Bab 34

4.4K 412 62
                                    

Vano memperhatikan interaksi kedua orangtuanya yang terlihat sangat akrab dengan tamu undangan yang pernah dia tuduh saat itu.

"Pak.. Keenan.. " Ucap Vano terbata saat lelaki itu menghampiri dirinya. Vano benar-benar di buat malu oleh kelakuannya tempo lalu.

"Selamat Pak Vano. Wah, istrinya cantik sekali."

"Terima kasih, Pak."

"Oya, perkenalkan ini istri saya." ujar Pak Keenan sambil tersenyum.

Tiba-tiba Mami Tasya mendekati mereka. "Ini tante Lala, Bang. Dulu hamil kamu, tante Lala yang nemenin Mami." ucap Mami Tasya yang membuat Vano tersenyum canggung. "Eh, Mami juga kemarin beli kue dari Tante Lala."

"Gak terasa ya, dulu masih dalam kandungan, sekarang tahu-tahu sudah nikah aja Pangeranku." ucap Tante Lala sambil tertawa.

"Masih ingat saja sama Pangeran, La."

Papi Reza memberi isyarat pada sang Mami agar kembali ke tempatnya.

"Sekali lagi selamat ya, kalian serasi sekali." ucap Tante Lala pada Vano dan Dira.

"Terima kasih, Tante." ujar Vano dengan canggung. Tatapan Vano kini beralih pada Pak Keenan. "Pak, aku minta maaf atas kejadian waktu itu."

"Gak apa-apa, saya juga kalau jadi Pak Vano pasti akan melakukan hal yang sama. Oh ya, maaf Kirei gak bisa datang. Dia sudah berangkat ke rumah tantenya." ujar Pak Keenan sambil menepuk lengan Vano.

"Iya, Pak. Tolong sampaikan maaf saya juga untuk Kirei."

"Nanti saya sampaikan." Pak Keenan tersenyum ramah.

"Mas, Kirey yang dimaksud itu temennya Daffa?" tanya Dira penasaran setelah orangtua Kirei turun dari singgasana mereka.

"Iya."

"Mas kok minta maaf sama orangtuanya Kirei?"

"Mas sempat salah faham sama mereka."

"Salah faham gimana?" Dira masih penasaran.

"Mas gak percaya kalau Kirei anak dari Pak Keenan."

"Terus salah fahamnya, gimana?"

Vano menghela nafasnya. "Waktu Mas mau jemput kamu sepulang dari liburan, Mas lihat Kirei dan Pak Keenan di rumah sakit. Mereka saling rangkul. Mas kira mereka ada hubungan yang tidak semestinya."

Dira terkekeh."Ya ampun kamu, Mas. Sudah nuduh yang enggak-enggak tahunya mereka ayah anak. Malu banget pasti kamu." Dira menertawakannya.

Vano mendelik sebal. "Kalau dari awal dia jujur, Mas gak mungkin salah paham."

"Ya, ngapain juga dia cerita kalau dia anaknya bapak itu, Mas. Aku juga gak pernah cerita sama orang-orang kalau aku anak dokter Herman spesialis bedah nomor satu di kota kita." ujar Dira yang membuat Vano semakin tersudut.

"Iya sayang. Sudah jangan bahas orang lain. Kita lagi resepsi ini." ujar Vano mengakhiri perbincangan mereka.

Setelah acara resepsi selesai, Dira segera membersihkan dirinya terlebih dahulu. Vano yang memang merasa lelah, merebahkan tubuhnya di atas sofa sambil memainkan ponsel miliknya.

BANG VANO (Complete)Where stories live. Discover now