Duapuluh Tiga.

2.8K 156 0
                                    

Hari terus berjalan. Aku terus menjalani hariku seperti biasa. Sekolah dijemput Rio, dikelas digangguin Kevin, pulang kalau tidak ada tugas dianter Rio atau Kevin.

Kevin sekarang lebih sering bersikap manis. Yang entah kenapa aku sering salah tingkah. Padahal sebelumnya biasa aja. Entahlah.

Hubunganku dengan Rio juga masih tidak jelas sampai bulan keempat tahun ini. Terkadang aku bingung, hubungan kita itu apa? Kalau lihat Rio yang terlalu dekat dengan teman cewenya, aku merasa cemburu? Mungkin. Tapi mau cemburu juga aku bukan siapa siapanya. Rumit.

Entah kenapa sekarang Rio seperti mempersulit keadaan. Dia kadang bertindak seperti pacarku, tapi kadang dia juga bersikap dingin. Emang Rio itu kadang dingin, tapi- ah udahlah. Tapi tetep aja aku butuh kepastian. Dan sekarang Rio sedang sibuk dengan turnamen basketnya. Jadilah kita sedikit lost contact. Argh Rio!

Sekarang sudah bel pulang. Anak-anak sudah merapikan buku Bahasa Indonesia dan bersiap pulang.

"By, kamu pulang sama siapa?" tanya Kevin. Dan ya, aku sudah cape bilangin Kevin supaya berhenti manggil aku dengan sebutan itu.

"Gatau. Pesawat pribadi paling," jawabku asal.

"Dih situ oke?" ucap Anya sambil melihatku jijik.

"Okelah,"

"Pulang sama aku yuk? Aku mau ngomong penting," ucap Kevin.

"Penting banget?" tanyaku.

"Iya. Itu kalo kamu bisa dan mau si hehe," jawab Kevin diakhiri dengan cengiran.

"Hmm boleh deh," ucapku.

Aku dan Kevin pun berjalan bersampingan menuju parkiran. Senyum tipis setia terukir dibibir Kevin. Matanya juga memancarkan kebahagiaan. Entahlah kenapa dia terlihat sesenang itu.

"Mau makan dulu ga?" tanya Kevin.

"Gue lagi mau es campur diujung jalan sana. Kesana aja ya?"

"Okay by,"

Kamipun langsung menuju tempat itu. Itu adalah sebuah kedai makanan yang baru buka awal Februari lalu. Aku disana karna diajak oleh Rio. Disana suasanya enak. Seperti cafe, tapi semua perabotnya terbuat dari kayu. Termasuk mangkok, piring, dan gelas.

Lima menit kemudian aku dan Kevin sampai. Kamipun masuk dan duduk ditempat ternyaman menurut kami, pojok dekat jendela.

"Aku mau es campur ya," ucapku pada pelayan yang datang.

"Kalo saya lemon tea sama roti bakar keju. Kamu ga makan, By?"

Aku hanya menggelengkan kepala.

"Makan ya? Nanti sakit," ujar Kevin penuh perhatian.

"Galaper ah," ucapku malas.

"Makan atuh, samain kaya aku aja ya,"

"Gamau. Maksa gue pulang nih,"

Kevin hanya pasrah dan mengembalikan buku menu pada pelayan. Aku tersenyum puas. Setelah itu aku asik bermain hp.

"Ehiya, lo mau ngomong apa?" tanyaku sambil menaruh hp diatas meja.

Kevin yang sedang melihat ke arah jendela, langsung menoleh dan tersenyum.

"Nanti aja. Aku laper," ujar Kevin.

Aku memutar mata malas, "Kalo laper bukan berarti gabisa ngomong please,"

Kevin terkekeh, "Yang mau aku omongin penting soalnya,"

"Ohya? Sepenting apa?" tanyaku.

"Tadaaa, makanan sudah sampai!" ujar Kevin mengalihkan pembicaraan dan menyambut pesanan kami.

UntitledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang