan di rumah itu lebih lama.

"Saya memulai hidup dari 0 bersama Bintang. Saya bahagia saat pertama kali mendengar Bintang menyebut saya Bunda. Namun kebahaginan itu tidak terlalu lama, sampai pada suatu saat. Bintang kehilangan pengelihatannya karena kecelakaan. Itu yang membuat saya sedih".

Alex marah, dia merasa gagal sebagai suami maupun gagal sebagai ayah. Namun penyesalan tidak akan pernah berujung.

"Lincy, maafkan saya dan juga Mamah saya. Saya yang tidak mengerti bagaimana keadaanmu saat meniggalkan rumah. Saya mesal tidak bisa menemukanmu dengan cepat", Alex meneteskan air matanya.

"Saya. Saya ingin, kita memulai semua kebahagian ini dari awal. Lincy, ikutlah dengan saya, kita kembali kerumah itu. Bintang juga ikut".

Lincy memandang Alex dengan tatapan kosong, apakan keputusan yang ia ambil ini benar atau salah. Bulan, dia menangis tersedu-sedu. Sudah cukup berat beban yang dia pikul, apa dia bisa melewati cobaan ini dengan baik?.

Bintang, entah bagaimana perasaannnya. Dia baru saja mengetahui sesuatu yang selama ini dia cari. Dia menagis dengan diam.
Melinda, dia menatap semua orang yang ada di ruangan kecil ini. Pantaskah dia disalahkan atas semua kejadian ini?.

"Bagaimana, Lincy. Kita mulai semua dari awal?", tanya Alex.

Lincy menatap Bulan dan Bintang bergantian, "semoga keputusan saya tidak salah".

.
.
.
.
.

~END~


~joejoe

Samudra, Bulan dan BintangWhere stories live. Discover now