Chapter 33

20.2K 1.9K 236
                                    

Vote and comment please
***

          Kafetaria khusus staff di rumah sakit umum daerah Jakarta siang itu tidak terlihat ramai. Karena sudah terbiasa dengan menu yang disajikan di sana, para staff seperti dokter dan perawat sering keluar untuk mencoba makan siang di tempat lain.

Namun beberapa staff yang cukup malas atau tidak sempat untuk keluar dari lingkungan rumah sakit, lebih memilih menghabiskan jam istirahat siang di kafetaria, seperti Nayaka Gayatri dan dua teman seprofesinya.

Setelah makanan serta minuman pesanan mereka diantarkan ke meja, mereka berbincang-bincang tentang pekerjaan dan masalah pribadi sambil makan siang. Tampak seperti rutinitas harian biasa, jika saja dua orang pria berjas hitam tidak tiba-tiba datang menghampiri.

"Dokter Nayaka Gayatri?" salah seorang pria berambut coklat bertanya dengan sopan, ketika menyela percakapan mereka.

Nayaka mengernyit, sementara kedua temannya melirik penasaran.

"Ya?"

"Saya mendapat pesan dari perwakilan dewan direksi rumah sakit bahwa anda sedang ditunggu ketua dewan direksi di ruang rapat khusus."

Nayaka meletakan sendok yang dia pegang ke piring, lalu menunjuk dirinya sendiri, memastikan. "Saya?"

"Benar."

"Tapi saya tidak merasa melakukan kesalahan, punya masalah ataupun berurusan dengan dewan direksi rumah sakit. Apa saya melakukan sesuatu sampai harus dipanggil?"

"Anda bisa menanyakan langsung pada beliau, dokter." Pria berambut hitam pekat menjelaskan.

Nayaka tidak menjawab, teman-temannya juga tidak mengatakan apa-apa, tetapi Nayaka menyetujui perkataan kedua pria itu tanpa penolakan.

Setelah meminum jus pesanannya, dia berdiri, memberitahukan teman-temannya bahwa mereka tidak perlu menunggunya sampai kembali, kemudian mengikuti kedua pria berjas tadi ke lantai lima rumah sakit—lantai khusus yang hanya dipergunakan oleh anggota pengurus, serta dewan direksi rumah sakit untuk kepentingan rapat internal rumah sakit.

"Permisi Pak, kami sudah bersama dokter Nayaka Gayatri." Pria berambut coklat mengetuk pintu ruang rapat paling ujung koridor.

Ketika mendapat respon dari orang yang berada dalam ruangan, pria itu lalu membuka pintu, mempersilahkan Nayaka untuk masuk.

Nayaka pikir ada beberapa dewan direksi rumah sakit yang ingin mendiskusikan sesuatu berkaitan dengan organisasi kedokteranya sehingga dia dipanggil ke ruang rapat, namun begitu mendapati hanya ada seorang pria yang dia kenali duduk di ujung meja rapat bersama dua orang asistennya, Nayaka terdiam di tempat karena terkejut.

Sementara pria itu, Nathaniel Arvino melirik kedatangan Nayaka tanpa memberikan reaksi. Dia hanya meletakan berkas-berkas yang sebelumnya dia pegang ke atas meja, lalu mengibaskan jarinya, berisyarat pada asisten serta orang suruhannya untuk segera pergi dari tempat itu.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Nayaka sinis, ketika sudah tidak ada orang lagi di ruangan selain mereka berdua. "Aku yakin tempat ini tidak ada hubungannya dengan keluargamu ataupun wanita itu."

"Benar." Nathaniel menganggukan wajahnya acuh-tak acuh. "Karena itu aku minta tolong pada seorang teman agar memberikanku posisi yang bisa membuatku berhubungan dengan tempat ini."

"Pria brengsek!" Nayaka menggeram, luar biasa kesal.

"Bukankah dulu kau bilang, kau paling suka melihat sisi ku yang seperti ini?" Nathaniel tersenyum tipis. "Sisi pria yang terlihat bisa mendapatkan apapun yang dia inginkan di dunia ini? Ah, atau kau sudah tidak menyukai sisiku yang seperti ini lagi sejak kau memutuskan berselingkuh dan tidur dengan laki-laki lain karena tidak puas dengan memiliki tubuhku saja?"

Let's test all the BorderlinesWhere stories live. Discover now