[°25]

6.4K 853 99
                                    

Setelah insiden dimana Renjun pingsan di sekolah, Doyoung tidak mengizinkan Renjun masuk sekolah. Sedikit membentak Renjun baru menurut, sekali-kali Doyoung harus keras, kalau semua keinginan Renjun selalu dituruti Doyoung takut Renjun akan kenapa-kenapa dan kejadian sama akan terjadi kembali.

Namun hanya bertahan selama satu minggu, karena memang pasalnya Renjun keras kepala, sama hal nya seperti Doyoung. Dengan sedikit paksaan akhirnya Doyoung mau memberikan Renjun izin kembali ke sekolah. Well, kali ini harus menggunakan hoodie oversize mengingat kehamilan Renjun semakin lama kian membesar.

"Injun sekolah dulu ya, Daddy semangat bekerja!" seru Renjun seraya memakai tas kemudian melepas sealtbeat.

"Kau juga." Renjun mengangguk, lalu membuka pintu mobil setelah itu keluar dan kembali menutup pintu mobil dengan pelan.

Melangkah pun belum Doyoung lebih dulu memanggilnya. Mau tak mau Renjun kembali berbalik. Doyoung berjalan menghampiri Renjun, memberikan sebuah kotak handphone baru seperti yang Doyoung katakan waktu itu.

"Disitu sudah aku simpan nomor Mama, Ayah, aku, dan Guanlin," ujar Doyoung memasukkan tangan ke saku celana. Sebenarnya malas ia menyimpan nomor Guanlin, tapi jika ia tidak simpan kalau sewaktu Renjun membutuhkan bagaimana? Jadi, ia simpan saja.

Renjun menerima handphone pemberian Doyoung, kemudian ia nyalakan, pertama yang ia lihat yaitu foto doyoung dengan Renjun sewaktu tengah bersama di taman. Foto yang indah, dan dijadikan wallpaper oleh Doyoung. Manisnya.

Doyoung mengusap kepala Renjun pelan. Renjun menyimpan handphone ke dalam tas.

"Terimakasih."

Doyoung menaikkan satu alisnya. "Hanya itu yang aku dapatkan?"

"Apa?"

Doyoung melipat kedua tangannya di depan dada. Padahal ia berharap Renjun akan melakukan sesuatu sebagai pertanda terimakasih. Netranya melirik arah lain, tidak ingin melirik Renjun. Angan-angan Renjun peka.

Renjun terkekeh, kakinya melangkah lebih dekat dengan Doyoung. Melirik kanan kiri memastikan sepi tidak ada seorangpun yang melihat, merasa sudah aman, Renjun sedikit berjinjit agar sampai untuk mengecup pipi Doyoung.

"Terimakasih!" kata Renjun sembari menahan tas di bahunya. Memang sepi atau hanya perasaan Renjun saja, pagi ini sekolah sangat sepi, tidak mungkin libur mendadak bukan? Kalaupun iya, seharusnya pihak sekolah memberitahu Renjun. Sekolah pagi ini seperti gedung tua tak berpenghuni, sepi dan sunyi. Satpam saja tidak ada di tempat. Parkiran juga sepi, benar-benar seakan Renjun lah orang pertama yang datang ke sekolah.

Doyoung kembali melirik Renjun, di tambah senyuman di wajahnya. Kemudian ia mengangguk sembari mengusak surai Renjun gemas.

"Injun belajar, Daddy semangat bekerja, jangan bermalas-malasan!" titah Renjun menarik tudung hoodie nya kembali yang sempat lepas karena Doyoung mengusaknya cukup lama.

"Baiklah, masuk sana." Renjun mengangguk. Memutar badannya untuk melanjutkan kembali langkahnya memasuki area sekolah. Baru melewati pintu gerbang sekolah, Doyoung kembali memanggilnya membuat Renjun mau tak mau berhenti dan berbalik.

Menghampiri Renjun kemudian berhenti tepat di hadapannya, membuat Renjun bertanya-tanya.

"Ke—" pertanyaan Renjun terpotong ketika ia merasakan benda kenyal menabrak bibir cherry nya. Sejenak Doyoung biarkan Renjun agar terbiasa, namun perlahan ia bergerak melumat bibir Renjun bergantian.

Renjun semakin mengeratkan pegangannya pada tali tas sekolah. Ini masih di area sekolah dan Doyoung tanpa malunya menciumnya? Hahh memang tidak punya malu. Tapi tidak papa, Renjun suka.

MAFIA [DoyRen] ✓Where stories live. Discover now