12.MEMBUKA LUKA LAMA

257 92 9
                                    

Lagi demen nulis cerita nih saya wkwk....

Oh iya jangan lupa mampir ke ig saya ya @aliffiya_an09 jangan lupa di follow oghey *numpang promot wkwk....

JANGAN LUPA BAHAGIAAAA!!!

•••

"Tolong berikan cerita ini akhir yang bahagia ya, Tuhan."

-Anara Bagaskara-

•••

Gavin mengambil pakaian yang baru saja ia cuci dari dalam mesin cuci, dan memasukkannya ke dalam ember.

Dia melangkah ke baklon untuk menjemur bajunya yang masih agak sedikit basah di bawah terik matahari.

Setelah selesai, dia meletakkan embar itu di salah satu sisi balkon, dan meninggalkannya di sana.

Dia meminum jus jeruk yang baru saja ia buat tadi. Pikirannya masih melayang-layang mengingat kejadian kemarin.

Apa Nara baik-baik saja?

Apa bukti itu asli?

Sedang apa Nara di sana?

Apa Nara bahagia?

Entah mengapa pikirannya selalu saja memikirkan gadis itu. Apalagi bayang-bayang saat Nara mencium pipinya.

Ugh, menggemaskan!

"Gak-gak, gak boleh gini." Gavin menggeleng kuat berusaha menolak dan melupakan semua.

"Gua gak boleh kayak gini," ujarnya lalu menepuk pipinya.

"Makin ngaco nih otak lama-lama. Inget vin, lo cuman nganggep dia kayak adik lo doang! Inget!" tegasnya.

"Mungkin?" lanjutnya dengan lirih.

"Udahlah, mending ke kampus!"

Gavin masuk ke dalam kamarnya untuk mandi. Namun saat selesai mandi lelaki itu terlonjak karena mendapati Aldev yang tengah tertidur di atas kasurnya.

Tanpa peduli, Gavin membuka lemari pakaian dan kembali ke dalam kamar mandi untuk memakai pakaiannya itu.

"Dev, ini beneran lo kan? Bukan bapak poci atau teman-temannya?" ujar Gavin saat sudah berpakaian lengkap.

Gavin bergidik ngeri saat membayangkan sosok poci dan teman-temannya yang sangat ia takuti.

Gavin memang penakut akan hal-hal gaib, tapi dia sama sekali tidak takut dengan preman, penjahat, teroris atau apapun itu, selama mereka masih berbentuk manusia.

Merasa tidurnya terusik, Aldev membuka matanya.

"Berisik lo anjir, gua baru aja tidur kampret!" serapah Aldev yang kesal dengan sahabatnya itu.

"Lagian lo muncul tanpa suara, gue kira setanlah." Gavin mendengus.

Dia mengambil parfum yang ada di mejanya. Menyemprotkan parfum itu ke seluruh tubuhnya.

"Lo gak ke kampus? Hari ini kita ada kelas loh." Gavin mengingatkan Aldev yang sedang menjelajahi alam mimpinya itu.

"Dev, Aldev."

"Woy Aldev!"

"Sumpah mati nih orang."

Gavin mendorong tubuh Aldev hingga lelaki itu terjungkal dari atas kasur.

DEVANARAWhere stories live. Discover now