[°9]

14.2K 1.8K 258
                                    

Hari ini, tepat di siang hari Doyoung berkunjung ke mansion milik sahabat—mantan sahabat. Minhyun.

"Selamat datang Doyoung. Sudah lama sekali kau tidak mengunjungiku," sapa Minhyun berjabat tangan dengan Doyoung, lalu mempersilahkan Doyoung untuk duduk.

"Ah aku dengar kau sudah menikah? Maaf aku tidak bisa datang karena ada hal penting yang harus ke kerjakan." ucap Minhyun tidak enak.

"Ya. Tidak apa aku tau kau memang orang yang sibuk sampai tidak memiliki waktu." ujar Doyoung terdengar sinis lalu melipat silang kakinya.

Minhyun tertawa canggung. "Tidak, bukan seperti itu maksudku."

Doyoung menghela nafas memposisikan duduknya sedikit lebih dekat dengan Minhyun.

"Minhyun." panggilnya dengan tatapan serius.

Minhyun gelagapan tidak tau harus bereaksi seperti apa. Terlihat ada kebencian dimata Doyoung yang jarang sekali ia lihat.

"Y—ya? Ah apa kau ingin memakan sesuatu? Bi—"

"Kau tau? Seseorang ada yang mengkhianatiku." potong Doyoung menatap lekat manik Minhyun.

"M—maksudmu?"

Doyoung kembali menjauhkan wajahnya dan bersandar pada sofa.

"Seseorang yang selama ini ku percaya selama bertahun—tahun ternyata mengkhianatiku, kata lain mempermainkanku."

"Apa maksudmu Doyoung? Aku sama sekali tidak mengkhianati mu." Doyoung mengangkat satu alisnya. Kena kau. Batin Doyoung bersorak.

Doyoung tersenyum miring. "Aku tidak menyebut siapa dibalik seseorang itu, kenapa kau merasa tersinggung? Kecuali.." Doyoung menggantung perkataan begitu melihat wajah Minhyun sangat kesal.

"Kau lah seseorang yang ku maksud."

PRANG!

Minhyun memecahkan gelas berisikan minuman yang ia sajikan untuk Doyoung. Sebenarnya itu bukan hanya air biasa, Minhyun memberikan obat tidur di dalam minumannya tapi sial justru sekarang ia membuangnya.

"APA MAKSUDMU?!! KAU MENUDUHKU!!" teriak Minhyun tidak terima dituduh tanpa bukti oleh Doyoung.

"Menuduh?" Doyoung menghela nafas lalu mengeluarkan amplop coklat dan dilempar ke meja. "Silahkan dilihat." ucapnya santai melipat silang kedua tangannya di dada.

Minhyun mengambil amplop coklat tersebut dengan kasar. Membukanya dan melihat beberapa foto. Matanya membulat sempurna begitu melihat ada dirinya di dalam foto tersebut bersama dengan Jaehyun—musuh terbesar Doyoung.

"Awalnya aku tidak percaya, tapi dengan adanya foto itu aku jadi tau kalau kau tidak benar—benar ada di posisiku."

Minhyun merobek foto tersebut. Darimana Doyoung mendapatkan foto itu? Atau jangan-jangan selama ini Minhyun di mata-matai? Bajingan.

Minhyun menarik kerah kemeja Doyoung kasar. "Kau memata—mataiku?!! Jawab aku sialan!!" bentaknya emosi. Doyoung menepis tangan Minhyun. Kemejanya ternodai sekarang karena disentuh oleh mantan sahabatnya.

"Bukan aku yang memata—mataimu. Memang permainanmu saja yang selalu tidak bisa diandalkan! Lemah. Munafik." Doyoung berjalan meninggalkan Minhyun yang masih terbalut emosi.

"SIALAN KAU DOYOUNG!!"

DOR!

Doyoung melesatkan tembakannya tepat dibagian dada Minhyun. Tanpa melihat pun Doyoung pastikan tembakannya terkena sasaran. Dan saat ia berbalik, benar saja Minhyun sudah terduduk lemah di atas lantai dengan darah keluar dari dadanya.

MAFIA [DoyRen] ✓Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ