[°2]

26.2K 3.1K 1.6K
                                    

Tubuh Renjun lemas saat ia merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Bukan hanya lemas, Renjun juga merasa aneh. Dilihat sekeliling kamar, ini tidak terlihat seperti kamarnya. Kamar Renjun penuh dengan gambar Moomin dan kucing, tetapi ini? Hanya dinding berwarna hitam dan putih? Seperti tidak ada kehidupan.

Dan sial, Renjun tidak menyadari kalau kedua tangan dan kaki nya sudah terikat disisi ranjang. Berusaha melepas pun sepertinya tidak bisa, ikatannya terlalu kuat sampai tangan Renjun merah.

"Kau sudah bangun, hm?" tanya seorang lelaki yang baru saja keluar dari kamar mandi.

"S—siapa kau? Dan kenapa ahh! Kenapa aku di ikat seperti ini?!!" gerutu Renjun mencoba menarik tangannya agar terlepas namun hasilnya masih sama, nihil, ikatannya tidak bisa dilepas.

"Agar kau tidak kabur dariku," ucapnya santai duduk di samping Renjun.

GLEK

Dengan susah payah Renjun menelan salivanya ketika merasakan setetes air membasahi lengannya.

"Angkat wajahmu, aku tidak suka melihatmu menunduk," perintahnya. Renjun bukannya tidak menurut, hanya saja ia merasa takut lantaran ia sama sekali tidak mengenali siapa laki-laki di hadapannya ini. Terlebih lagi laki-laki ini membawa Renjun lari, sama saja seperti menculik bukan?!! Kalau sampai Mama dan Ayahnya mencari bagaimana?

"Kau tau? Aku tidak akan segan—segan membunuh seseorang karena permintaannya tidak dituruti."

Tidak ada jawaban dari Renjun. Fikiran Mama nya tidak salah soal sekelompok mafia itu akan mencari Renjun. Buktinya ia sekarang sudah terjebak dalam permainan ini.

"Menurut atau laki—laki bernama Jeno ku habisi malam ini juga," ancamnya. Renjun menggeleng walaupun masih dengan menunduk.

"NAKAMOTO RENJUN!" nentaknya kesal tidak mendapatkan jawaban dari mulut si manis.

Laki-laki itu menghela nafasnya kasar. Dengan kasar ia mencengkram rahang Renjun membuat sang empu kesakitan.

"Dengar! Sampai kapanpun kau akan terus bersamaku! Tidak akan ku biarkan kau lolos kau ingat itu!" tegasnya menatap tajam mata Renjun.

Renjun hanya pasrah. Melawan pun percuma, kedua tangan dan kaki nya terikat. Nyalinya pun tidak besar kalau harus melawan seseorang tidak memiliki hati.

"Sakit hm? Masih ingin merasakan yang lebih?" tanyanya menarik sudut bibirnya membentuk smirk. Renjun menggeleng tapi sial, laki-laki itu tidak peduli.

Renjun merasakan perih dan sakit saat laki-laki gila itu mensayat pergelangan Renjun menggunakan pisau kecil.

"H—hentikan hiks ku mohon," pinta Renjun tidak kuat harus menahan rasa sakit. Mati-matian Renjun menahan karena permohonannya sama sekali tidak di dengar.

"M—maaf ku mohon berhenti."

"Terus lah memohon sampai aku puas," ucapnya menjilat darah yang mengalir keluar dari tangan Renjun hasil perbuatannya.

Renjun merasa geli saat laki-laki itu menjilat darahnya. Seumur hidup ia tidak pernah merasakan darah karena jijik, tetapi laki-laki ini? Menjilat darah seakan menjilat permen.

Renjun melotot saat lelaki menjijikkan itu mencium tepat pada bibirnya. Tidak, bukan ciuman seperti yang kalian bayangkan. Sengaja dia melakukannya agar Renjun ikut merasakan darah miliknya sendiri.

"Panggil aku Daddy," ucapnya penuh tekanan.

Renjun pasrah mengangguk. Rasa darah itu masih terasa di mulutnya. Dan Renjun ingin muntah saat itu juga. Amis nya darah membuat Renjun pusing. Bayangkan saja kau dengan dipaksa disuruh merasakan darahmu sendiri, terlebih lagi tidak sedikit darah yang diberikan.

MAFIA [DoyRen] ✓Where stories live. Discover now