9.PERINGATAN KECIL

608 138 22
                                    

"Kalo lo gak bisa ngomong yang baik-baik, mending diam! Daripada gue buat lo bungkam untuk selamanya!"

-Aldevano Felixo-

•••

Disinilah Aldev berada sekarang, di mansion besar milik keluarga Felixo. Duduk di sofa selayaknya tamu yang tengah menunggu tuan rumah.

"Ada apa kamu kesini?" Suara bariton itu membuat pandangan Aldev teralihkan.

Aldev tersenyum remeh. Bangkit dari posisi duduknya, mendekati sang pemilik rumah yang berdiri tegap di hadapannya.

"Kata orang, polos sama bego itu beda tipis." Aldev berbisik di telinga Tuan Felixo dengan seringai khas miliknya.

Aldev tersentak saat tubuhnya di dorong dengan kuat, ia mundur beberapa langkah ke belakang.

Bibirnya mengulum senyum meremehkan yang ia tunjukkan kepada pemilik rumah.

"Sebenarnya apa maksudmu hah! Kamu sedang mengejek Papamu ini? Apakah kamu sudah tidak waras, Devan!" ujar Tuan Felixo yang saat ini sudah duduk di sofa dengan kepala yang berdenyut pusing.

Aldev kembali duduk di sofa, menaikkan kedua kakinya ke atas meja. Memang tidak sopan!

Tapi siapa yang berani melarang seorang putra tunggal dari keluarga Felixo. Bahkan ayahnya sendiri-pun tak pernah bisa melarang sang putra tunggal.

"Saya, tidak waras? Sepertinya iya," jawab Aldev dengan santainya.

"Tapi anda lebih gila! Ah tidak-tidak, tepatnya anda itu idiot!" sambung Aldev dengan senyum penuh kemenangan.

Aldev mengeluarkan kotak berisi batangan nikotin dari saku celananya, mengambil sebatang nikotin dan membakar ujungnya dengan korek api.

Setelah batang nikotin yang ada di tangannya menyala, Ia meletakkan korek api dan kotak batangan nikotin itu di atas meja.

Ia menghisap kuat batang nikotin itu, menikmati setiap hisapan yang ia tarik kemudian ia hembuskan kembali asapnya.

"Oh ayolah Tuan Felixo. Apakah anda perlu semarah itu? Bukankah itu semua memang benar."

Aldev menatap batang nikotin yang sudah habis di tangannya. Ia membuang batang nikotin itu di asbak dan kembali mengambil yang baru.

Saat tangannya hendak mengambil kotak di atas meja, ada sebuah tangan putih mulus yang menipisnya.

Siapa lagi jika bukan Nyonya rumah ini. Aldev memandang wanita di depannya itu dengan seringai licik.

"Wah ternyata Nyonya besar Kenya sudah pulang." Aldev bangkit lalu membungkuk 90 derajat memberi salam.

Lalu dia tertawa terpingkal-pingkal karena kelakuannya sendiri.

"Ah, Nyonya Kenya. Apakah anda akan memenggal kepala saya karena sikap saya ini tidak sopan kepada Suami anda?"

Aldev bangkit dan berjalan perlahan mendekati Kenya yang kini sedang memandang wajahnya dengan sorot mata yang sendu.

Huh ... Aldev sungguh membenci wanita yang ada di hadapannya ini.

"Apa saya perlu memberitahu Tuan Felixo bahwa anda mengambil uang sebesar 3 miliyar dari brankas bank milik keluarga Felixo, nyonya Kenya yang terhormat,"

Aldev berbisik pelan di samping telinga Kenya. Aldev menjauhkan wajahnya dari telinga Kenya.

Dirinya terkekeh melihat tubuh wanita itu yang kaku seakan sudah membeku.

DEVANARAWhere stories live. Discover now