33. Belajar

797 98 9
                                    

Di dalam kamus seorang siswa,
Mencontek adalah hal yang wajar.

-Ata L.B

Burn mengacak Surai rambutnya kasar, menjatuhkan kepalanya begitu saja ke atas meja. Otaknya terlalu lelah untuk di pakai belajar. Ingin saja rasanya ia meninggalkan tumpukan buku ini dan berlari ke kamarnya untuk bermain ponsel atau mungkin menonton film.

Namun sayangnya sang ayah mengawasi, duduk di hadapannya sembari membaca koran.

"Yah."

Ayah Bisma hanya melirik, mengangkat sebelah alisnya kala melihat sang putri menampilkan raut wajah memelas.

"Nanti lagi aja ya belajar nya, udah capek tau."

Burn sedikit meringis ketika ayahnya memukul pelan kepadanya menggunakan koran yang di gulung. "capek dari mana? Kamu aja baru belajar sekitar sepuluh menit."

Burn mendengus pelan, "bagi aku itu 600 detik---awh!" Kepalanya kembali di pukul, kali ini sedikit lebih kuat.

"Itu sama aja Siti Munaroh."

Burn menyengir, mengusap pelan jidatnya yang terkena pukulan tadi. "Tapi serius deh yah, istirahat dulu ya. Kalau di paksa, yang ada nanti gak masuk ke otak loh." Ia masih berniat untuk membujuk, berharap sang ayah luluh.

Ayah Bisma menghela napas pelan, selama ini ia memang selalu menuruti kemauan putrinya. Sebisa mungkin apapun yang di inginkan Burn, ayah Bisma selalu berusaha mengabulkan. Namun, untuk tidak belajar itu adalah pengecualian.

"Gak, dua hari lagi kamu ujian kenaikan kelas. Walau gak peringkat, setidaknya jangan jadi yang terbawah dong."

Burn semakin cemberut, "tapi yah, aku gak suka belajar."

Ayah Bisma terdiam sejenak, "gimana kalau kamu ajak Korn buat belajar bareng?"

Sontak saja hal itu membuat Burn langsung mendengus. "Ayah lupa ya? Aku sama Jagung itu sama aja. Kalau aku belajar bareng dia, yang ada malah makin menjadi malasnya."

Korn Dan Burn, selain di juluki pasangan somplak di sekolah. Mereka juga sama-sama di sebut kompak juga dalam segi kemalasan, apalagi belajar. Dulu, pernah. Salah satu guru menyuruh Korn dan Burn untuk kerja kelompok dalam membuat lukisan tembok yang ada di taman, lantaran waktu itu mereka berdua secara tak sengaja membuat para pelukis sakit perut.

Gara-gara keduanya secara tak sengaja menjatuhkan atau bisa di katakan tak sengaja melemparkan makanan untuk para pelukis itu ke tempat sampah yang berukuran besar yang berada di taman sekolah.

Karena sayang terhadap makanan, tentu saja keduanya mengambil kembali makanan nya dan di letakan lagi ke wadahnya. Kemudian memberikan kepada para pelukis dengan wajah tanpa dosa.

Alhasil karena hal itulah membuat keduanya dihukum. Harus bisa melukis, menggantikan para pelukis yang sakit.

Tapi, sepertinya suatu kesalahan besar untuk menyuruh keduanya mengerjakan hal yang begitu penting.

Terbukti dari hasil lukisan keduanya. Yang seharusnya menggambar dengan tema tumbuhan untuk menyelaraskan kegiatan penghijauan kala itu. Namun Korn dan Burn malah menggambar dua gunung kembar, sawah, dan sebuah gubuk ala-ala bocah SD.

Sontak saja hal itu membuat semua orang hanya bisa menggeleng kepala dan mendesah frustasi. Bahkan, guru yang menghukum keduanya pun memilih untuk Resaign. Dan sekarang di gantikan oleh pak Bayu.

"Yaudah, kalau gitu..." Ayah Bisma menjeda sejenak kalimatnya, membuat Burn hanya mengangkat sebelah alisnya bingung. Melihat sang ayah yang mengambil ponselnya.

Couple SomplakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang