14.PERSOALAN GAVIN

248 87 11
                                    

Halo semuanyaa....

Mari kita awali cerita ini dengan bismillah....

Jangan lupa berikan emoticon 💜 di sini untuk menambah semangat Author saat menulis cerita....

Yaudah deh langsung aja ya....

•••

"Anak lo juga anak gue, Gav."

-Aldevano Felixo-

•••

Seorang gadis melenguh saat merasa tidurnya terusik. Sinar matahari yang berusaha menerobos masuk ke dalam kamar melalui sela-sela gorden, membuat tidur gadis itu semakin terusik.

"Woyy kebo bangun," teriakan seseorang dari pintu sama sekali tidak membuat gadis itu mau membuka matanya.

Dia menangkap sosok lelaki remaja sedang berdiri di pintu kamarnya sambil membawa panci dan centong kayu.

Dia berjalan masuk ke kamar. Saat sudah sampai di dekat kasur, dia langsung melompat ke atas kasur dan mulai melancarkan aksinya yaitu memukul panci dengan centong kayu itu.

"SAHURRRR!"

"SAHURRRR!"

"DEK AYO SAHUR DEK UDAH MAU ISYA."

"SAHURRRR, SAHURRRR!"

"AYO MAKAN SAHUR DENGAN SAYUR KOLLL."

"AYO MAKAN DAGING BABI DENGAN SAYUR KOL."

Gadis itu menutupi seluruh wajahnya dengan bantal. Dia sangat pusing di buat orang itu.

"Daren, sudah jangan menjahili adiknya terus." Suara lembut di pintu membuat lelaki bernama Daren itu cengengesan.

Daren turun dari atas kasur. Dia meletakkan panci dan centong kayu itu di atas nakas.

"Kebo bun dia, masa udah siang gini belum bangun bun," ujar Daren.

Wanita itu mendekati kasur putrinya. "Sayangnya bunda bangun sayang, sudah siang."

Gadis itu memunculkan wajahnya dari balik bantal. Wajahnya tampak seperti tidak baik-baik saja.

"Panas bun," jelasnya.

Daren serta wanita itu mengerutkan dahi mereka heran. Panas? Bukankah AC menyala 24 jam, apa AC-nya rusak? Wanita itu menyentuh kening putrinya memastikan.

Panas.

Ternyata gadis itu demam.

"Sayang kamu demam, ayo kita ke rumah sakit," ujar wanita itu panik.

"Daren ayo panaskan mobil kita ke rumah sakit sekarang," ujarnya lagi.

Daren ikut panik saat bundanya itu panik. "I-iya bun, bentar."

Saat hendak melangkah pergi. Suara lembut dari mulut gadis itu berhasil membuatnya tidak jadi pergi.

"Nara gak mau ke rumah sakit. Nara hanya perlu istirahat, bunda temani Nara di sini ya," ujar gadis itu memohon pada bundanya.

Wanita itu tersenyum lalu mengangguk.

"Kalau begitu sebentar bunda ambilkan makan dan kompresan dulu ya, sayang."

Lagi-lagi gadis itu menahan tangan bundanya. Dia menggeleng. "Nara hanya perlu bunda."

Dia memeluk lengan bundanya erat seolah tidak ingin bundanya pergi jauh darinya.

DEVANARAحيث تعيش القصص. اكتشف الآن