16

948 134 20
                                    

Senin, 04 Maret 2024

11 siang Waktu Indonesia Barat

🌾🌾

Happy reading, Hamia✨🧡

Kedatangan Rehan Gunandya di kawasan kelas sebelas tentu begitu menggemparkan. Ada apa gerangan abang kelas mereka datang ke ranah adik kelas. Berjalan seorang diri penuh keangkuhan dan semua orang menyingkir memberikan jalan untuknya yang diketahui sebagai putra tunggal kaya raya. Banyak gadis jatuh hati pada sosoknya, tetapi sangat disayangkan mulut Rehan sangat tajam ketika berbicara. Siapa pun pacarnya nanti, maka cewek itu harus siap mental dengan omongan juga sikapnya yang kasar itu.

"Eva!" Satu kata yang keluar dari bibirnya ialah sebuah nama.

Nama dari seorang gadis yang saat ini sedang membaca modul Matematika yang tebalnya setara kamus satu miliar. Hal ini dilakukan karena ketertinggalannya pada materi ekskul Matematik kemarin yang tak ia ikuti akibat bolos mencari absen guru.

Dug!

Mejanya ditendang keras hingga menimbulkan pergeseran. Fokus Eva menjadi kacau. Ia menoleh tajam pada sang pelaku yakni teman sekelasnya.

"Apaan sih!" umpatnya.

"Kak Rehan sebut nama kamu, Va!" Bukan pelaku tadi yang memberi tahu Eva, melainkan suara lembut sahabat yang duduk sebangku dengannya yakni Uma.

Lirikan mata Uma mengarah pada pintu membuat pandangan Eva ikut bergulir ke arah pintu kelas. Seketika matanya membola mendapati Rehan tengah menatapnya dengan tajam.

Astaghfirullah! Masalah apa lagi yang anak Kompeni ini inginkan dengannya?! Belum habis-habis juakah?

"Yakin lo?" bisik Eva pada Uma yang duduk di sebelahnya, dibalas anggukan kepala oleh gadis itu.

"Iya! Gue manggil lo anjing!" Rehan sudah keburu emosi. Cowok itu berdecak kesal dengan mata yang semakin tajam menatap Eva. Jika saja mata cowok itu adalah pisau, maka sudah dipastikan tubuh Eva akan koyak saat ini saking tajamnya benda itu.

Pasalnya kelakuan gadis itu sangat drama membuatnya emosi saja. Apa pula berbisik-bisik seperti itu dengan teman sebangkunya? Sudah jelas ia sebut nama cewek itu. Anak-anak kelasnya sendiri pun sudah memperingatkan, masih pula drama berbisik-bisik bertanya hal tak penting itu pada teman. Buang-buang waktu!

Namun, ternyata tak hanya Rehan yang tersulut emosi di sini. Eva pun ikut tersulut emosinya dikatai anjing seperti itu.

"Apaan sih! Manggil orang tuh baik-baik dong, nggak usah toxic. Kita nggak sedeket itu," cibir Eva berani.

Meski demikian ia tetap menutup modulnya tadi dan berjalan ke arah Rehan berada, melewati tatapan tajam anak kelas kepadanya. Tak berani juga menentang sepenuhnya cowok itu. Tak ada yang menjamin ketika Eva mengabaikan keberadaan Rehan dengan lanjut membaca modul, cowok itu akan datang dan membanting modul seharga ratusan ribu ini. Eva mencari aman, dia masih sayang buku-bukunya.

Bugh!

Tubuh mungil Eva terhuyung dan menabrak pintu kelas cukup keras akibat dorongan yang dilakukan Rehan pada ke-dua bahunya. Gila!

Cowok itu mendekat dan kini berdiri menjulang tepat di hadapan Eva. Sungguh sebuah tindakan yang sukses membuat Eva terintimidasi! Terbukti dari jemari Eva yang bergetar di bawah sana. Jelas takut diapa-apakan oleh cowok ini.

Ketua OSISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang