Tigabelas.

3.2K 175 1
                                    

Sudah empat bulan aku sekolah disini. Aku mengikuti eskul musik, sedangkan Anya mading. Ngomong-ngomong tentang Anya, dia lagi dideketin sama Elang. Tapi Anya cuek gitu, dan itu bikin Elang makin greget deketin Anya.

Aku juga semakin dekat dengan Rio seperti 4 tahun lalu. Rio juga sering mengantar aku pulang. Kami juga sering makan siang bersama, jalan bersama, ya persis 4 tahun lalu. Dan perasaanku semakin tidak jelas. Aku menjadi lebih sering gugup didepan Rio, jantungku yang berdetak tidak seperti biasanya. Asdfghjkl, Anna! Kamu gaboleh suka lagi sama Rio. Inget Nando!

Hmm, Nando ya? Dia sekarang menjadi susah dihubungi. Terkadang kalau aku telpon tidak langsung diangkat. Saat aku menelpon yang ketiga kali baru diangkat. Kadang musti aku bom ping dulu baru dibalas. Kadang dia on tengah malam saat aku sudah tidur. Aku kangen Nando. Aku kangen Nando yang dulu. Yang tidak menghindariku seperti ini.

Oiya Kevin. Dia juga makin sering deketin aku. Pernah waktu itu saat malam minggu ke rumahku. Nekat. Dia juga kadang bawain aku coklat atau bunga. Aku sering sengaja jauhin dia, cuekin dia, bahkan judesin dia. Karna aku tau, aku gabisa bales perasaan dia. Aku pikir dengan cara aku judesin seperti itu dia akan nyerah, tapi malah makin menjadi-jadi.

Laura juga dia semakin sering mencari masalah denganku. Tidak bisa dibilang bully juga, cuma ya gitu. Dia pernah mencoret lokerku, menginjak tali sepatuku, dan paling parah dia pernah ngunciin aku dikamar mandi. Untung ada Mang Joni yang denger aku teriak teriak, kalo ngga aku nginep. Mang Joni juga baru denger saat pukul 4 sore. Lumayan kejebak dikamar mandi dari jam pelajaran terakhir sampe jam 4 sore.

Sekarang aku sedang diruang musik, aku duduk dibawah dekat piano. Setengah jam lagi eskul musik dimulai, baru beberapa orang yang datang. Aku memainkan lagu Let Her Go milik Passanger.

"Well you only need the light when it's burning low
Only miss the sun when it starts to snow
Only know you love her when you let her go

Only know you've been high when you're feeling low
Only hate the road when you're missin' home
Only know you love her when you let her go"

"And you let her go"

Aku menoleh dan melihat Rio duduk disampingku sambil tersenyum kearahku. Oiya, Rio juga anak musik. Cuma kadang suka bolos, lebih milih basket. Wajarlah.

"Ko berenti? Lanjut dong," ucap Rio tanpa melepas senyumnya.

"Males ah ada lo si," ucapku setengah tersenyum .

"Dih kenapa? Haha," ucap Rio.

"Lu kan virus males," ucapku sambil memeletkan lidah.

"Yeeeh, itu lidah jangan dipanjang-panjangin," ujar Rio sambil tertawa kecil.

"Lidah lidah gue ini," ucapku sambil tertawa.

"NGUMPUL OY SINI!" teriak Aldino -ketua eskul musik- dari tengah ruangan. Ternyata sudah ada Bu Syeril, pembina eskul musik.

Bu Syeril pun memberi kami arahan. Setelah selesai diberi arahan, kami mulai memainkan alat musik yang kami bisa. Ada beberapa anak yang belum bisa main apa-apa, dan mereka diajarkan oleh Bu Syeril dan beberapa anak kelas 12.

***

"Mas, sotonya dua ya," ucap Rio saat kami masuk ke sebuah kedai makanan pinggir jalan dekat danau yang waktu itu.

Jadi setelah tadi eskul musik, Rio mengajakku ke danau lagi. Berhubung kami belum makan siang, jadilah kami makan dulu disini.

"Gapapakan makan disini?" tanya Rio.

"Gapapalah," ucapku sambil tersenyum.

Sambil menunggu pesanan kami datang aku menelpon Nando. Seperti biasa tidak langsung diangkat.

UntitledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang