|24|. Seseorang Di Masa Lalu

11 4 0
                                    

Happy Reading!!

"Siapa ya?" Tanya Lincy pada orang miaterius yang dari tadi ia perhatikan gerak-geriknya. Pasalnya sejak Lincy membuka gorden jendela rumah selepas dia melaksanakan sholat subuh. Dia melihat presensi laki-laki memakai pakaian serba hitam yang bersembunyi di balik pohon mangga yang ada di depan rumah.

Lincy takut jika orang memiliki niat buruk kepada keluarganya. Aneh saja pagi-pagi buta seperti ini sudah ada tamu yang.... ya bisa dilihat dari pakaiannya serba hitam seperti itu, orang yang melihatnya pasti akan curiga, begitu pula dengan Lincy.

Baru dua langkah Lincy berjalan mendekati orang yang sedaritadi bersembunyi dibalik pohon mangga, sepertinya orang itu mengetahui keberadaan Lincy dan pergi begitu saja, Lincy yang kaget tentu saja ingin berlari dan meneriakan kata 'maling'.

Tetapi niat Lincy mengejar orang itu tidak jadi, karena dia masih memiliki kegiatan lain. "Ya sudah lah, lebih baik aku masuk kerumah saja. Akan lebih bahaya kalau orang itu malah mengganggu putriku saat aku malah mengejarnya".

Sungguh, Lincy masih penasaran dengan orang tersebut. Tapi ya sudahlah, biarkan saja dia pergi.

"Kenapa, Bun?. Kok mukanya kaya gitu?" Itu Bulan.
Dia tadi terbangun karena mendegar hentakan kaki, seperti orang berlari.

"Eh, enggak papa sayang. Kenapa keluar?".

"Tadi denger suara kaki. Pas Bulan keluar kamar, Bulan ngeliat pintu kebuka, taunya ada Bunda. Bunda ngapain diluar subuh-subuh begini?" Tanya Bulan sambil melihat suasana di luar rumah. Gelap, sepi dan dingin.

"Enggak kok, Bunda cuma mau liat sekitar aja. Kamu udah sholat subuh?". Bulan menggeleng.
"Sholat dulu sana, nanti bantuin Bunda buat sarapan". Bulan mengangguk lalu masuk kedalam rumah. Sebelum masuk rumah, Lincy masih mengamati teras rumahnya.

Saya tau apa yang sedang kamu lakukan- ucap Lincy dalam hati sebelum menutup pintu.

***

"Bun, tadi ada orang ke sini, katanya sih mau booking Cafe selama 3 jam buat arisan istri pengusaha. Gimana Bun boleh nggak?. Tadi Zara belum bisa jawab karena Bunda belum kasih izin, tapi mereka udah ninggalin kartu nama, jadi Kalau Bunda ngasih izin, nanti Zara bakal ngabarin mereka" jelas darah kepada linci yang sedang menghitung pemasukan cafe bulan ini.

Lincy diam sebentar, "ya gapapa. Tapi nanti Bunda gak bisa bantu masak atau buat minum. Bunda udah ada janji sama temen, nanti Bulan yang bantu-bantu kamu ya. Gimana?".

"Iya, Bun. Engga papa, Bunda pergi aja. Untuk masalah cafe, serahin semua sama Zara". Lincy tersenyum.

Dia bangga dengan sikap Zara yang dewasa dan bisa diandalkan, tidak salah Lincy memperkerjakan Zara untuk mengelola cafe ini.

"Makasih ya Zar udah selalu ada buat Bunda, udah mau bantuin Bunda. Mau Bunda ajak repot, pokoknya bunda bersyukur benget bisa dipertemukan anak muda yang baik, rajin, pinter, bertanggung jawab. Kaya kamu, makasih ya Zar".

Zara yang sedari tadi dipuji-puji hanya tersenyum malu dan menunduk, "Zara enggak sesempurna itu, Bun. Tapi Zara juga bersyukur bisa dipertemuka dengan seorang yang baik, cantik. Kaya Bunda".

Setelah memuji satu sama lain mereka tertawa tertawa bagai sepasang teman bukan bos dan karyawan, atau mungkin para pengunjung mengira mereka adalah ibu dan anak.

Pada dasarnya Lincy memegang prinsip bahwa anak adalah teman, karena biasanya para anak akan lebih terbuka kepada teman dekatny daripada orang tuanya sendiri hal itu yang membuat Lincy dekat dengan Bintang.

"Ya sudah, Bunda mau siap-siap dulu. Tolong jaga cafe ya, nanti Bulan ke sini kok".

"Iya, Bun. Oh iya, kenapa Bulan gak berangkat bareng bunda aja?".

Samudra, Bulan dan BintangWhere stories live. Discover now