50

6K 530 35
                                    

HAPPY READING GUYS :D
.
.
.
.
.

Yasinta berjalan ingin mengahampiri Geri yang tengah menunggunya di depan kelas sebelas IPA 2. Mereka memang janjian akan bertemu di depan kelas Geri, tadinya Geri menawarkan ingin menghampiri Yasinta ke kelasnya, tapi Yasinta menolak.

Dari kejauhan, Yasinta menyernyit melihat Geri yang tengah duduk berdua dengan seorang gadis. Yasinta sebisa mungkin untuk bersikap biasa. Berjalan santai dengan menenteng dua kaleng minuman soda dan roti yang Yasinta beli dari kantin.

Rambut sebahu Yasinta digerai ke belakang, memperlihatkan leher putih tanpa mengenakan dasi. Untung saja, hari ini Yasinta belum bertemu Pak Ali, jika tidak sudah pasti Yasinta mendapatkan teguran.

"Ger, sebentar aja gue cuma mau bilang sesuatu," kata Ani mencegah Geri ketika laki-laki itu hendak pergi. Alhasil Geri kembali duduk di samping Ani dengan sedikit memberi jarak.

Yasinta berdiri tidak jauh dari Geri dan Ani. Yasinta sengaja tidak langsung menghampiri mereka berdua, Yasinta hanya ingin melihat seberapa jauh Ani bertindak dan apa yang akan Geri perbuat.

"Nggak bisakah kita temanan kayak dulu?" tanya Ani menatap lapangan yang biasa dipakai untuk upacara bendera, yang terlihat jelas dari tempat Ani duduk sekarang. "Gue rindu kisah masa kecil kita dulu."

"Kita berteman, cuma nggak bisa kayak dulu lagi," jawab Geri tanpa melihat Ani.

"Kenapa? Padahal kali ini yang gue minta bukan hati lo, kenapa lo nolak gue lagi?" Ani meneguk saliva membasahi tenggorokan yang terasa kering.

"Harusnya lo tau jawabannya." Geri melihat ke samping, tidak sengaja pandangannya bertemu dengan manik Yasinta. "Gue udah punya pacar, gue harap lo jaga jarak dengan gue."

"Apa karena berpacaran lo nggak bisa punya teman perempuan? Lo egois Ger, sedari dulu lo nganggap gue apa? Perasaan gue bukan mainan."

"Itu sebabnya gue nggak ngasih peluang lebih buat lo dekatin gue. Jadi lo jangan mempermainkan perasaan lo sendiri dengan menyalahkan orang lain." Geri mengambil nafas dalam lalu dihembuskan secara perlahan. "Jujur gue kangen diri lo yang dulu, yang ngomong apa adanya, walau kadang lo kasar atau ucapan lo sering buat gue sakit, tapi sebenarnya lo cuma nggak mau liat gue jadi orang payah. Tapi, sekarang gue kecewa An, lo beda. Lo bukan Ani yang dulu gue kenal."

"Gue janji bakal jadi Ani seperti dulu," ucap Ani.

"Jauhin gue," pinta Geri.

"Tapi gue sayang sama lo." Ani menggigit bibir bagian dalamnya.

Sebuah tangan tiba-tiba datang dan langsung menggenggam tangan Ani lembut, membawa jemari Ani menuju dada bidang milik seorang yang baru datang tersebut. Membuat Ani, bahkan Geri dan Yasinta yang melihatnya pun ikut terkejut dan terheran melihat aksi tidak terduga yang Alfian lakukan.

"Gue cariin ternyata di sini." Alfian tersenyum melihat Ani. "Ikut gue sebentar." Alfian mengajak Ani berdiri.

"Apasih, pegang-pegang." Ani berusaha melepaskan tangan Alfian, tapi genggaman Alfian begitu kuat hingga sulit dilepas.

"Lo bisa ngerasain 'kan denyut jantung gue?" tanya Alfian yang masih menaruh tangan Ani di dadanya.

"Nggak, tuh. Nggak ada."

"Gue cuma mau lebih dekat dengan lo." Alfian menatap Ani lekat. "Kasih waktu lo sebentar." Ani yang ditatap Alfian lembut tanpa sadar mengikuti langkah Alfian yang menariknya menjauhi Geri.

Yasinta menatap bingung Alfian. Dengan arah pandang masih melihat kepergian Ani dan Alfian. Yasinta melangkah mendekati Geri. Pikiran Yasinta berkecamuk melihat adegan di depannya barusan, ia tidak tau jika Alfian bisa memperlakukan Ani seperti tadi.

Yasinta (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang