5. Pertolongan dan Imbalan

8.7K 142 7
                                    

Akhirnya jadwal kampus hari ini selesai, Mira ingin segera pulang. Sejak sampai di kampus tadi pagi, Mira hanya duduk di ruang kelas. Mira takut kalau bertemu dengan orang yang mengurung dirinya di gudang kemarin.

"Gue langsung pulang ya Dis?" Pamit Mira pada Disa.

"Nggak ke perpus dulu?"

"Nggak dulu deh."

"Lo kenapa? Kok kayak orang ketakutan gitu?" Tanya Disa yang merasa aneh dengan gerak gerik Mira.

"Ahh....gue nggak papa kok."

"Hem, baiklah. Lo hati-hati ya."

"Yap. Gue duluan ya."

Mira memang belum memberi tahu Disa soal kejadian kemarin, termasuk juga Nathan. Berulang kali Nathan menghubungi Mira, namun Mira abaikan.

Mira pun keluar meninggalkan kelas dan Disa. Mira berjalan dengan langkah yang sedikit lebih cepat, namun saat sampai di halaman kampus tiba-tiba ada yang menariknya kembali. Dan dibawa ke belakang kampus.

"Maaf, kalian siapa? Apa yang kalian lakukan? Kenapa kalian melakukan ini pada saya? Tolong lepaskan saya. Biarkan saya pergi." Mohon Mira pada ketiga orang yang sedang mengepungnya saat ini.

"Lo nggak tau siapa kita? Lo nggak tau gue?"

Mira hanya menggelengkan kepalanya. Karena Mira benar-benar tidak mengenal mereka.

"Wah parah nih."

"Memang siapa kalian? Apa salah saya pada kalian?"

"Oke biar gue jelasin. Gue Dian. Dan kesalahan lo adalah lo berani deketin Nathan." Jelas Dian dengan suara lantang.

Mira memutar pikirannya. Sepertinya ia pernah mendengar nama itu. Lalu tak butuh waktu lama Mira pun mengingat semua perkataan Disa tentang Dian.

"Ahhh... Kak Dian. Maafkan saya kak. Tapi saya nggak pernah deketin kak Nathan."

"Nggak usah bohong lo, gue sering lihat dengan kedua mata gue sendiri, kalau lo berduaan sama Nathan." Sentak Dian sambil menjambak rambut Mira ke belakang.

"Aaaa.... Tapi saya benar-benar nggak ada hubungan apa-apa sama kak Nathan."

"Lo tau kan kalau Nathan itu cuman milik gue?"

"Iya kak."

"Trus kenapa masih lo deketin? Hah? Atau lo mau nantangin gue?" Emosi Dian semakin meluap saat teringat Mira dan Nathan berduaan di perpus.

"Saya berani sumpah kak, kalau saya benar-benar nggak ada hubungan apa-apa sama kak Nathan.

"Gimana caranya lo bisa keluar dari gudang kemarin?" Tanya Somi.

Yap memang benar, kalau yang mengurung Mira di gudang kemarin adalah Dian dan temannya. Karena mereka mengetahui kalau Mira hendak menemui Nathan kemarin.

"Iya juga, kok bisa lo keluar dari gudang itu?" Sahut Dian.

Mira tak menjawab apapun, dia hanya merintih kesakitan karena rambutnya trus ditarik oleh Dian.

Saat Somi dan Dewi masing-masing membawa seember air dan hendak disiram ke tubuh Mira, namun tiba-tiba Somi dan Dewi malah saling menyiram.

Mereka semua tercengang dengan apa yang terjadi, termasuk Somi dan Dewi. Sedangkan Mira yang awalnya sudah menutup matanya karena merasa akan disiram ke tubuhnya, akhirnya membuka mata saat mendengar guyuran air namun Mira tak merasakan apa-apa.

"Somiiiii."

"Dewiiiiii."

Teriak Somi dan Dewi bersamaan. Mereka berdua sudah basah kuyup sekarang.

"Yaaakkkk... Somi kenapa kau malah menyiramku?"

"Aku tidak menyirammu, tapi tiba-tiba tanganku seperti bergerak sendiri ke arahmu. Tapi kau juga menyiramku."

"Haaaah?? Sama. Tiba-tiba tanganku juga bergerak sendiri saat ingin menyiramnya."

"Waaaaaahhhh... Tiba-tiba bulu kudukku berdiri." Ucap Somi yang merasa ngeri.

"iya, gue juga tiba-tiba merinding."

"Heeeyyyyyy... Apa yang kalian lakukan?" Teriak Dian.

"Maaf Dian, sepertinya aku harus segera pergi dari sini. Aku merasa ada yang aneh di sini." Ucap Dewi lalu segera pergi.

"Maaf, aku juga harus pergi ke toilet." Somi pun menyusul Dewi.

"Yaaaakkkk... Kenapa kalian ninggalin gue."

"Kali ini lo beruntung. Lain kali kalau gue lihat lo deket-deket lagi sama Nathan, gue akan lakuin yang lebih parah lagi." Bentak Dian pada Mira.

Dian pun pergi meninggalkan Mira, dan menyusul teman-teman nya.

"Huuuuuffftttt." Mira menarik nafas panjang lega.

"Ku harap kau mengucapkan terimakasih kali ini."

"Astaga." Kaget Mira saat sedang merapikan rambutnya.

"Hai, kita bertemu lagi dan aku juga menolongmu lagi kali ini."

"K-kau??" Mira merasa takut.

"Iya aku yang menolongmu kemarin. Nggak usah takut. Kenalin gue Edgar. Lo Mira kan?"

"Hah?"

"Aku bilang nggak usah takut. Aku nggak akan nyakitin kamu. Lagian aku kan di sini juga nolongin kamu."

"Tapi kenapa?"

"Karena kamu orang yang payah."

"Appaaa?"

"Memang begitu, kau selalu diam meskipun ditindas."

"Tau tentang apa kau tentang aku?"

"Aku tau segalanya."

"Mustahil."

"Kalau begitu tanyakan apa saja tentangmu?"

"Berapa tanggal lahirku?"

"5 mei."

"Hah?"

"Sudah aku bilang aku mengetahui semua tentangmu."

"Tapi kenapa?"

"Sudah dari lama aku sebenarnya berada di dekatmu. Tapi aku sengaja menunggu waktu yang tepat untuk menampakkan diri dihadapanmu."

"Tapi kenapa?"

"Apa kamu nggak punya kata-kata lain? Mungkin karena kita berjodoh."

Mira menatap tajam ke arah Edgar si hantu ganteng.

"Ya sudah kamu segera pulang, sebelum mereka datang lagi."

"Ahhhh.... iya. terima kasih telah menolongku diwaktu yang tepat. Kalau tidak akan pulang dengan keadaan basah kuyup."

"Sama-sama sayang. Aku juga senang bisa membantumu. Tapi aku mau minta imbalan."

"Imbalan? Jadi kamu nggak ikhlas nolonginnya?"

"Ikhlas dong. Imbalannya nggak sulit kok."

"Apa?"

"Biarkan aku jadi kekasihmu?"

"Hah?? Dasar hantu gila? Nggak mau."

"Emang kenapa?"

"Mana ada manusia pacaran sama hantu."

"Ada kok. Buktinya kita."

"Nggak, aku nggak mau."

"Tapi...."

"Sebelumnya aku ngucapin terimakasih banyak sama kamu karena sudah menolongku, tapi maaf aku nggak bisa. Satu lagi jangan ganggu aku lagi dan jika sesuatu terjadi padaku lagi kamu nggak usah menolongku lagi. Aku pergi dulu."

Mira pun langsung pergi meninggalkan Edgar tanpa memberi kesempatan pada Edgar untuk menjelaskan alasannya.

Tbc

********

Jangan lupa vote dan komennya ya gaes 😄😄😄

Annoying Possesive GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang