35

6.2K 620 16
                                    

Happy reading guys

.
.
.
.

"Yasinta, kamu merokok?" tidak ada kelembutan yang terdengar dari nada suara Nike, yang ada hanyalah suara tegas nan dingin.

"Nggak, Ma."

"Terus kenapa kamu diskorsing?" Nike melempar surat skorsing Yasinta ke atas meja dengan kasar.

Bukan merasa takut, Yasinta malah dengan santai tiduran di atas sofa. Mulutnya tak berhenti mengunyah keripik singkong yang dibeli dari Supermarket tadi, Yasinta begitu menikmati makanannya tanpa memperdulikan Nike yang kini sedang menatapnya tajam.

"Ngikutin siapa kamu seperti itu?" Nike mengelus dada.

"Mama percaya gitu aja?" Yasinta melirik Mamanya sebentar. "Aku kira Mama yang lebih tau aku gimana," lanjut Yasinta.

"Papa percaya sama Yasinta," ucap Danu yang sedari tadi hanya diam melihat istri dan anaknya.

Berbanding terbalik dengan Nike, Danu malah menunjukkan ekspresi tenang tidak ada rasa marah atau kesal dari wajahnya. Sehabis membaca surat skorsing dari pihak Sekolah, Danu lebih memilih untuk percaya kepada Yasinta walau hatinya kini mereka kecewa karena Yasinta telah membohonginya.

Tidak ada hal yang paling membahagiakan bagi Yasinta melainkan ada seorang yang membelanya, terlebih lagi itu Papanya sendiri. Yasinta langsung merubah posisinya menjadi duduk, ia menciptakan senyum paling manis serta menunjukkan jari telunjuk dan jempol lalu dibentuknya menyerupai gambar love dan mengarahkan kepada Danu, pertanda bahwa ia sangat menyayangi Papanya.

"Hanya saja, selama ini kamu kemana saat pura-pura besekolah, Yasinta?" Danu menatap Yasinta meminta penjelasan.

"Papa gimana sih? Kenapa Papa malah belain Yasinta? Kalau dia beneran merokok gimana?" Nike tidak mengerti dengan jalan pikiran Danu, bagaimanapun juga Nike tidak mau Yasinta benar-benar merokok, maka dari itu ia harus menyelidikinya terlebih dahulu bukan malah langsung percaya saja.

"Kita dengarin dulu penjelasan dari Yasinta, Ma." Danu menatap lembut istrinya, mencoba menenangkan Nike. "Sekarang kenapa kamu pura-pura sekolah?" tanya Danu pada Yasinta.

"Yasinta takut untuk bilang ke Mama dan Papa," jawab Yasinta pelan.

"Tapi kamu tidak takut untuk membohongin kedua orang tua kamu." Danu menatapa Yasinta lekt.

Deg!

Jantung Yasinta terasa seperti berhenti berdetak. Ucapan Danu seakan menampar Yasinta karena selama ia pura-pura sekolah, tidak ada pikiran tentang bagaimana reaksi kedua orang tuanya, tidak ada rasa bersalah karena telah membohongi mereka, Yasinta malah menikmati sesi bersenang-senang kala Mama dan Papanya menganggap bahwa Yasinta sedang sekolah.

"Maafin Yasinta." Yasinta menunduk merasa bersalah.

"Terus kamu kemana?" tanya Nike.

"Main." Yasinta menggigit bibir bawah, ia tidak mengungkapkan bahwa sebenarnya dirinya pernah bersembunyi juga di sekolah.

"Sama siapa?" tanya Nike lagi.

Yasinta menatap Nike yang kini sedang menatapnya balik. Dari sikap Nike yang ramah terhadap Geri, Yasinta yakin Nike pasti menyukai Geri. Semoga saja Nike tidak akan marah jika Yasinta mengungkapkan yang sebenarnya.

"Geri, Ma."

"Cowok yang banyak bekas luka di tubuhnya itu ya?" tanya Danu.

"Iya Pa," jawab Yasinta.

"Yasinta kamu ngajakin anak orang bolos, ya?" teriak Nike.

Seketika Yasinta dan Danu langsung menutup telinga mereka. Suara yang mengalun keras itu membuat telinga mereka agak berdengung, memang benar kalau Ibu-ibu sedang marah menjadi sangat mengerikan.

Yasinta (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang