Part 17: The Letter

5.2K 981 114
                                    

Seokjin menyadari bahwa pengamanan di sekitarnya menjadi lebih hebat daripada sebelumnya, dan karena pihak militer yang menjadi pengawalnya adalah sekumpulan pria dengan tubuh tegap dan wajah serius, Seokjin agak sedikit kesulitan untuk mencerahkan suasana, pengawalnya benar-benar tidak pernah tersenyum.

Jadwal mereka di pulau Blu tidak terlalu berbeda dengan jadwal mereka di pulau-pulau sebelumnya, hanya saja Seokjin rasa Namjoon lebih santai ketika berada di pulau Blu, mungkin karena dia memang lahir di sini. Dia juga tidak mengatakan apapun lagi soal kemungkinan ada orang yang mengawasi Seokjin, tapi Seokjin tetap merasa khawatir dan dia ingin kembali ke istana secepatnya.

Seokjin menyeret langkah kakinya memasuki kamarnya di rumah Namjoon. Dia benar-benar tidak ingin melakukan apapun selain mandi, makan, dan tidur. Hari ini mereka menghadiri sebuah festival kecil di pantai dan Seokjin memanfaatkan kesempatan itu untuk berkeliling dan menikmati pantai sepuasnya, lalu sekarang dia tengah merasakan hasil dari kegiatannya berjalan-jalan dan berlarian di sekitar pantai, kakinya terasa pegal luar biasa.

Ketika dia membuka jasnya, Seokjin melihat sebuah amplop berwarna merah muda lembut yang diletakkan di atas meja nakas tempat tidurnya. Seokjin tidak melihat amplop itu sebelumnya dan dia tidak berpikir ketika dia meraihnya, membuka segel amplop dengan ujung kukunya dan mengambil surat yang tertulis di dalamnya.

Mata Seokjin melebar seketika ketika dia melihat isi surat itu, tubuhnya gemetar secara otomatis dan Seokjin menggigit bibir bawahnya, dia tidak mengerti kenapa surat itu bisa berada di kamarnya. Siapa yang meletakkan surat itu di sana? Jika surat itu bisa masuk ke dalam kamarnya, apakah itu berarti rumah Namjoon bukan lagi menjadi tempat paling aman di seluruh Blu?

Seokjin mendengar suara pintu kamar yang dibuka diikuti dengan langkah kaki memasuki kamar namun Seokjin masih terlalu terguncang untuk menoleh dan melihat siapa yang baru saja memasuki kamar. Seokjin berdiri diam di posisinya sementara suara Namjoon terdengar mengisi keheningan di kamar.

"Seokjin, Penasihat Yoongi menemuiku tadi, dia bilang kita harus..." Namjoon terhenti saat melihat Seokjin yang berdiri kaku di sisi tempat tidur, "Seokjin?"

Namjoon berjalan cepat melintasi ruangan dan menghampiri Seokjin, dia meraih pergelangan tangan Seokjin dengan perlahan. "Seokjin? Ada apa?"

Seokjin menoleh ke arah Namjoon dan memberikan lembaran kertas yang sejak tadi dipegang olehnya. Dahi Namjoon berkerut karena bingung tapi dia tetap mengambil lembaran kertas yang disodorkan Seokjin padanya. Namjoon menunduk untuk menatap kertas itu dan ekspresi wajahnya mengeras dengan seketika.

'Dear Prince Seokjin,

Aku tahu kenapa kau memilih Jenderal itu.

Akan tetapi, sayang sekali, Jenderal itu tidak akan bisa melakukan apapun untuk menjauhkanmu dariku.

Jika kau tidak berhenti mengurusi hal yang bukan menjadi urusanmu, maka Raja sendiri tidak akan bisa menyelamatkanmu dariku.'

Namjoon menatap Seokjin, "Dimana kau menemukan ini?"

Seokjin menuding ke arah amplop di meja nakas dan dia mendengar Namjoon mengumpat dengan suara rendah. Namjoon meraih pergelangan tangan Seokjin lagi dan membimbingnya untuk duduk di sofa yang ada di kamar mereka. Seokjin menurut saja, dia masih terlalu takut untuk bergerak, sebelumnya ancaman-ancaman yang dikirimkan olehnya tidak pernah mengguncangnya seperti ini, tapi Seokjin memilih untuk menikah dengan Namjoon agar dia mendapatkan perlindungan, dan sekarang siapa pun itu yang mencoba mengancamnya, mengetahui maksud dari Seokjin menikah dengan Namjoon.

Lantas, apa lagi yang bisa dilakukan Seokjin untuk melindungi dirinya?

Seokjin bisa mendengar Namjoon berbicara di telepon dengan seseorang, tapi Seokjin tidak bisa menangkap pembicaraannya karena dia terlalu sibuk memikirkan banyak hal lainnya.

Régalien Wedding [ ON HOLD ]Where stories live. Discover now