Fourteen

1.7K 178 12
                                    

Cedric tersenyum saat mendapati Tavisha yang masih tertidur nyenyak di kasur kamar hotel yang ia tempati. Tadi malam tentu saja Cedric tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk berdekatan dengan wanita yang membuatnya gila ini. Cedric membawa Tavisha yang tertidur di dalam dekapannya ke tempat ini.

Pandangannya baru teralih ketika ponselnya yang berada di nakas berdenting samar pertanda sebuah pesan masuk. Cedric menyeringai tatkala mendapati informasi yang bisa membuat pria kurang ajar itu terjeblos ke penjara lebih lama. Siapa yang suruh mencari gara-gara dengan wanita miliknya.

Cedric kembali menghadap kepada Tavisha saat ia mendengar wanita itu bergumam. Tak lama kemudian kedua kelopak matanya terbuka dengan kabut kantuk yang masih jelas terlihat. Tavisha mengerjab beberapa kali sebelum akhirnya mendapati kesadarannya kembali. "where am I ?"

"Tenanglah. Kau akan selalu berada di tempat yang aman jika bersamaku." jawaban Cedric sama sekali tidak membuat Tavisha puas. Wanita itu nampak mencebik sebelum bangun dari posisi berbaringnya. "Benarkah ? Aku malah berpikir, kalau kau adalah orang paling berbahaya."

Cedric tersenyum misterius. "Aku memang yang paling berbahaya. Tapi untukmu, aku bukanlah orang seperti itu." Tavisha memandang lekat manik coklat hazel di depannya dengan seksama, berusaha untuk menyelami arti dari ucapan pria itu barusan. "Apa alasan kenapa kau menyebut dirimu paling berbahaya ?"

Cedric mengangkat jari telunjuk dan menggoyang-goyangkannya di depan wajah Tavisha. "Easy, baby. Jangan terlalu terburu-buru. Aku tidak ingin kau kena serangan jantung karena mengetahui segalanya."

Mulut Tavisha mengerut tidak suka. Ia lalu bersiap untuk turun dari kasur. "Ya sudah, aku mau mandi dan segera pergi jauh-jauh darimu." namun dengan cekatan Cedric menahan wanita itu dan membuatnya terjatuh di atas tubuh Cedric. "Mau kemana ? Aku belum mendapatkan bayaranku."

Tavisha menelan ludah karena jarak mereka yang begitu dekat. "Bayaran apa ?"

"Tadi malam. Aku menyelamatkanmu, ingat ?" Tavisha terdiam sejenak sebelum ekspresi di wajahnya berubah kesal. "Kau tidak ikhlas membantuku ?! Kenapa meminta bayaran ?"

Cedric terkekeh sembari mengetatkan pelukannya pada tubuh Tavisha. "I do not do something for free, baby." Tavisha mendengus. "Baiklah! Kau minta bayaran berapa ?"

"Aku tidak butuh uang karena aku sudah punya terlalu banyak. Jadi, aku hanya akan memintamu untuk melakukan suatu hal."

"Apa ?"

Cedric memindahkan pandangannya ke arah bibir Tavisha sesaat sebelum kembali ke kedua manik milik wanita itu. "Kiss me."

Kedua mata Tavisha membelalak dan dengan spontan ia pun meronta berupaya untuk melepaskan diri dari pelukan Cedric. "Dasar pria mesum! Tidak! Aku tidak mau!" karena usahanya guna melepaskan diri tak kunjung juga berhasil, Tavisha pun meraih bantal dan memukulkannya pada wajah Cedric. "Pria gila! Pria kurang ajar!"

Cedric terkekeh lalu menggerakkan tangannya untuk menghentikan pukulan bantal Tavisha yang kian lama kian brutal. Hanya sekejab waktu yang dibutuhkan oleh Cedric untuk menghentikan aksi gila wanitanya. Ia pun membuang bantal itu dan semua bantal lain yang ada di atas kasur untuk mencegah Tavisha melakukannya lagi.

"Ok, cukup main-mainnya." setelah mengatakan itu, tanpa aba-aba Cedric merubah posisi menjadi di atas Tavisha. "Tidakpapa kalau kau memang tidak mau menciumku. Sebagai gantinya, biar aku saja yang menciummu."

Ekspresi di wajah Tavisha berubah panik, ia sudah membuka mulut bersiap untuk berteriak. Namun sial, ia kalah cepat. Cedric malah memakai kesempatan itu untuk meraup bibirnya dengan rakus dan memasukkan lidahnya ke dalam mulut Tavisha yang terbuka.

Once Upon A TimeWhere stories live. Discover now