Part 13: The Square

7.5K 1.2K 187
                                    

Alun-alun yang mereka tuju untuk melakukan acara selanjutnya terlihat ramai walaupun garis batas untuk pengunjung telah ditetapkan. Orang-orang yang berkerumun itu berteriak saat melihat mobil kerajaan yang ditumpangi Namjoon dan Seokjin bergerak memasuki wilayah alun-alun.

Namjoon menaikkan sebelah alisnya ketika melihat ramainya tempat itu, bahkan dia melihat ada beberapa turis asing di barisan penonton dengan kamera ponsel terarah pada mobil mereka. "Remind me again why we're here?"

Seokjin tertawa ketika mendengar pertanyaan Namjoon, Seokjin menoleh ke arah kerumunan kemudian menatap Namjoon. "Well, Jenderal, kita harus datang ke sini karena walikota tempat ini akan memberikan sambutan pada kita secara resmi." Seokjin mengangkat bahunya, "Ucapan selamat datang."

Namjoon mengangguk, matanya tidak lepas dari kerumunan. "Ah, begitu."

Seokjin meninju bahu Namjoon dengan pelan, "Santai saja, kita hanya perlu tersenyum, bersalaman dengan walikota, dan mengucapkan terima kasih. Lalu kita bebas berkeliling alun-alun." Seokjin menunduk untuk merapikan penampilannya kemudian dia menatap Namjoon, "Ah, aku lupa bertanya soal ini."

Namjoon menoleh ke arah Seokjin, "Soal apa?"

"Apa kau pernah ke sini sebelumnya? Ke kota ini?" Seokjin bertanya dengan polos.

Namjoon mengeluarkan suara seperti dengusan karena menahan tawa yang hampir tersembur dari mulutnya.

"Should I take that as a 'yes'?" ujar Seokjin lagi.

Namjoon berdeham, dia menatap ke arah supir dan Daejung yang duduk di kursi depan. Namjoon bisa melihat Daejung bergerak gugup di kursinya dan supir mereka terlihat menggaruk bagian kerah dasi yang dipakainya. "Well, aku tidak tahu apakah aku diperbolehkan untuk mengatakan ini padamu." Namjoon menoleh ke arah Seokjin, "But, you're my husband so I gotta be honest with you."

Seokjin menaikka alisnya, "Oke, kenapa aku merasa aku akan mendengar sesuatu yang buruk?"

Namjoon melirik Daejung, "Daejung tentunya sangat mengerti tentang apa yang pasukan militer lakukan di sini saat hari libur, bukan?"

Daejung terlihat terkejut ketika mendengar pertanyaan Namjoon, dan Seokjin bisa melihat sosok Captain yang sebelumnya sangat berwibawa itu terlihat gugup.

"Apa yang sebenarnya kalian lakukan ketika berada di Pulau Lapis saat liburan?" Seokjin menggunakan nada tegas khas pangeran yang selalu digunakannya untuk memberi perintah dan arahan tegas. Dia tahu dia tidak akan bisa dibantah jika menggunakan nada itu.

Namjoon tertawa kecil, dia menatap Seokjin kemudian mengangkat bahunya. "We're here for dates, Seokjin."

Dahi Seokjin berkerut, "A date? You're here to meet with your lover or something?"

"No, kami tidak berkencan, kami mencari partner untuk berkencan. Tempat ini penuh turis, sangat mudah menemukan partner untuk kencan di malam itu dan kembali ke kehidupanmu sebelumnya di hari esok."

"Oh my God, are you saying that you went all the way here to look for some one night stand partner?!" Seokjin tidak tahu apakah dia menaikkan nada suaranya atau tidak, tapi melihat Daejung yang hampir melompat di kursinya, Seokjin pastinya menaikkan nada suaranya.

Namjoon mengangkat bahunya dengan santai, "I gotta be honest with you."

Seokjin memutar bola matanya dan dia bergerak untuk menurunkan kaca jendela mobil agar bisa mendapatkan udara segar, namun gerakan tangan Seokjin terhenti saat pengawalnya membuka pintu mobil lebih dulu dari luar. Seokjin tidak memperhatikan sekitar dan dia tidak sadar kalau mereka sudah tiba di alun-alun. Seokjin bergegas turun dari mobil dan segera memasang senyumnya karena hujan blitz kamera segera menerpanya.

Régalien Wedding [ ON HOLD ]Where stories live. Discover now