16. Tak Pintar Mencari Alasan

1.1K 152 23
                                    


Gak semua pernyataan
Harus di jawab jujur.

-Ata L.B


Susana rumah Burn saat ini sangat ramai, sudah banyak orang yang berdatangan. Bahkan para ibu-ibu tetangga sudah datang dari pagi untuk membantu mempersiapkan hidangan, karena memang begitulah adat nya.

Jika ada orang yang tengah mengadakan acara seperti sunatan, nikahan atau mungkin acara tahunan untuk memperingati kematian. Maka para tetangga akan datang ke rumah orang yang mengadakan acara tersebut.

Ayah Burn sengaja lebih mengikuti adat yang ada daripada melakukan seperti orang kaya pada umumnya, yang lebih menggunakan pelayan saja. Karena jika tetangga yang di undang, maka akan menambah tali silaturahmi. Lantaran jika pada hari biasanya ayah Burn sangat sibuk di kantor, sehingga cukup jarang untuk berinteraksi dengan warga sekitar.

Bahkan Burn pun sama, walau dia sering berada di rumah tapi Burn lebih memilih diam di kamar. Ataupun main keluar sama temannya.

"Hei, kamu jagain Ily? Dimana Juna?" Mami Luna---ibu dari Juna, tiba-tiba saja datang dengan sebuah piring di tangannya yang terlihat sudah lengkap dengan nasi serta lauk pauk. Sepertinya itu untuk Ily.

"Gak tau Tan, tadi katanya pamit mau Nerima telepon." Memang benar, beberapa menit lalu Juna pamit pergi untuk mengangkat teleponnya yang berdering dan Burn hanya membiarkan saja dan kembali bermain dengan Ily di ruang tamu.

"Oh, yaudah kalau gitu. Sini Ily, kamu makan dulu." Ily langsung turun dari sofa kemudian berjalan mendekat ke arah mami Luna yang berada di sisi sofa lain.

Dan Burn hanya diam menyimak, menatap Mami Luna yang menyuapi Ily dengan telaten. Yang entah mengapa membuat Burn tersenyum tanpa sadar. Ia jadi mengingat Bundanya, yang dulu menyuapinya juga. Tapi bedanya Ily duduk anteng, sedangkan ia berjalan ke sana kemari sehingga membuat Bundanya kewalahan. Namun untungnya bundanya itu penyabar, sehingga tak marah padanya.

"Kamu udah makan Burn?" Lamunan Burn langsung buyar kala Mami Luna bertanya padanya, menyuapi satu sendok ke mulut Ily lalu mendongak menatap Burn.

"Nanti aja Tante, masih kenyang."

"Jangan bilang kamu diet ya."

"Eh, enggak kok Tante. Saya diet gak diet juga tetep kurus, badannya emang selalu segini." Burn menyengir, sedangkan mami Luna mengangguk setuju.

Benar adanya, dari dulu Burn sangat sulit rasanya untuk menggemukan badan. Walau sudah banyak sekali ia makan, tetap saja badannya langsing. Kata ayahnya, ia seperti bundanya dulu sebelum hamil. Bundanya dulu kurus dan memang sangat sulit untuk gemuk, tapi ketika sudah hamil dan melahirkan dirinya. Berat Tubuh Bundanya mudah sekali naik.

"Ada apa mi?" Itu Juna, baru saja datang dan mengambil tempat duduk di samping Burn. Lantaran sofa yang tersedia cuma dua karena sisa sofa yang lain di pindahkan ke gudang untuk sementara, karena nanti malam akan ada yasinan makanya ruangan di buat seluas mungkin.

Juna memang mendengar tadi Mami Luna menanyakan dirinya, karena Juna mengangkat teleponnya di balik tembok dekat ruang tamu sehingga masih dapat terdengar lumayan jelas.

"Enggak, tadi mami kira kamu kemana." Juna hanya mengangguk paham.

"Assalamualaikum."

Mendengarnya tentu saja membuat Burn, Juna serta mami Luna membalas salam nya. Beralih menatap ke arah pintu yang dimana terdapat Korn serta Irma yang sepertinya baru saja datang.

Ternyata Korn benar-benar berhasil merayu Irma untuk datang.

"Eh, Korn?" Bukan Mami Luna tentu saja yang berkata demikian, melainkan ayah Burn yang langsung menyambut Korn---yang kebetulan memang tadi Ayah Burn berniat untuk pergi menemui Burn.

"Baru Dateng?" Korn mengangguk, melangkah mendekat dan menyalimi ayah Burn dengan sopan. Di ikuti Irma yang berada di belakang pundak Korn.

"Kamu kenal mas?" Mami Luna menceletuk, membuat semuanya langsung beralih menatap mami Luna.

"Iya, dia kan pacarnya B-"

"Ayah! Tadi kata bi Inah dia mau daftarin diri untuk ikut casting." Perkataan Burn yang tiba-tiba begitu tentu saja mampu mengalihkan semua atensi orang di sana, menatap aneh ke arah Burn terutama ayahnya juga.

"Casting?" Beo Mami Luna.

Burn mengangguk, "casting untuk masuk iklan majalah, dia ngomong ke aku tadi pagi."

"Tapi Burn." Ayah Burn memberi jeda sejenak. "Kalau soal casting itu bukannya bibi bilangnya malem tadi ya? Pas kita makan malam?"

Burn menepuk pelan keningnya, ia lupa. Sedangkan Korn langsung mendengus, Burn memang tak pernah bisa untuk mencari alasan.

"Mungkin dia mau ikutan casting itu kali om." Celetuk Korn, dan di balas pelototan tajam dari Burn.

Tentu saja, Burn tak pernah suka acara begituan. Ia tak suka sensasi, ia lebih suka kerusuhan.

"Mau ikut Burn?"

"Enggak yah."

"Terus maksudnya apa?"

"Ah, lupakan." Burn memilih beranjak bangun dan tanpa sadar menarik tangan Juna dan mengajak pergi dari sana. Membawa Juna keluar, dan Juna hanya diam menuruti saja. Meninggalkan yang lainnya yang hanya bisa menatap ke arahnya dengan heran.

"Kalau di lihat-lihat, Juna cocok juga ya sama Burn." Mami Luna tiba-tiba saja berkata demikian di saat atensi Burn dan Juna sudah tak terlihat lagi dari sana.

"Cocok? Tapi Burn kan udah punya pac-"

"Om, kata mama dia bakal Dateng nanti sore. Soalnya gak bisa karena lagi sibuk sama butiknya." Dan kali ini Korn yang kembali memotong perkataan ayah Burn.

Tentu saja baik Burn maupun Korn tak boleh membiarkan sang target, Juna dan Irma mengetahui jika mereka berdua adalah sepasang kekasih. Bisa-bisa taruhannya akan gagal kalau seperti itu.

"Loh? Sore?" Korn mengangguk. "Tapi, mama kamu udah Dateng dari tadi pagi. Itu ada di dapur sekarang."

Oke, baik Burn maupun Korn memang sama-sama tak bisa mencari alasan.

Cocok memang.






ORANG YANG GA PINTER MENCARI ALASAN BIASANYA ORANG YANG GAK JAGO UNTUK BERBOHONG.

BIASANYA SIH.

WATTPAD : Atalia_balqis
IG : ata.l.b

Couple SomplakWhere stories live. Discover now