Limabelas.

3.1K 178 1
                                    

Aku mengunyah roti yang tinggal setengah dengan santai. Masih menunggu Rei yang belum turun dari kingdomnya.

Eyang lagi dikebun bersama Mbak Sarti. Eyang curang nih, masa ke kebun Mbak Sarti dibawa-bawa. Kan aku jadi like jones. Etapi aku kan.. aku kan.. ahsudahlah. Nando juga begitu.

Aku gatau hubungan aku sama dia itu apa. Kita masih pacaran, tapi lostcontact gitu. Semalam seperti biasa, Nando menghubungiku jam 2 dini hari. Ya aku sudah ada dialam mana tau. Saat aku telpon balik tadi pagi, hpnya gaaktif. Asdfghjkl.

"Eyang mana, oy?" tanya Rei sambil meresleting tasnya.

"Kebun sama Mbak Sarti," jawabku lalu meminum susu.

Rei menganggukan kepalanya lalu menarik kursi untuk duduk.

"Eh nanti gue pergi ya. Lo balik naik taksi aja," ujar Rei.

"Lo mau kemana? Basket?" tanyaku.

"Ngga, mau ngajak doi jadian ahahaha," jawab Rei sambil tertawa.

"Tahik," ujarku.

Rei hanya tertawa aku balas begitu. Lalu kamipun berangkat ke sekolah. Selama perjalanan Rei selalu tersenyum. Bener-bener bakal jadian kayanya. Ah pertanda berangkat-pulang sendiri inimah.

"Lo nanti hati-hati ya," ucap Rei saat kami berpisah dikoridor.

"Tumben perhatian cie haha," ucapku.

"Yeh, udah sono ke kelas lu," ucap Rei lalu menaiki tangga dengan cepat.

Akupun berjalan menuju kelas, sesampainya dikelas aku langsung menuju kursiku. Seperti biasa, Anya sibuk dengan novelnya.

"Morning, Anna. Makin cantik aja," ujar seseorang dari depan kelas. Siapa lagi kalo bukan Kevin? Memalukan.

"Oh please," ucapku malas.

"Nanti aku gabisa anter kamu, aku ada les. Maap ya," ucap Kevin.

"Biasanya juga gue ga dianter elo, Vin. Dianter palingan kalo abis kerja kelompok kaya dua hari yang lalu," ucapku kesal.

"Iyasi hehe. Lagian kamu sih kenapa coba selalu gamau aku anter?" ujar Kevin dengan nada yang....menggelikan? Or ya....something like that lah. Gatau kata yang pas apa.

"Gue selalu bareng Rei. Dan udah bel, yeay." ucapku dengan berpura-pura senang lalu memasang wajah kesal lagi.

"Balik sana ke tempat duduk lo. Dan jangan ganggu gue!" lanjutku.

"Jangan galak-galak, mwaah." ucap Kevin lalu duduk menghadap papan tulis.

***

Duh buku paket Fisika dimana sih? Kayanya udah dibawa deh. Apa di loker yah? Ah iya, di loker kali.

"Anya," ucapku dengan nada seimut mungkin. Okey, jijik.

Anya menoleh seolah berkata, 'apa?'

"Anterin ke loker yuuukkkkk," ucapku sambil mengeluarkan jurus puppy eyes.

"Yuk, gue juga mau ngambil novel," ujar Anya lalu berdiri.

Kamipun menuju loker. Disini lokernya sesuai kelas, jadi enak. Saat didekat tangga, kami bertemu Rio, Rei, dan Elang. Elang langsung mendekati Anya.

"Hai Anyaaa. Long time no see," ujar Elang sambil melambaikan tangan dan tersenyum tiga jari.

Anya hanya menggumam menjawab sapaan Elang, membuat aku, Rei, dan Rio tertawa.

"Ketawa sana kalian, ditengah lapangan sana biar puas," ujar Elang kesal.

"Ambekan amat dah lu kaya cewe," ujar Rei.

UntitledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang