4

2.7K 368 40
                                    

Senin, 23 Januari 2023

***

Perlahan Eva rasakan panas pada bola matanya. Benda hitam yang bulat itu memerih, nyaris saja jika Eva memejam maka buliran kristal itu pasti akan meluruh membasahi pipinya. Eva berusaha untuk menahan tangis sendiri. Kesannya akan semakin mempermalukan diri jika menangis di depan mereka semua setelah diperlakukan seperti ini.

Pak guru tersebut juga malah melanjutkan materi tanpa memperjelas status Eva, dipersilakan masuk atau tidak? Membuat Eva makin uring-uringan takut serba salah. Mau nyelonong masuk, tapi beliau belum kasih izin. Kalau asal keluar, nanti kesannya tidak sopan dan dianggap bolos.

Ketimbang tidak jelas seperti ini, Eva lebih baik bertanya walau sepertinya akan diabaikan. Tak apa, coba saja dulu.

"Pak!"

Ya, seperti perkiraan awal, panggilan Eva dilengahkan. Eva berdecak kesal di posisi seperti ini. Ia berdeham kencang hingga beberapa murid menoleh padanya. Biarkan saja mengganggu aktivitas belajar. Siapa suruh kacang!

"Jadi ini gimana, Pak? Saya boleh masuk tida-"

"Baik, saya cukupkan terkait bab hukum Pascal. Setelah tadi saya menjelaskan panjang lebar, kira-kira apa yang dapat kalian simpulkan?"

Eva berhenti bicara. Terlanjur muak duluan jika diabaikan seperti ini terus. Setelah ucapan Eva sengaja dipotong dengan beliau yang melontari pertanyaan, suasana kelas seketika hening sampai sekarang.

Eva bersedekap dada memandangi seisi kelas yang muridnya malah sok sibuk sendiri ketika guru bertanya. Sebenarnya tak hanya Eva yang pintar di kelas ini. Hanya saja rata-rata yang pintar itu pendiam dan gugup ketika disuruh menjelaskan atau berbicara di depan. Sedangkan yang banyak bacot hampir semuanya kurang pandai akademisi.

Bosan atas keheningan yang tercipta lumayan lama. Kita anggap saja itu sebagai karma untuk pak Erik agar tahu bagaimana rasanya dikacangin. Akhirnya Eva bersuara menginterupsi seisi kelas.

"Izin menjawab, Pak. Sedikit yang saya ketahui tentang hukum Pascal adalah bahwa hukum tersebut berkaitan dengan tekanan dalam cairan. Saya memang tidak menyimak sepenuhnya apa yang telah Bapak sampaikan tadi. Maka dari itu kesimpulan yang saya berikan adalah garis besarnya. Jika terdapat kekeliruan mohon koreksi."

Pengucapan yang lugas serta artikulasinya yang jelas akhirnya berhasil membuat pak Erik menoleh kembali pada Eva yang sampai saat ini masih berdiri di depan pintu. Guru mana yang tak tertarik pada murid seperti ini? Eva menjadi satu-satunya murid paling menonjol di kelas.

Tak menyia-nyiakan hal itu, pak Erik makin tertarik untuk menantang pengetahuan siswi yang katanya menjabat sebagai ketua OSIS ini. Beliau mulai memainkan ekspresi guna memanipulasi. Dahinya berkerut samar seolah bingung dengan apa yang baru saja siswi itu sampaikan. "Kata siapa?"

"Lah, kok kata siapa sih Pak? Hukum yang ditemukan oleh mas Pascal ini kan menyatakan bahwa tekanan eksternal yang diberikan zat cair dalam sistem tertutup diteruskan ke segala arah dengan sama besar." Jeda sejenak guna Eva menarik napas karena lumayan menges berbicara panjang tanpa koma. Saat itu pula hampir seisi kelas terbahak akibat Eva yang menyebut penemu hukum tersebut dengan 'mas-mas'.

Sementara Eva, tak peduli suasana kelas sedang ricuh, ia kembali melanjutkan penjelasannya yang sempat tertunda. Karena memang, jeda yang ia beri bukan untuk memberi waktu mereka tertawa, tapi karena memang Eva perlu ambil napas sebentar.

Ketua OSISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang