Tujuh.

4.1K 207 0
                                    

Rio telat? Telat kenapa? Aku ga paham. Apa jangan-jangan... ah ga mungkin.

"Telat kenapa Ri?" tanyaku lagi.

"Gapapa. Udah berapa lama?" tanyanya.

"Hampir dua tahun," jawabku pelan. Rio terlihat menarik napas lalu membuangnya pelan dan tersenyum. Yang bisa aku tebak, itu senyum terpaksa.

"Langgeng ya," ucapnya.

"Iya, thanks. Lo gimana? Udah ada yang baru?" tanyaku.

Rio menggeleng, lalu tersenyum getir, "Gue masih stuck dari yang terakhir,"

Rio udah pernah pacaran lagi? Kenapa rasanya sakit dengarnya? Ah ayolah Anna itu 4 tahun yang lalu, kamu aja udah pacaran sama Nando, apalagi Rio.

"O-oh sorry. Move atuh," ucapku menyemangati dan menutup rasa sakit tidak jelas dihatiku.

"Gabisa Ann, dia terlalu manis buat dilupain" jawabnya sedih.

"Move on itu ga harus ngelupain, tapi harus ngerelain dan jalan terus ke depan. Move on itu ngerubah rasa suka jadi biasa aja. Ngerubah peduli sebagai sayang, jadi peduli karna temen," ucapku sambil tersenyum.

"Gue tetep gabisa. Sakit pura-pura ngerelain orang yang lo sayang sama yang lain. Terlebih lo dulu yang ketemu dia daripada pasangannya," jawabnya lirih.

"Lo bisa, Ri. Sayang itu gadateng dari berapa lama lo kenal dia, tapi sayang itu dateng dari nyaman walaupun baru kenal,"

Rio tersenyum mendengar ucapanku tadi, "Thanks Ann," ucapnya sambil tersenyum.

"Well, sekarang Rio inceran lo," ucap seseorang dari pintu uks. Laura. Shit, kenapa dia sekolah disini? Dia berjalan mendekati aku dan Rio.

"Asik kayanya main-main sama lo Adrianna," ucapnya sambil tersenyum jahat dan menekan namaku.

"Apaan sih lo? Maksut," ucap Rio kesal.

"Ooh, sekarang Rio. Nando ga cukup ya, hm?" ucap Laura menjijikan.

"Pergi lo dari sini. Dan jangan pernah ganggu Anna, inget itu!" ucap Rio penuh amarah dan menuntunku keluar uks. Aku dibawa ke bawah pohon yang rindang, ternyata ke tempat Elang.

"Eh kenapa dia, Yo? Wah parah lo," ucap Elang saat melihat aku meringis kesakitan.

"Kacau lo, Lang. Gue ga ngapa-ngapain," ucap Rio kesal.

"Eh boong. Dia nyuruh gue lari 2 keliling Kak, jadinya kaki gue keseleo deh nih," ucapku setengah kesal.

"Apaan si Ann, lo nya aja yang ga hati-hati," ucap Rio tidak terima.

"Yaudah sih ya, kenapa ke tempat gue kalo cuma mau berantem? Itu tuh lapangan kosong," ucap Elang kesal.

"Nih tanda tanganin punya si Anna, jangan disuruh. Langsung tanda tangan aja udah," ucap Rio sambil menyerahkan buku aku ke Elang.

"Oh dia Anna? Ouch," ucap Elang sambil tertawa.

"Iya, gue Anna. Kenapa Kak?" tanyaku bingung.

"Gapapa ahaha. Btw panggil nama aja, gausah pake Kak. Atau panggil 'mas' aja biar unyu," ucap Elang lalu tertawa ngakak.

"Panggil nama aja deh ya," ucapku sambil tersenyum kikuk.

"Apaansi, Lang. Ga ada unyu-unyunya lu dipanggil "Mas Elang" jiji yang ada," ucap Rio.

"Yeeh, yaudah nih," ucap Elang menyerahkan buku aku.

"Sip, thanks. Yok Ann," ucap Rio sambil membantuku berdiri.

"Duluan ya," ucapku ke Elang.

"Sip. Awas diapa-apain sama Rio, Na" ucap Elang sambil terkekeh.

UntitledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang