"Ldr? Hebat juga. Tapi selama janur kuning belom ada, gue masih ada kesempatan," ucap Kevin sambil tersenyum.

Ini Kevin kenapa deh? Dia bukan psycho kan? Argh, kenapa ada makhluk seperti ini?

"Yayaya, terserah. Gue ke kantin dulu ya, bye." ucapku lalu berjalan ke kantin.

"See you tomorrow Anna," teriak Kevin saat aku berlari menjauhinya.

Sesampainya dikantin aku membeli 2 botol minuman isotonik. Saat aku akan kembali ke lapangan, ada Laura yang menghalangiku bersama dengan dengan 2 sidekicknya.

"Well, say hi dulu girl ke seorang Adrianna Hemington," ucap Laura dengan sok imut.

"Ooh, ini Adrianna yang lo maksud, Ra." ucap salah satu sidekick Laura. Azz, please deh dia kenapa ikut-ikutan? Kaya tau masalahnya aja.

"Apa mau lo?" tanyaku sinis ke Laura.

"Oww, lo mau tau apa mau gue, hm?" tanya Laura sambil memainkan rambutku. Aku menepis tangannya.

"Kalem aja, Anna. Gue gabakal ngapa-ngapain lo. Gue cuma mau lo menderita," ucapnya sambil berbisik lalu pergi bersama sidekicknya itu.

Kenapa sih Laura? Dari dulu ga suka banget ke aku? Salah aku apa? Ah iya, aku ingat! Dulu Laura itu suka sama Nando, cuma Nandonya tidak suka. Mungkin dia dendam karna akhirnya aku dan Nando pacaran. Entahlah.

Aku langsung menuju lapangan. Rei sudah duduk dipinggir lapangan bersama Rio dan Elang.

"Nih," ucapku sambil menyodorkan satu botol minuman ke Rei.

"Wedeh, thanks. Kasih tuh Rio satu, ga bawa minum juga dia," ucap Rei sambil membuka tutup botol dan langsung meneguknya.

"Eh, gausah Ann. Gue bisa beli sendiri nanti," ucap Rio langsung.

"Gapapa elah, Nando juga gabakal marah kalo tau," ucap Rei santai.

"Apaan sih lu, kunyuk." ucap Rio kesal.

"Eh ini gapapa, Ri, minum aja." ucapku sambil memberi satu botol minum.

"Gausah Ann, batu dih" ucap Rio.

"Alah sok sungkan lo, Yo. Sini buat gue aja," ucap Elang lalu mengambil botol itu dari tanganku. Tetapi langsung direbut oleh Rio.

"Ini buat gue, bukan buat lo," ucap Rio lalu meminumnya.

"Najong lu, kaya cewe aja malu tapi mau," ucap Elang lalu tertawa. Aku hanya menahan tawa.

"Tuh udah dipanggil lagi tuh, yuk lah," ucap Rio lalu berdiri dan berjalan menuju tengah lapangan.

"Ngalihin pembicaraan aja ya Rio," ucap Rei toa. Rio hanya mengacungkan jari tengahnya tanpa menoleh, membuat Rei dan Elang tertawa.

"Bentar lagi ya, Na. Tunggu," ucap Rei lalu ngacir ke lapangan bersama Elang.

Akupun lalu duduk dan membuka line dari Nando yang baru masuk.

Nando : Haiii, gue gajadi basket dongg

Anna : Gue lagi nemenin Rei basket hueee

Nando : Sendirian ya nungguin ya? Kaya jones aja lu

Anna : Gua jones lu juga jones nyet

Nando : Peduli gitu? HAHAHAHAHA

Anna : Fine.

Nando : Ngambek dih. Eh Rio ada juga ga?

Anna : Ada. Kenapa?

Nando : Gapapa. Udah dulu ya fans, sibuk nih

Anna : Sok sibuk dih

Nando : Iya nih sibuk selingkuh HAHAHAHAgadeng. Love you:*

Anna : Kamu selingkuh, aku juga bisa haha. Love you too;b

Eh tapi sebentar. Nando kenal Rio darimana? Aku ga pernah ngenalin mereka. Ah biar nanti malem aku tanya aja ke Nando.

Lalu aku memasukan hpku ke dalam tas dan kembali memperhatikan yang sedang basket. Dan aku melihat Rio sedang melihat ke arahku dan tersenyum kepadaku. Aku hanya membalas tersenyum.

Setengah jam kemudian basket selesai. Rei langsung menghampiriku dengan cucuran keringat diseluruh badannya.

"Istirahat dulu ya gue, Na, bentaran. Baru balik," ucap Rei sambil ngos-ngosan.

Aku hanya mengangguk dan melihat ke arah langit. Cerah. Angin juga berhembus cukup sepoi. Sekolah ini cukup banyak pohonnya, jadi adem.

"Gue ganti baju dulu yak," ucap Rei lalu lari menuju toilet.

"Heh! Gue takut sendirian" ucapku teriak.

"Ada Rio disamping lo!" teriak Rei dari jauh.

Refleks, akupun menoleh ke arah kanan. Dan sekitar jarak 2 meter ada Rio yang sedang berjalan ke arahku.

"Hai," ucapnya sambil tersenyum.

"Umm, hai" ucapku sambil tersenyum juga.

"Thanks btw minumnya tadi," ucap Rio sambil duduk disampingku.

"Oh itu, gapapa santai aja. Kaku amat sama gue. Sekalian kemaren kan gue belom bayar uang minum," ucapku.

"Oh iya, oke deh. Btw, gue masih kangen lo Ann," ucap Rio sambil menatap lurus ke depan.

"Gue juga, Ri. Kangen lo. Kangen banget," ucapku lirih.

"Sorry," ucapnya.

"Why, Ri? Hm?" tanyaku pelan.

"Gue gabisa jelasin sekarang. Masih terlalu sensitif ngebahas ini diawal pertemuan kita," ucapnya sambil menatap mataku.

Aku mengalihkan pandanganku. Mataku terasa panas setelah obrolan tadi. Terlempar ke masa lalu itu....sakit.

------

Hi wulf datangg! Vote sama komennya dong hehe

UntitledWhere stories live. Discover now