6

2.1K 301 53
                                    

Minggu, 05 Februari 2022

***

"Va!"

"Eh?" Eva tersentak kaget dan segera menoleh ke arah sumber suara. Ternyata Yana sudah berdiri di sebelahnya.

"Dih, ngelamun lo? Dipanggil dari tadi juga."

"Gak denger," sahut Eva pelan. Kepalanya celingukan memandang ke dalam kantor. "Udah selesaikah?"

Baru saja Eva menemani Yana ke kantor urusan perbendaharaan. Pastinya cewek itu menerima uang yang sangat fantastis untuk segala project dan kegiatan OSIS.

"Iya. Yuk balik ke kelas. Gue laper bangett tauuuu. Tadi gegara lo ribut sama geng Qotsa jadinya gak sempet makan keburu dipanggil rapat."

"Ih, gue lagi!" Eva berseru tak terima. "Mereka duluan yang mulai."

Yana memutar bola matanya malas. "Ngapain diladenin. Semuanya juga udah tau mereka emang gitu. Sok berkuasa terus kerjaannya cari sensasi. Diladenin mah nambah jadi."

"Definisi diladenin tambah jadi, gak diladenin ngelunjak," komentar Eva.

"Ya ayok ngobrolnya sambil jalan jangan diem di sini ajaaaa!" Yana jadi gemas sendiri.

"Na, temenin gue ke kantin bentar, yuk. Mau nggak?"

"Beli apa emang?"

"Pengen es. Haus banget gue. Gak ngebayangin lo jadi gue ngomong keras di ruangan tadi. Haus bet tau nggak sih?"

"Ya ampun, Vaaa. Kan lo bawa minum sih. Minum air putih biasa aja kenapa? Malah minum es. Ntar sakit lho."

"Ish, Yana!" kesal Eva seraya menghentakkan kaki. "Gak mempan minum air putih tuuh. Pengennya es aja lebih seger. Rasa jeruk nipis enak nih."

"Duuh, Va. Pengen banget ya lo? Pasti ngantri di kantin tuh jadi lama. Gue udah laper banget nih. Minum putih aja kenapa sih?"

Eva menghela napas. Jika diteruskan perdebatan ini maka tak ada yang mau mengalah. "Lo nggak mau nemenin gue?" tanya Eva sedih.

"Ya ampun, bukan gak mau, Va. Coba deh lo liat sekarang udah jam berapa. Nggak lama lagi bel masuk, mana kita juga belum makan. Lo belum sarapan udah mau minum es aja, ntar kembung tuh perut."

Eva mengembungkan pipi. Sebenarnya ia ingin sekali minum es, tapi apa yang dikatakan Yana memang ada benarnya juga. Mengalah sajalah. Sepengen-pengennya Eva minum es, tapi kalau sendirian ke kantinnya ya malas juga.

"Ya udah deh."

Namun, baru saja beberapa langkah bergerak menjauh dari teras kantor, nama Eva seketika dipanggil membuat kedua cewek itu menoleh kembali ke belakang.

"Sini bentar, Va!" ujar si sumber suara yang setelah dilihat ternyata adalah Adam.

Eva menoleh pada Yana. Memberi isyarat untuk Yana ikut Eva kembali ke sana. Seakan mengerti, Yana berkata, "gue nunggu di sini aja."

Eva berdecak dan menghela napas. Oke, tak apa. Ia berjalan ke arah Adam berada. Mendongak karena perbedaan tinggi. "Apa?" tanyanya.

Ketua OSISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang