***

"Na, tunggu disini aja ya. Jagain tas gua sekalian. Oiya, beliin gua minum ya nanti pas mau break," ucap Rei sambil menyerahkan tasnya.

"Ribs," cibirku.

Rei langsung berlari ke lapangan dan bergabung dengan anak basket yang lain. Dan ada Rio juga disana. Aku jadi seperti terlempar ke masa lalu melihat Rio mendribble bola dan melemparnya ke ring.

"Nana, sini ikut aku main," ucapnya sambil terus mendribble bola orange itu ditengah lapangan dekat rumahnya.

"Gamau ah. Aku gabisa Yoyo," keluhku.

"Aku ajarin deh sini," ucapnya sambil mendekatiku.

"Gabisa ahh," ucapku kesal.

"Ga ada yang gabisa. Buktinya sekarang kita bisa, padahal kata kamu kita ga bisa. Dicoba dulu ya," ucap Rio sambil tersenyum.

Aku menghembuskan napas dan mengangguk pasrah.

"Okey," ucapku akhirnya.

Rio mulai mengajariku bermain basket. Kadang bolanya berlari jauh sampai ke jalan raya, hampir mengenai muka aku saat Rio melemparnya ke arahku. Dan lama-lama aku sudah sedikit bisa mendribble dengan lancar. Aku juga sudah bisa memasukan bola itu ke dalam ring beberapa kali.

"YEAY, AKU BISA YOOOO!" ucapku girang.

"Bisakan? Dulu kamu emang gabisa basket, tapi ga selama kamu gabisa basket. Ga ada yang selamanya di dunia ini, Na." ucap Rio sambil tersenyum manis.

"Apa kita juga gabisa selamanya bareng, Yo?" tanyaku sendu.

Rio tersenyum masam dan menundukkan kepalanya. Beberapa detik kemudian dia mengangkat kepalanya dan menatap mataku.

"Aku usahain kita bisa selamanya bareng, Na. Aku sayang kamu," ucapnya sambil tersenyum manis.

Kenangan itu, masih sangat aku ingat sampai sekarang. Manis memang masa lalu, rasanya pengen kembali ke masa lalu. Ah itu tidak mungkin. Aku menggelengkan kepalaku dan mulai mengenyahkan pikiran anehku itu.

Rei masih asik dilapangan dan belum ada tanda-tanda akan break. Masih lama sepertinya. Aku menghembuskan napas bosan. Tiba-tiba ada yang duduk disampingku. Aku menoleh dan melihat Kevin.

"Hai Anna. Kok masih disini?" tanyanya.

"Nungguin Rei. Lo sendiri, kenapa masih disini?" tanyaku balik.

"Mau ngeliatin lo. Lo manis," ucapnya sambil tersenyum.

"Apaan deh," ucapku malas.

Oh Kevin ini anak siapa sih? Untung dia anak sekolahan dan tampangnya juga bukan tampang anak yang suka tawuran atau anak yang suka ngelakuin hal yang negatif. Mukanya lumayan, tapi gantengan Nando. Tapi gantengan Rio. Ehh? Apaan tadi? Gantengan Rio? Ngga-ngga! Aku menggelengkan kepala untuk menghilangkan pikiran itu.

"Hei, lo kenapa?" tanya Kevin panik.

Oh great, aku lupa dengan makhluk satu ini.

"E-eh, gapapa kok," ucapku sedikit gugup.

"Gausah gugup gitu kali sama gue. Tapi sebentar deh, lo bilang lagi nungguin Rei. Dia siapa?" tanya Kevin kepo.

"Sodara gue," jawabku singkat.

"Kirain pacar lo. Berarti gue masih punya kesempatan ya?" ucap Kevin sambil tertawa kecil.

"Pacar gue di Jakarta," ucapku.

UntitledWhere stories live. Discover now