8. Pasrah

3.7K 52 4
                                    

Keesokan harinya, Mira berangkat ke kampus seperti biasa. Namun tiba-tiba saat memasuki gerbang kampus Mira dihadang oleh 3 cewek, siapa lagi kalau bukan Dian dan gengnya.

"Haish, ada apa lagi ini?" batin Mira dengan perasaan tak enak.

"Per... Permisi kak." ucap Mira gugup.

"Ahh, iya silahkan." Dian menggeser tubuhnya untuk memberi jalan pada Mira.

Gubraaakkkkk...

Saat Mira berjalan melewati Dian, ternyata Dian mengangkat sebelah kakinya, sehingga membuat Mira tersandung dan terjatuh.

"Aawww." Mira mengeluh kesakitan dan lututnya pun berdarah.

"Oopppssss... Maaf." ucap Dian.

Mira pun mencoba berdiri dan pergi mengabaikan Dian dan temannya. Namun karena sakit di lututnya, membuat Mira berjalan pincang.

Dian dan gengnya menyusul Mira. Saat sampai ke Mira, Dian merangkul Mira.

"Kenapa kau buru-buru pergi? Pasti kakimu sakit. Maafkan aku ya? Bagaimana kalau aku obati dulu lukamu? Kita pergi ke klinik kampus dulu." Ucap Dian dan melirik ke arah temannya.

"Iya benar, lututmu berdarah dan harus segera diobati." Sahut Somi.

"Tidak usah kak. Aku tidak papa kok. Ini hanya luka kecil. Lagipula sebentar lagi aku ada kelas." Tolak Mira dengan berbagai alasan.

Mira merasa ada sesuatu yang tidak beres. Kenapa tiba-tiba kak Dian jadi baik begitu. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan Mira mencoba untuk menolaknya.

Namun pada akhirnya Mira tetap kalah dari Dian yang terus memaksanya. Mira mengikuti langkah kaki Dian dan temannya.

"Loh kak, ini bukan jalan menuju ke klinik, bukannya kita seharusnya belok kanan?" Tegur Mira.

"Udah, kamu ikut aja. Nggak usah bawel."

"Tapi kakak mau bawa Mira kemana?" Mira mulai cemas.

"Dibilangin nggak usah bawel."

Dian dan temannya menyeret Mira pergi ke tempat yang bukan menjadi tempat tujuan awal mereka. Mereka membawa Mira ke atap kampus.

Mira diikat disebuah kursi oleh Dian dan temannya. Mira pun hanya bisa pasrah, melawan pun juga tak ada gunanya. Karena kekuatan Mira tak sebanding dengan mereka bertiga.

"Sebenarnya apa salahku pada kalian?"

"Nggak usah pura-pura bego deh lo. Makanya jadi cewek jangan keganjenan. sudah diperingatin sekali dua kali, jangan deket-deket sama Nathan tapi nggak ngerti-ngerti juga ya lo." Gertak Dian sambil menarik rambut Mira ke belakang.

"Aaauuuuwww... Aku nggak pernah deketin kak Nathan. Aku sudah berusaha menjauhi kak Nathan tapi kak Nathan selalu ngejar-ngejar dan memaksaku." Jawab Mira sambil merintih kesakitan.

"Waaahhhh.... Sok cantik banget lo ya. Kalian percaya kalau Nathan yang ngejar-ngejar cewek udik kayak gini?" Tanya Dian pada teman-temannya dengan nada mengejek.

"Hahahaha... Kalau ngehalu yang masuk akal dikit dong? Lagi menghayal jadi cinderala ya lo?" Ejek Somi.

"Iya nih. Cewek secantik, modis, tinggi, kulit mulus kayak Dian aja nggak dilirik sama Nathan, apalagi cewek yang modelannya kayak lo?" Sahut Dewi.

"Sebenarnya lo mau muji gue apa ngejek gue sih?" Kesal Dian dengan ucapan Dewi.

"Hehehe. Bercanda. Lalu apa yang akan kita lakukan pada cewek ini?" Tanya Dewi.

"Lo copot kancing baju dia!" Perintah Dian.

"Hah? Untuk apa?"

"Udah nggak usah banyak tanya. Lakukan saja apa yang gue bilang."

"Baiklah. Ayo Som."

Dewi dan Somi sudah bersiap hendak membuka kancing kemeja yang dikenakan oleh Mira.

"Tidak... Jangaaaan!!! Apa yang akan kalian lakukan?" Cemas Mira.

Mira mencoba untuk melindungi dirinya dan mencegah perbuatan mereka. namun apalah daya Mira yang kedua tangan dan kakinya diikat. Satu persatu kancing kemeja Mira terlepas. Sehingga tampaklah bra berwarna merah muda yang dikenakan oleh Mira.

Tanpa basa basi Dian segera membuka kunci layar ponselnya dan mengambil beberapa foto Mira yang dalam keadaan bagian dada yang terbuka.

Mira mencoba memberontak dan mencoba melepas kedua tangannya yang terikat, namun semua sia-sia. Justru tangan Mira menjadi terluka. Tali terikat begitu kuat.

"Apa yang kalian lakukan? Tolong... Aku mohon hentikan!!!" Mohon Mira dengan pasrah.

'Ddrrrrrttttttt'

Ponsel Mira berdering berulang kali, sehingga membuat Dian dan yang lain menyadarinya.

"Ambil ponselnya!" Perintah Dian.

Somi dan Dewi menggeledah tas milik Mira, dan mengambil ponsel yang ada di dalamnya.

Terpampang sebuah nama pada layar ponsel Mira 'Kak Nathan'

"Wah... Pelet apa ya lo gunain buat deketin kak Nathan? Bisa-bisanya dia nelpon lo? Ada perlu apa?"

Mira hanya diam.

"Kalo ditanya itu dijawab. Punya mulut kan lo?" Gertak Somi sambil menjambak rambut Mira ke belakang.

"Aaaaaauuuuu.... Sakit kak."

"Makanya kalau ditanya itu jawab."

"Aku juga nggak tahu kak."

'Praaaakkkkkkk'

Tiba-tiba Dian membatinh ponsel milik Mira. Lalu menginjak-ngijaknya hingga layarnya pun retak tak karuan. Mira hanya bisa menatap pasrah.

"Udah yuk cabut!!!" Ajak Dian.

"Tapi bagaimana dengan dia. Apa perlu kita lepasin dulu ikatannya?"

"Tidak perlu. Biarin aja. Gie penasaran, selama ini kan dia selalu bisa lolos dari kita. Entah ada yang nolong atau itu hanya sebuah kebetulan dan keberuntungannya saja."

"Iya, gue juga merasa ada yang aneh saat kita mengerjainya." Ucap Somi.

"Sama. Gue juga." Sahut Dewi.

"Maka dari itu, kali ini kita lihat apakah akan ada yang menolongnya, atau keberuntungan akan datang lagi padanya."

"Atau besok kita akan menerima kabar buruk tentangnya. Hahaha." Ucap Somi.

"Ya udah yuk kita pergi dari sini. Sebelum ada yang melihat kita."

"Kita pergi dulu ya. Bye bye."

Dian, Somi, dan Dewi pun segera pergi dan meninggalkan Mira sendirian dengan keadaan yang masih terikat.

TBC
******

Ada yang masih menunggu cerita ini?? 😊😊

Vote dan komen yang banyak ya, biar author semangat lagi buat lanjutin cerita ini 🙏🙏🙏🙏

Annoying Possesive GhostOn viuen les histories. Descobreix ara