Bab 49

5K 458 66
                                    

Teman, please stay healthy, stay happy.

Tolong jangan anggap remeh si corona. Jangan takut berlebihan juga.

Tetap ikuti protokol kesehatan ya, cuci tangan dan pakai masker.

Biar imun naik, yang uwuw mau lewaaat.


Happy reading ^^


Vano tersenyum saat melirik Kirei yang duduk di sampingnya. Beberapa kali dia mencuri pandang, meski tak ada percakapan diantara mereka.

Vano begitu senang melihat Kirei memainkan jam tangan miliknya. Jam tangan yang dia sebut sebagai jaminan cintanya yang nanti akan dia tukar dengan cincin sebagai tanda keseriusan dirinya.

Tanpa sadar, senyuman Vano mengembang sempurna membuat Kirei melirik dirinya dengan wajah penuh tanya.

"Bapak sehat?"

"Alhamdulillah, luar biasa." Balas Vano cepat.

"Aku makin ngeri sama Bapak. Tiba-tiba ngelamar. Sekarang tiba-tiba tersenyum. Sumpah, Bapak sejak kapan jadi korsleting begini."

"Sejak bertemu kamu lagi, sweety."

"Ck.. Berhenti manggil aku begitu. Kayak merk diapers anak, tahu gak!"

"Tahu. Kan kamu kayak pantat bayi. Lucu, kenyal, dan menggemaskan." Vano terbahak.

"Tega banget! Masa aku disamakan dengan pantat bayi?" protes Kirei.

"Ya makanya saya dari tadi senyum juga. Saya tiba-tiba saja ingat iklan itu. Lagi pula aw.. ampun-ampun.. Bahaya sweety jangan begitu. Aw...ampun.." Vano mencoba menghindari cubitan yang dilayangkan Kirei.

"Rese banget sih, Bapak!" Kirei melipat kedua tangannya. Dengan wajah tertekuk Kirei menatap kaca mobil di sampingnya.

"Jangan marah dong." Vano menusuk-nusuk lengan Kirei.

"Kirei tak bergeming. Dia enggan meladeni Vano.

Tiba-tiba Vano memarkirkan mobilnya, Kirei melirik heran dan lagi-lagi mendapat cengiran Vano.

"Bapak kenapa sih!"

"Look at me, definisi bahagia tergambar di wajah saya, kan? Kamu lihat, gak?" Ucapnya sambil tersenyum.

Kirei menghela nafasnya, "Bapak tiba-tiba berhenti cuma mau bilang itu? Ya Tuhan!"

Vano hanya membalasnya dengan tawa bahagia. Dia sengaja mengulur waktu agar bisa lebih lama bersama gadisnya.

"Kamu bahagia?" Tanya Vano kemudian

"Aku masih merasa ini tuh kayaknya gak nyata. Kayaknya Bapak beneran gila."

Vano menggenggam jemari Kirei. "Masih ragu sama Abang?"

"Hmmfff..." Kirei terbahak.

"Kenapa?"

"Abang. Abang Panu."

"Ck.. Kamu manggil saya Bapak terus sih. Saya kan gak setua Pak Keenan."

"Iya tapi lebih dulu jadi duda."

"Ck.. Bukan kemauan saya jadi duda, Kirei." Keluh Vano.

"Maaf. Aku becanda, Pak."

"Iya gak apa-apa. Memang kenyataannya begitu, kok."

BANG VANO (Complete)Where stories live. Discover now