Four

2.4K 247 13
                                    

Tavisha lagi-lagi mendesah karena merasa resah dengan pertemuannya dengan pemimpin tertinggi Martel Corp yang sebentar lagi akan terlaksana. Kejadian di rumah Cedric sudah terlewat selama dua minggu dan selama itu pula Tavisha berhasil menghindari pria itu. Ia selalu menolak jika Ansell mengajaknya untuk bertemu dengan Cedric, beralasan jika dirinya sudah tidak terlalu dibutuhkan karena perjanjian kerja sama sudah disetujui.

Tapi, berbeda dengan hari ini, Tavisha tidak bisa menolak permintaan Ansell untuk datang sebagai perwakilannya. Karena sepupunya itu tengah pulang ke Indonesia untuk mengurus sesuatu yang teramat penting.

"Ms. Legger, Mr. Cedric sudah menunggu Anda di ruangannya." Steven menghampiri Tavisha yang tengah duduk di sofa ruang tunggu. Tavisha yang semula sedang menunduk, mendongakkan kepalanya. Dengan sigap wanita itu berdiri lalu mengikuti langkah Steven yang menuntunnya menuju ruangan sang pemilik perusahaan.

Steven mengetuk pintu dua kali sebelum membukanya dan mempersilahkan Tavisha untuk masuk ke dalam. Tak dapat dipungkiri selama menunggu pertemuannya dengan Cedric, jantung Tavisha berdetak lebih cepat dari biasanya. Dan kini ketika dirinya sudah berada di ruangan yang sama dengan pria beraura dominan itu, ia dapat merasakan keringat dingin mulai muncul di permukaan tangannya.

"Good afternoon, Tavisha." ok, Tavisha sudah tidak bisa lagi menghindar ketika telinganya menangkap suara rendah nan seksi milik Cedric. Tavisha langsung memasang senyum profesionalnya sebelum melangkah mendekati meja Cedric. "Good afternoon, Sir."

Bibir Cedric berkedut, berusaha menahan kekehannya karena gelagat gugup Tavisha yang masih nampak begitu jelas di matanya. Pria itu kemudian mempersilahkan Tavisha untuk duduk di sofa yang berada di tengah ruangan. "Please have a seat, Miss."

Cedric bangkit dari duduknya dan berjalan di belakang Tavisha menuju sofa. Pria itu menempatkan diri di single sofa yang berada di ujung. Sedangkan Tavisha, wanita itu memilih untuk mendudukkan dirinya di serong Cedric.

"So, Ansell sedang berada di Indonesia ?" tanya Cedric membuka percakapan. Tavisha menyilangkan kakinya sebelum menjawab, "Right, Sir. Ansell sudah berada di Indonesia sejak dua hari yang lalu."

"Berapa lama kira-kira dia berada di sana ?"

"One or two weeks, tergantung seberapa cepat dia bisa menyelesaikan persoalan yang ada di sana." Cedric mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. Ia lalu menyondongkan tubuhnya ke depan dengan pandangan tajamnya yang tak lepas dari manik Tavisha. "Kalau begitu, aku akan mengadakan pertemuan dengan Viano Corp lebih sering selama satu sampai dua minggu ini."

Mata Tavisha sempat melebar untuk beberapa detik. Tavisha tahu betul apa arti dibalik kalimat Cedric barusan, namun ia kini memilih untuk berpura-pura bodoh. "Apakah masih banyak hal yang perlu dibicarakan mengenai kerjasama perusahaan kita, Sir ? Sampai Anda ingin mengadakan lebih banyak pertemuan."

Cedric menunjukkan senyum miringnya. "Kamu memanggilku dengan Sir lagi. Apa kejadian dua minggu yang lalu membuatmu lupa dengan namaku, Tavisha ?"

Tavisha memejamkan matanya, mengumpati pria yang berada di serongnya itu karena sudah menyinggung kejadian yang sangat ingin ia lupakan. "Dua minggu yang lalu, sorry sudah menampar, Anda."

Cedric terkekeh, mengingat kejadian setelah dirinya mengecup bibir merona milik Tavisha, ia mendapatkan tamparan cukup keras di pipi kanannya. "No problem. Tamparan kamu malah membuatku semakin tertarik karena selama ini, para wanita akan berlomba-lomba untuk memberikan ciuman di pipiku. Tetapi kamu, kamu melakukan hal yang berbeda dengan menamparku."

Tavisha menatap pria di serongnya dengan pandangan gugup bercampur heran. Bagaimana bisa pria itu merasa tertarik dengannya ketika mendapatkan sebuah tamparan ?

Once Upon A TimeWhere stories live. Discover now