2

6.2K 656 277
                                    

Jumat, 13 Januari 2023

Selamat membaca 💚💛

***

Salahkan saja ia yang menggunakan pashmina dengan model melilit leher hingga masing-masing ujungnya menjuntai di belakang. Tubuhnya mundur dan kepala gadis itu mendongak mengikuti tarikan pada ujung kain panjang itu.

Ia memegang erat pashmina-nya yang menjuntai di belakang. Mempertahankan diri agar tak tertarik lebih jauh. Nyatanya kalah juga karena semakin melawan semakin terasa mencekik leher.

"Lepasin!" Ia mencerca. Ingin menoleh ke belakang, tapi lilitan di lehernya terlalu kencang hingga tak dapat gerakan kepala.

Di belakang sana berdiri salah satu anggota inti Kompeni yang bergelar sebagai perundung paling sadis seantero TB. Kabarnya beberapa anak yang menjadi korban memilih keluar dari SMA incaran ini demi kelangsungan hidup yang aman dan tenang.

Namanya Rehan Gunandya. Cowok itu bersandar di pintu dengan jemari tangan kanan mengetuk-etuk satu pahanya sendiri yang diposisikan menekuk. Sedangkan tangan kirinya menarik jilbab cewek dari kelas 11. Seorang adik kelas yang masuk sendiri ke dalam sini.

Ya, Rehanlah pelakunya.

Melihat cewek itu mundur dengan langkah yang tersendat-sendat seolah suatu kesenangan tersendiri untuknya. Tak heran ia mendapat gelar seorang pembuli paling sadis. Nyatanya ia memang suka menyiksa orang.

Seorang cowok bertubuh tinggi dengan kelopak menyipit tajam, tetapi bola mata hitamnya tampak lebar dan berkilau. Ia juga merupakan anggota inti Kompeni yang posisinya berjalan paling belakang tadi. Tak heran ia masuk paling terakhir. Arion Gazelle nama lengkapnya.

Ari berhenti tepat di pintu masuk melihat temannya yang sedang berulah. Siapa lagi jika bukan Rehan? Tangan Ari yang kekar menyentuh kepalan Rehan yang menggenggam ujung jilbab seorang cewek yang bukan anggota kelas ini.

"Lepas, Bro. Kasian," tuturnya.

Rehan mendengus. Namun ia tetap menurut akan ucapan sahabatnya itu. Melepaskan genggamannya pada ujung jilbab gadis yang menjadi mainannya sesaat membuat sang empu detik itu juga menoleh ke belakang.

Eva melotot kesal pada kakel yang baru saja menjailinya tanpa dosa itu. "Rusak jilbab gue!" geram Eva sangat kesal. Tak takut sama sekali menunjukkan ekspresi kesalnya pada Rehan. Jiwa-jiwa penakut tak layak menjadi ketua OSIS!

Memakai jilbab dengan mempertahankan ciri khas serta berusaha untuk tampil rapi bukanlah hal gampang. Lantas mudah saja Rehan menghancurkan itu semua?!

Merasa tak dapat respon balik, Eva mengabaikan hal itu. Ia mengedar pandang dan bertanya cukup kencang. "Ketua kelasnya mana?"

Sayangnya beberapa detik berlalu tak ada sahutan. Eva benar-benar diabaikan membuat gadis itu terpancing emosinya sendiri. Malas teriak-teriak, ia mendatangi kakel berbandana marron tadi.

"Kak, ketua kelasnya mana?"

"Gak tau." Cewek itu menyahut ketus dan sangat cuek.

Sumpah demi apa pun Eva juga sama muaknya. Sejujurnya absen yang ia bawa ini milik kelas ini 'kan? Tapi seakan-akan jadi Eva yang butuh sekali untuk meminta tolong mereka menyimpannya.

"Kemana?" tanya Eva lagi dengan datar. Tak tahu saja di bawah sana tangannya mengepal menahan emosinya yang hendak meluap-luap.

"Gak tau!" Agak ngegas. Pun kali ini pernyataannya penuh penekanan. Sepertinya kesal Eva tanyai terus sedari tadi.

Wah! Tidak tahu terima kasih sekali anak kelas satu ini, ya. Masih berbaik hati Eva membawakan absen ini pada mereka. Bisa saja Eva menolak ketika bu Minah menyuruh tadi 'kan?

Ketua OSISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang