Bab 20

4.4K 429 81
                                    

Tiga hari tanpa kabar dari Dira, tiba-tiba dokter anggun itu sudah duduk manis di rumah Vano bersama sang Mami. Vano merasa dejavu akan kehadiran Dira yang sudah ke dua kalinya ke rumah Vano tanpa mengabari dirinya.

Vano menatap Dira heran, kenapa Dira bersikap seolah tanpa dosa saat melihat Vano? Dira malah memamerkan senyum cantiknya seperti biasa.

"Mas, apa kabar?"

Vano megangkat alisnya dengan wajah datar. "Gak kebalik?"

"Maaf Mas, aku ——"

"Uring-uringan tuh, Masnya. Katanya kamu susah di hubungi." Timpal Mami Tasya mendekati mereka. Dira semakin melebarkan senyumnya. "Maaf ya, kalau Mas Vano manja."

"Gak apa-apa kok, Mi."

"Ya udah, Mami tinggal sebentar ya."

"Pindah, yuk? Biar enak ngobrolnya." Ajak Vano yang berjalan lebih dulu ke tempat favorit mereka.

Vano duduk memandang lurus ke depan kolam ikan tanpa menatap Dira.

"Dir, apa kamu berharap dengan hubungan ini?" Tanpa basa-basi, Vano menanyakan hal yang selama ini ingin dia sampaikan.

Dira memandang Vano dari samping. "Jujur saja, aku berharap, Mas. Sekali pun sebetulnya aku dan Mas gak ada ikatan apapun. Tapi kita sudah cukup dewasa untuk mengerti perasaan masing-masing, bukan?"

Vano menghela nafasnya. "Aku malah merasa kita semakin jauh."

"Aku minta maaf, aku yang salah di sini, Mas. Aku terlalu sibuk dengan duniaku."

"Apa.. Ada lelaki lain yang dekat denganmu selain aku?"

Dira menggeleng pelan, "enggak ada, Mas. Aku hanya sibuk dengan kerjaanku."

"Mas ragu?"

Vano mengangguk. "Aku butuh waktu untuk meyakinkan hatiku, Dir."

"Tadi, Mami tanya sama aku, Mas."

Vano mulai melirik Dira. "Soal kita?"

Dira mengangguk. "Mami tanya, apa aku mau jadi menantunya? Mami bilang, kamu gak gentle." Dira terkekeh.

"Hhh.. Mami selalu ikut campur dan sok tahu."

"Kalau Mas keberatan, aku bisa nunggu sampai Mas yakin lagi sama aku. Aku sadar, disini aku yang salah."

"Terima kasih. Mungkin, ku pikirkan nanti sepulang gathering dari kantor. Biar semuanya tak terburu-buru. Jujur saja, untuk saat ini, aku juga bingung dengan hubungan kita."

Dira mengangguk. "Iya, Mas. Ke depannya aku usahakan untuk membagi waktu, Mas."

Dulu juga kamu bilang begitu, Dir.

"Dir.. Kalau seandainya nanti kita gak jodoh, gimana?"

Dira tertawa, "ya gak apa-apa. Memang aku harus gimana? Setidaknya, aku sama Mas sudah berusaha, kan?"

"Aku cuma takut, aku nyakitin kamu, Dira. Aku takutnya semisal kita gak cocok. Tapi kita maksa, aku takut gak sesuai eskpestasi kita berdua."

BANG VANO (Complete)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora