13

7.3K 735 20
                                    


Yasinta merubah posisi duduknya merasa lelah, sudah satu jam ia berada disana, menunggu seseorang yang sampai sekarang belum terlihat batang hidungnya. Sesekali Yasinta menelan ludah membasahi tenggorokannya yang terasa kering. Padahal Yasinta tidak sendiri di sana, tapi tak seorangpun yang mau berbaik hati untuk membelikannya minuman.

Ternyata tidak mempunyai uang itu sangat sulit, ingin membeli sesuatu pun tidak bisa, beberapa kali Yasinta memberi kode seperti batuk dan mengelus lehernya tapi tak ada yang peka jika dirinya butuh minum. Yasinta tidak tau apakah mereka memang tidak peka atau pada dasarnya pelit.

Melihat Anggi dan Revaldi yang duduk berduaan di pojok teras membuat Yasinta memanas, dua manusia itu sibuk bermesraan tidak menghiraukan jika sedang ada orang lain juga di sana, terasa dunia milik berdua. Lalu, Dandi dan Riki yang bersandar di depan pintu, mereka fokus terhadap ponsel masing-masing terkadang keduanya meracau tidak jelas, sesekali mengumpat ketika game yang di mainkannya kalah. Dan Alfian, laki-laki di depan Yasinta itu sedang tertidur dengan posisi duduk, mulutnya terbuka sedikit, tapi itu masih terlihat tampan di mata Yasinta.

"Kenapa nggak datang-datang, sih," gumam Yasinta.

Saat ini Yasinta, Alfian, Anggi, Revaldi, Riki, dan Dandi sedang berada di rumah Geri. Sebenarnya tadi saat pulang sekolah Yasinta berniat untuk langsung pulang ke rumah, tapi Alfian ngotot mengajaknya ke rumah Geri, alhasil Yasinta ikut. Lagipula, memang Yasinta ingin bertemu Geri, tapi lagi-lagi ia kecewa saat tidak ada siapapun di rumah Geri.

"Capek ya?"

Yasinta terkejut mendegar suara Alfian. Kapan Alfian bangun pun Yasinta tidak tau, mata sayu khas orang bangun tidur tercetak sangat jelas, sepertinya Alfian tidur dengan nyenyak tadi.

"Iya, ternyata menunggu itu nggak enak." Yasinta menopang dagunya di kedua tangan sebagai penyangga.

"Kalau enak mungkin banyak yang menunggu tanpa rasa sakit."

"Pada dasarnya semua yang dilakukan mengandung sesuatu yang menyakitkan," kata Yasinta.

"Yas kenapa lo nyari Geri, sampe mau nunggu kayak gini?"

"Kenapa lo ngotot mau ke sini juga? Maksa-maksa gue buat ke sini?" Yasinta menegakan punggungnya, penasaran dengan jawaban Alfian.

"Gue tanya malah balik nanya."

Sebenarnya Yasinta juga heran mengapa bisa ia seambisius ini mau menemui Geri, tapi yang jelas di hati kecilnya ada rasa penyesalan yang harus di tuntaskan. Wajah Geri yang berkaca-kaca dan marah membuat Yasinta ingin bertemu dengannya serta mengetahui kondisi Elsa.

Rasa penasaran juga terus menghantui Yasinta. Alfian yang tiba-tiba baik terhadapnya, padahal dulu Yasinta hanya bisa memandang dari jauh, tidak pernah terbayang sedikitpun di pikiran Yasinta ia bisa sedekat ini. Apakah karena Yasinta menolong Alfian waktu kecelakaan motor lalu, atau dugaan Yasinta selama ini benar jika Alfian disuruh Geri mendekatinya.

"Lo kenapa tiba-tiba baik dan dekatin gue?"

"Nggak boleh kalau gue mau berteman?" Alfian mengusap rambutnya ke belakang memperlihatkan jidatnya yang membuat Yasinta ingin menatapnya lama-lama.

"Y-yaa nggak apa-apa, sih." Yasinta mengerjapkan mata berusaha sadar agar tidak jatuh dalam pesona Alfian terlalu jauh. "Tapi kenapa tiba-tiba?"

Yasinta (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang