Twenty One

1.3K 111 15
                                    

"Kenapa kau sekarang jadi manja begini?!" hardik Tavisha ketika Cedric menidurkan kepalanya di atas pangkuan wanita itu dan memintanya untuk mengelus rambutnya.

Cedric terkekeh sembari menarik tangan Tavisha untuk melakukan apa yang ia minta barusan. Lalu ketika jemari Tavisha akhirnya bergerak mengelus rambutnya, Cedric berkata, "Kau tahu, ibuku selalu melakukan ini padaku saat aku pulang sekolah. Dan ketika Ibu sudah meninggal, semua kehangatan yang aku rasakan darinya sirna begitu saja." pandangan Cedric yang semula mengelana kini kembali ia fokuskan kepada Tavisha. "Dan kemudian aku bertekad jika aku sudah menemukan seorang wanita yang tepat, aku tidak akan malu untuk bermanja-manja dengannya."

Tavisha menghentikan gerakan jarinya sesaat sebelum berkata, "Jadi, aku adalah wanita yang tepat eh? Bagaimana bisa? Seingatku, selama ini yang kita lakukan hanyalah beradu mulut."

Cedric menengadah menghadap Tavisha. "I don't know, aku hanya merasa yakin denganmu."

"Lalu, kita ini apa, Cedric?"

"Kau kan kekasihku." jawaban santai yang keluar dari mulut Cedric membuat Tavisha dengan spontan memukulkan tangannya ke dada pria itu. "Apa-apaan?! Sejak kapan aku menjadi kekasihmu, hah?!"

"Entahlah, aku juga sudah lupa. Yang penting kau adalah kekasihku."

"Tidak mau! Aku tidak mau menjadi kekasihmu."

"Lalu kau mau menjadi apaku? Ah, kalau jadi istriku kau pasti mau kan?" balasan Cedric membuat Tavisha berdecih namun tak hayal kini semburat kemerahan muncul di kedua pipi wanita itu. "Jangan bercanda terus, Cedric."

Cedric memberikan seulas senyum hangatnya sebelum kemudian meraih wajah Tavisha mendekat dengan kedua tangannya. "Aku tidak sedang bercanda, Tav. Apapun akan aku lewati untuk bisa menjadikanmu istriku." lalu setelah mengatakan itu, Cedric semakin menarik wajah Tavisha ke arahnya untuk memberikannya sebuah ciuman dalam.

..........

"Aku hampir lupa kau adalah pemilik perusahaan sebesar ini." ucap Tavisha dengan nada kagum ketika setelah sekian lama ia kembali menapaki gedung utama perkantoran Martell Corp.

Cedric terkekeh kemudian tanpa sungkan ia menarik tangan Tavisha dan menautkan tangan mereka. Tavisha yang semula sedang mengagumi gedung perkantoran Cedric dengan seksama, kini menghadap kepada Cedric dengan pelototan tajamnya. Tavisha langsung berupaya melepaskan genggaman tangan mereka di depan umum ini, namun seperti biasa ia selalu kalah dengan kekuatan dan kekeraskepalaan pria di sampingnya. "Aku ingin memperkenalkan calon istri bos besar kepada para karyawanku."

Mulut Tavisha menganga tidak percaya. Lalu, sebelum ia sempat memprotes, tahu-tahu saja mereka kini sudah berada di dalam lift khusus yang diperuntukkan untuk Cedric. Tavisha pun langsung menghentakkan tautan tangan mereka dan menghadapkan tubuh sepenuhnya kepada Cedric sambil bersedekap. "Apa kau sudah gila?"

"Kalau aku gila, aku tidak mungkin bisa memimpin perusahaan sebesar ini, Sayang." balas Cedric santai yang membuat Tavisha semakin geram. "Sebenarnya untuk apa kau membawaku kemari, hah? Aku yakin kau akan sangat sibuk dengan berbagai jadwalmu yang padat itu."

Tanpa memandang Tavisha, Cedric kembali bersuara dengan nada santainya, "Itulah gunanya aku membawamu kemari. Aku pasti akan merasa lelah." setelah mengatakan itu, Cedric bergerak perlahan mendekati Tavisha sampai punggung wanita itu menabrak dinding lift. Dengan seringainya Cedric menunduk dan berbisik, "Dan dengan kehadiranmu, aku bisa menciummu sehingga tenagaku akan langsung kembali terisi."

Lagi-lagi Tavisha dibuat menganga tidak percaya. Bertepatan dengan terbukanya pintu lift, Tavisha pun langsung mendorong dada Cedric dengan kuat. Wanita itu langsung berjalan cepat keluar dari lift dengan umpatannya yang tertuju untuk Cedric yang kini tengah memandangnya dengan tatapan yang menajam dan rahang yang mengeras.

Once Upon A TimeWhere stories live. Discover now