Chapter 18

16.9K 2.2K 295
                                    

Vote and comment please.
Royal & the Serpent — Overwhelmed
***

Pada keesokan harinya, Nathaniel mengejutkan semua orang di kantor dengan senyum simpul yang terbentuk di bibirnya ketika memasuki Grand Group building.

Pria yang padahal satu minggu belakangan membuat para karyawan tidak bisa bernapas dengan baik karena suasana hatinya yang buruk itu, bahkan sesekali membalas sapaan yang ditujukan padanya dan membuat semua orang semakin menganga lebar melihat sikapnya.

Selama ini, yang orang-orang tahu tentang Nathaniel Arvino adalah... dia akan bersikap ramah dan kooperatif hanya pada orang yang memberi keuntungan saja, seperti para investor, kolega, dewan direksi serta perwakilan perusahaan yang akan bekerja sama dengan Grand Group.

Sementara pada karyawan di kantornya, Nathaniel selau terlihat tegas, arogan, dan tidak menoleransi kesalahan sekecil apapun—yang membuatnya terkesan sangat perfection sehingga begitu mengintimidasi.

Maka aneh sekali rasanya mendapati pria itu tersenyum sejak pagi dan sama sekali tidak mengeluh selama rapat rancangan pembangunan berlangsung.

Alih-alih berkomentar, Nathaniel justru meneraktir para peserta rapat dengan kopi serta camilan ketika rapat akhirnya selesai, karena katanya, dia senang dengan hasil akhir yang mereka berikan.

"Apa anda sangat puas dengan site plan* yang dibuat tim Pak Helios, Pak Niel?" Tanya Gina, salah satu anggota staff sekretaris Nathaniel saat mereka berada dalam lift dan hendak kembali ke ruangan di lantai dua belas.

"Ya?"

Nathaniel yang beberapa saat lalu sepertinya sedang memikirkan sesuatu, langsung menoleh pada sekretarisnya. Lagi-lagi tersenyum simpul lalu mengangguk.

"Ah, ya benar, Helios dan timnya tidak pernah mengecewakanku."

Gina ikut tersenyum, wanita yang menyanggul rapi rambut panjangnya dan tengah mengenakan blouse gading berbahan lembut serta rok pinsil berwarna tosca selutut yang pas badan itu, sangat menyukai sisi Nathaniel yang seperti ini.

Tersenyum sepanjang hari, sangat tidak fokus dalam beberapa kesempatan dan terus-menerus mengusap wajahnya untuk menutupi raut tegang dan rona merah di tulang pipinya saat menoleh pada Gina yang berada di sampingnya.

Wanita itu dengan percaya diri menebak, Nathaniel pasti sangat menyukai penampilan baru Gina yang lebih feminim.

"Suasana hati Bapak terlihat sangat baik selama rapat hari ini." Komentar Gina malu-malu, dia mengalihkan tatapannya ke depan dan menatap Nathaniel dari balik pantulan pintu lift yang hanya berisi mereka berdua.

"Benarkah?" Nathaniel berdehem. "Aku tidak terlalu menyadarinya."

Gina tertawa sopan. "Atau, apakah ada hal baik lain yang membuat Pak Niel sangat senang? Bapak tersenyum sejak pagi."

"Hal baik?" Nathaniel mengerutkan keningnya tidak yakin.

Gina mengangguk. "Iya, seperti anda menang tender, anda mendapat penawaran kerja sama yang sangat bagus, anda menemukan restaurant yang sangat cocok dengan selera anda, atau bisa jadi... anda sedang jatuh cinta?"

Nathaniel tersentak, langsung menggaruk-garuk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal sama sekali mendengar kalimat terakhir Gina.

"Ya.... " Wajah Nathaniel menjadi panas. "Aku rasa, sepertinya memang ada hal baik yang terjadi padaku."

Senyum Gina semakin lebar.

Lalu tidak lama, ting—pintu lift terbuka di lantai dua belas. Nathaniel berjalan lebih dulu menuju ruangannya dan Gina mengikutinya masuk untuk meletakan berkas hasil laporan rapat yang sebelumnya mereka hadiri.

Let's test all the BorderlinesWhere stories live. Discover now