7

2K 292 40
                                    

Selasa, 14 Februari 2023

***

Perlahan dari kepala hingga mengalir sampai kaki. Cowok itu menghabiskan satu botol air untuk membalas perbuatan Eva tadi padanya. Menumpukan tangan pada lutut hingga posisinya sedikit merunduk dan wajahnya kini berada tepat di depan wajah Eva yang hanya setinggi dadanya saja. Eva memejam erat. Ingin kabur pun rasanya itu adalah pilihan konyol yang semakin membuat malu.
Karena pastinya nanti sia-sia dan dengan mudahnya Arta akan mendapatkannya lagi.

"Gue belum puas balesnya. Masih kesel," ujarnya. Botol kosong itu digunakan untuk menepuk kepala gadis di depannya ini. Tidak kuat, kok. Hanya pelan karena ia tahu, baru disiram air begini saja sudah mau menangis. Apalagi Arta memukulnya 'kan? Namun, jujur saja ia masih kesal dan belum puas membalasnya hanya seperti ini. Tangannya gatal ingin menonjok orang.

Bugh!

"Aaaa!" Eva menjerit. Berjongkok dengan kedua tangan menutupi telinga tak ingin mendengar apapun. Ia terisak tak dapat membendung tangis lagi.

Bukan ia.

Bukan ia yang menjadi sasaran pukulan cowok itu. Lantas siapa? Maka perlahan ia menoleh ke belakang dan membelalak ketika Bima teman sekelasnya sudah terduduk dengan tubuh yang tertimpa meja kantin.

Seluruh tubuh Eva menggigil. Ia kehilangan kontrol diri walau sudah berusaha untuk tenang. Nyatanya ia memang setakut itu.

"Karena gue gak mukul cewek, jadi lo yang jadi penggantinya."

Riwayat Bima benar-benar sudah tamat hari ini. Cowok itu diseret ke tengah lapangan dan dihajar habis-habisan juga amat brutal. Walau sudah melakukan perlawanan, tetap sia-sia saja melawan Arta di sana. Si pemegang sabuk tertinggi yang tak perlu diragukan lagi kekuatan juga skill bertarungnya itu.

Ucapan Arta tadi membuat orang-orang kian mendera menyalahkan Eva kembali karena dianggap sebagai penyebab Arta menghabisi anggota OSIS seksi keamanan itu, orang yang tak bersalah dan tak tahu apa-apa.

Eva tak tahu kesialan macam apa yang menimpanya hari ini hingga datang bertubi-tubi. Ia mengusap air matanya sebelum menenangkan dirinya yang masih syok dengan semua yang terjadi. Saat ingin beranjak pergi, bahunya ditarik paksa untuk kembali menoleh.

"Tanggung jawab dong lo?!" Cewek itu langsung membentak dan melimpahkan kesalahan pada Eva.

Sudahlah, Eva rasanya ingin meraung sekeras-kerasnya ketika ternyata ada Salsa anggota geng Qotsa di sini. Apalagi ketika cewek itu menuntutnya untuk hal yang Eva tak mengerti.

"Lo apa-apaan sih!" bentak Eva balik. Ia sudah ingin kembali pergi sebelum tangannya ditarik paksa untuk tetap menetap di sini.

"Lepas setan!" umpat Eva keras. Napasnya memburu, antara masih syok juga emosi.

"Mau kemana lo hah?! Seenaknya lo pergi gitu aja?! TANGGUNG JAWAB! Pisahin Arta sama Bima sekarang juga! Mata lo buta hah?! Bima bisa matii!"

What?! Sudah gila ya menyuruh Eva melakukan itu. Kenapa tidak dia saja yang melakukannya. Lucunya menyuruh Eva melakukan itu. Dipikirnya Eva mau?

"Lo aja sana!" sentak Eva mendorong keras Salsa hingga cewek itu tersungkur di lantai.

Namun tak sampai di sana dramanya karena Melly dan Dina datang sebagai pahlawan kesiangan. Keroyokan saja terus, Eva mengepalkan tangan.

Dina maju dan langsung mendorong bahu Eva keras. "Lo Ketua OSIS! Udah tugas lo pisahin orang yang kelahi di sekolah. Dan lagi, Arta ngehajar Bima itu gara-gara lo! Ketos macam apa yang gak bisa lindungin anggotanya sendiri?!"

Ketua OSISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang