[°15]

11.4K 1.6K 847
                                    

Berharap masih ada yang nunggu cerita ini.
.
.
.
.

Sekitar pukul sepuluh malam Doyoung baru berani keluar dari kamar semenjak memori masa lalunya kembali. Ia bingung sejak perginya Renjun dari kamar berniat untuk makan malam namun sampai pemuda mungil itu tak lagi kembali ke kamar. Doyoung berfikir Renjun sedang asyik bermain atau belajar di lantai bawah, tetapi kenyataannya tidak.

Sebab tak menemukan Renjun dimanapun, otaknya tertuju pada kamar sang anak.

Dan benar saja, saat Doyoung membuka pintu kamar Yangyang ia melihat Renjun tengah tertidur bersama dengan Yangyang. Dalam pelukan hangat Doyoung dapat melihat jika Yangyang sangat nyaman berada dalam pelukan Renjun. Seperti ibu dan anak sewajarnya.

Kaki jenjangnya melangkah masuk. Doyoung menutup pintu kamar Yangyang secara perlahan. Berhati-hati agar tidak mengeluarkan suara apapun agar tidak menggangu tidur Renjun dan Yangyang. Mungkin tidur bersama tidak masalah? Toh ranjang Yangyang cukup besar dan... Mereka sudah menjadi keluarga, bukan?

Keluarga diatas kertas kah yang kau maksud?

Ketika ingin masuk ke dalam selimut Renjun terbangun melihat Doyoung sudah ikut berbaring di samping Yangyang. Lantas Renjun terbangun dan bertanya. Untuk apa Doyoung tidur disini? Bukan kah tidur sendiri jauh lebih nyaman?

"Kau—"

"Ssttt.. Kau mengganggu Yangyang," potong Doyoung mengarahkan jari telunjuk ke bibirnya. Kedua maniknya beralih ke bocah yang tengah tertidur lelap, tidurnya terganggu begitu Renjun bangun, maka dari itu Doyoung menyuruh Renjun diam.

Mendapat teguran akhirnya Renjun memilih kembali berbaring dan memeluk tubuh Yangyang. Entah kenapa Renjun merasa hal ganjal, tidak biasanya ia merasakan hal semanis ini.

Tidur bersama Doyoung dan Yangyang (?) Kebahagiaan yang sangat sederhana bukan? Tetapi entahlah, sepertinya hanya Renjun yang merasakan kebahagiaan tersebut.

"Tutuplah kedua matamu, hari ini kau terlihat kelelahan," ujar Doyoung pelan. Renjun mengangguk patuh kemudian perlahan mulai menutup kedua matanya. Juga menyamankan posisi tidurnya.

Senyuman kecil terpampang di wajah Doyoung. Cukup mengagumi betapa indahnya pemandangan di hadapannya saat ini.

Tae, Seandainya kau masih hidup, apa kita akan seperti ini? Tidur bersama dengan anak kita..

... Walaupun itu hanya lah mimpiku sejak dulu.

Sekilas Doyoung lihat ada sosok Taeyong di hadapannya tengah tertidur pulas sembari memeluk tubuh Yangyang. Wajah itu, wajah yang Doyoung rindukan selama bertahun-tahun lamanya. Kulit putih, bibir semerah ceri, dan bulu mata yang indah.

Doyoung menggeleng menjauhkan fikiran bodohnya.

Bodoh. Bagaimana bisa kau membayangkan sosok yang sudah tiada dan menggantikan istrimu?

Taeyong...

Bantu aku.. Pergi dan berhenti menghantui fikiranku

Kalau aku tidak bisa membahagiakanmu..

.. Setidaknya beri aku kesempatan untuk membahagiakan Renjun...

Aku mencintaimu Taeyong tetapi dunia kita sudah berbeda.. Saat ini yang ku punya hanya Renjun dan Yangyang..

Berbahagialah disana Tae, jaga anak kita.. Aku mencintaimu...

Doyoung mengusap air matanya kembali. Lagi-lagi ia mengeluarkan air mata, hanya karena masa lalunya yang di akibatkan oleh dirinya sendiri. Andai saja malam itu Taeyong tidak menolong si Jung, mungkin kejadiannya tidak akan seperti ini. Doyoung tidak akan pernah kehilangan Taeyong dan calon bayinya.

MAFIA [DoyRen] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang