Ten

2K 195 9
                                    

Tavisha tidak bisa berkonsentrasi pada acara pernikahan sahabatnya yang sedang terjadi di depan sana. Fokusnya kini benar-benar terpecah karena seorang pria yang duduk di kursi tak jauh darinya. Pria itu terus saja memandangi dirinya tanpa berniat untuk beralih.

Begitu upacara pernikahan selesai dan para tamu beranjak dari duduknya, Tavisha langsung menghampiri Cedric yang kini tengah menaikkan sebelah alis seolah menanti wanita itu untuk mengutarakan sesuatu.

"Apa yang sebenarnya kamu inginkan ?!" Tavisha menyuarakan rasa frustasinya kepada Cedric dengan suara tertahan. Untung saja mulutnya bisa menahan keinginan otaknya untuk berteriak kepada pria kurang ajar yang berada di depannya ini.

Masih dengan wajah santainya Cecdric memasukkan kedua tangan ke dalam saku celana. "Aku hanya menghadiri acara pernikahan rekan kerjaku. Apa ada yang salah dengan itu ?"

Tavisha mendesis dan semakin menajamkan pandangannya kepada Cedric. "Aku juga tahu! Yang aku tanyakan adalah ini." Tavisha menunjuk mata Cedric dengan jari telunjuknya. "Apakah matamu itu tidak bisa menatap ke arah lain selain diriku tadi ?"

Cedric terkekeh. "Kedua mata ini adalah milikku, Tavisha. Aku rasa, kau tidak berhak untuk memerintah mataku untuk diarahkan kemana." tentu saja kalimat itu membuat Tavisha geram. Wanita itu lalu memilih untuk berbalik, lebih baik ia meninggalkan Cedric daripada semakin emosi dan menambah kadar kemarahannya.

"Mau kemana ?" tangan Cedric yang langsung mencekal tangan Tavisha dan membuat wanita itu kembali menatap ke arahnya. "Kenapa memangnya ? Kedua kaki milikku ini ingin membawaku pergi menjauhimu. Kau tidak berhak untuk mengatur kakiku, Tuan." setelah mengatakannya, Tavisha menghentakkan tangannya dan berlalu meninggalkan Cedric.

..........

Tavisha membuka kedua matanya yang masih lengket dengan perlahan. Setelah menyesuaikan cahaya yang berada di kamarnya, akhirnya ia bangkit dari kasur dan membuka tirai jendela. Matanya langsung menyipit tatkala sinar mentari langsung menerpa.

Ah, ternyata hari sudah siang. Padahal rasanya ia baru saja memejamkan kedua matanya tadi malam.

Tavisha menguap sembari meregangkan tubuhnya yang baru saja mendapatkan istirahatnya malam tadi. Wanita itu berniat untuk masuk ke dalam kamar mandi dan membersihkan diri ketika suara bel pintu kamarnya terdengar.

Dahi Tavisha mengerut, pertanda kebingungannya akan tamu yang baru saja menekan bel pintu. Dengan langkah ragu ia melangkah ke arah pintu untuk membukanya. Sebelum membuka pintu, Tavisha menilik ke arah lubang pintu untuk melihat siapa kah gerangan yang menjadi tamunya.

Saat melihat siapa yang kini tengah berdiri di depan pintunya, mood Tavisha langsung turun seketika. Ia menggeram kesal sebelum membuka pintu dan mendapati senyum menyebalkan yang terpasang di wajah sang tamu yang tak lain dan tak bukan adalah Cedric.

"Kebiasaanmu bangun siang ternyata belum berubah." tanpa dipersilahkan oleh sang pemilik kamar, Cedric masuk begitu saja. Hal itu membuat Tavisha semakin geram. "Scusme, ini kamarku dan kau tidak boleh masuk begitu saja ke dalam kamar milik orang lain."

Cedric menoleh ke belakang dengan menaikkan sebelah alisnya. "Apakah aku harus kembali ke depan dan bertanya apakah aku boleh masuk, begitu ?" Tavisha memutar bola mata. "Terserahlah, aku lelah berhadapan denganmu. Aku mau mandi."

Cedric memasukkan kedua tangan ke dalam saku celana lalu berkata, "Apa kau sengaja mengatakan itu untuk menggodaku ?" Tavisha yang sibuk dengan kopernya untuk mengambil baju ganti membalas, "Apa maksudmu ? Aku sama sekali tidak mengatakan sepatah kata pun yang mengandung indikasi menggodamu, Mr.Cedric."

Beberapa saat berlalu sampai akhirnya Tavisha menemukan pakaian yang hendak ia pakai. Wanita itu kemudian berdiri dan memutar tubuhnya lalu mendapati Cedric yang ternyata sudah berdiri begitu dekat dengan dirinya. "What are you doing ?"

Once Upon A TimeWhere stories live. Discover now