|5|. Empati atau Simpati?

101 6 6
                                    

Happy Reading!!

BUDAYAKAN VOTE SEBELUM MEMBACA!!!

Jika satu sayapmu lepas, maka janganlah kamu bersedih. Sesungguhnya masih ada kaki yang bisa engkau gunakan untuk berlari.
-Author-

***

Menikmati waktu sore dengan meminum secangkir teh hangat ditemani dengan roti dan juga keluarga yang hangat adalah kebahagian yang tersendiri.

Menceritakan betapa hebatnya diri ini yang telah berjuang memerangi hari demi hari. Dan juga mendengarkan pujian bahkan responan dari orang yang mendengarkan adalah hal yang berkesan.

Namun tidak dengan keseharian Bulan. Setiap hari sepulang sekolah, dia hanya akan mendapat sambutan dari pembantunya yang sudah lama mengabdi selama kurang lebih 30 tahun. Kadang Bulan suka bingung, sebenarnya siapa sih orang tuanya..
Papah atau bi Ati?.

"Bi, Bulan laper" ucap Bulan seraya berjalan ke arah meja makan dan menarik kursi untuk mendudukinya.

"Iya non, bentar bibi ambilkan makanan" ucap bi Ati lalu pergi kearah dapur.

Saat sedang menunggu bi Ati mengambilkan makanan, pandangan Bulan tertuju pada gelang berwarna biru yang melekat di tangan kirinya.
Bulan tersenyum sambil mengelus gelang yang ada di tangannya itu. Pikirnya Bintang itu adalah gadis yang aneh plus unik.

"Ini non" ucap bi Ati sambil menyerahkan satu porsi makanan lengkap dengan lauk pauk di hadapan Bulan. Karna sedang asik melamun, Bulan pun kaget akan kedatangan bi Ati.
"

Eh, makasih bi" ucap Bulan canggung.

"Kok senyum-senyum?, dari den Samudra ya non?" tanya bi Ati seraya menunjuk gelang yang ada di tangan Bulan.

"Eh, egga bi. Apaan sih" ucap Bulan setelah menggeleng keras. Uh, sungguh tiba-tiba ucapan Bulan naik satu oktaf.

Bi Ati pun hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum melihat reaksi nona mudanya. Bagi Ati, sosok Bulan bertolak belakang dengan sikap ibunya.

"Bibi ke belakang ya non, kalau butuh sesuatu tingga panggil aja" ucap bi Ati lalu pergi dari hadapan Bulan.

Bulan hanya memandang punggung bi Ati yang mulai menjauh darinya. Terkadang Bulan bingung, sebenarnya majikannya itu dia atau bi Ati sih?. Kenapa bibi selalu memerintah Bulan?.
Ah, entahlah. Lebih baik makan lalu pergi belajar, main hp, atau tidur.

***

Matahari mulai menampakkan senyum terbaikknya, di iringi dengan kokokam ayam yang saling bersahut-sahutan dari area pemukiman penduduk.

Banyak orang yang melewatkan waktu pagi untuk menghadap ke sang pencipta, setidaknya untuk menyucapkan kalimat syukur karna masih diberi kesempatan untuk membuka mata dan bernafas di dunia ini.

Waktu pagi adalah waktunya para malaikat turun ke bumi untuk membagikan rezeki untuk para umat Allah. Bukankah kita sering mendrngar kalimat 'Jangan bangun siang, entar rezekinya dipatok ayam' entah siapa yang menciptakan susunan kalimat itu, tapi banyak dari kita akan selalu melakukannya.

Di pagi yang cerah ini, Bintang udah siap dengan seragam kebanggaannya yang melekat pada tubuh rampingnya. Dengan hiasan bando berwarna hitam yang di belikan oleh bunda Lincy, dan jangan lupa gelang berwarna biru yang melilit pergelangan tangan kirinya.

Samudra, Bulan dan BintangWhere stories live. Discover now