Bab 4

6.7K 520 57
                                    

Perlu Vano akui, Daffa memang lebih pro dalam berhubungan dengan wanita. Daffa sama sekali tidak terlihat canggung saat berhadapan dengan wanita yang disukainya. Padahal, Vano tadi melihat Daffa memancarkan aura cinta pada gadis imut dihadapannya. Namun, bisa-bisanya Daffa bersikap santai seperti sekarang.

“Kamu jangan genit sama Bang Vano!” Cegah Daffa pada Kirei

“ Ih, siapa yang genit, coba!”

“ Kamu lah! Abang tahu kamu, ya Dek. Kecil-kecil mah belajar yang bener.”

"Aku kecil gini juga laku, tahu! Daripada Abang." Kirei menjulurkan lidahnya.

'Laku? Apa dia punya pacar? Terus Daffa?' batin Vano penasaran.

“Ayo pulang.” Ajak seorang lelaki yang tiba-tiba saja mengapit leher Kirei di lengannya.

'Dia pacar gadis ini?' Vano mencoba membaca situasi.

“Kenalkan, Aksa, Bang. Kakaknya Kirei dan dia Bagas.” Daffa mulai mengenalkan satu persatu temannya.

Vano masih mengamati interaksi mereka. Mencoba menerka-nerka situasi yang dihadapi Daffa.

“Kamu suka sama cewek tadi?" tanya Vano sambil menyetir setelah mereka berpisah di parkiran tadi.

“Siapa? Kirei?” Daffa meliriknya.

“Ya siapa lagi.”

“Suka lah. Gak ada yang gak suka sama dia.”

“Oh ya? Kenapa?”

“Dia unik, lucu, baik, berisik, dan menggemaskan.” Tutur Daffa seraya terkekeh.

“Kamu jatuh cinta sampai bisa menjabarkan seperti itu?”

“Jatuh cinta? Apa jatuh cinta perlu alasan seperti itu? Aku rasa jatuh cinta tak perlu alasan.” Daffa menatap Vano. “Alasan Abang jatuh cinta sama Dokter itu apa?”

“Mm.. Cantik, baik, anggun, mmm..”

“Oh fisiknya doang. Jadi setiap lihat wanita cantik, baik, anggun, berarti Abang jatuh cinta?”

“Gila kamu! Enggak lah!”

So?

“Ya karena ada rasa tersendiri saat aku di dekatnya.” jawabnya. Vano segera mengalihkan pembicaraannya kembali. “Jadi, cintamu bertepuk sebelah tangan? Itu yang kata kamu lagi usaha naklukin bibidari?” Vano tersenyum mengejek.

“Setidaknya aku turut senang melihatnya bahagia. Tapi, Abang tahu dari mana, Kirei punya pacar?”

“Tadi dia bilang laku kan?”

“Hmm.. Aku cukup senang saat melihatnya bahagia.” gumam Daffa

“Klise. Percuma saja kalau bukan kamu yang jadi sumber kebahagiaannya.” skak mat! Logika Vano lebih bekerja daripada hatinya.

“Setidaknya aku yang menjadi salah satu sumber tawanya. Maybe

“Dan kamu dengan sukarela? Padahal jelas-jelas dia punya pacar.”

BANG VANO (Complete)Where stories live. Discover now