10

73 3 0
                                    

"See the flames inside my eyes, it burn so bright I wanna feel your love

Easy baby maybe I'm a liar, but for tonight I wanna fall in love

Put your faith in my stomach.."

Tangan Kafa masih lincah memainkan gitar itu, antara tepukan dan genjrengan senarnya terdengar pas bagi Rina.

Kafa sendiri tahu jika Rina sedang terpesona olehnya. Bukannya geer, tapi memang terbukti dari cara Rina menonton permainannya ini.

Kafa mulai menurunkan ritme gitarnya, melambat dan makin melambat.

"Put your faith in my stomach.." satu bait terakhir ini Kafa tutup dengan petikan gitar super lembut.

Hening beberapa saat, kemudian Hana bertepuk tangan. "Lo bahkan mirip Ed kalo main gitar begini. Powernya sama."

Kafa hanya bisa membalas dengan cengiran dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Thanks, anyway."

"Lo suka Ed Sheeran?"

"Errr... gak juga sih, gue cuma tau beberapa lagunya. Dia emang keren banget kalo udah main gitar. Kayak... orang pacaran. Asik sendiri."

Rina terkekeh.

"Gue baru tau lo jago nyanyi sambil main gitar." Rina melihat Kafa menyimpan gitar itu menyandar bagian samping nakas. "Kenapa lo gak pernah nyanyi kalo di sekolah?"

"Gimana ya gue jelasinnya? Err gue... ntar gue jelasin deh lain kali. Oke?"

Rina mengangguk tidak puas. Belum menjadi haknya untuk memaksa Kafa menjawab segala pertanyaannya. Bagaimanapun juga Rina tahu batas.

Seseorang tiba-tiba membuka pintu kamarnya, "Hi.. hoo! Nih bubur lo." Tere yang pertama masuk membawa semangkuk bubur. Rina menggeleng tidak suka, sudah selera makannya hilang, eh buburnya malah hanya bubur polos saja tanpa toping apapun.

Lia mengekori Tere dengan menggenggam segelas air mineral. Sedangkan di paling belakang, Gina membawa obat untuk Rina.

Tere menaruh bubur diatas nakas, "Sorry lama. Kalian ngapain aja disini?"

"Ngapain apa?" Tanya Kafa. Jangan salahkan Kafa karena dia mengartikan lain dari 'ngapain' yang Tere maksud. Karena sependengaran Kafa, nada dan makna yang Tere maksud itu seperti sedang menuduh Kafa memanfaatkan waktu berdua dengan Rina ini untuk berbuat yang tidak-tidak.

Mata Gina melirik ke gitar yang sebelumnya tidak dia lihat di kamar ini, "Salah satu diantara kalian pasti abis main gitar. Kalo Rina sih gak mungkin. Lo, ya Kaf?"

Sekali lagi, Kafa terkekeh sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "Ya.. gitu deh."

"Lo bisa ngegitar? Baru tau gue."Jana terkesima.

"Even he looks like Ed Sheeran." Puji Rina.

"Makan bubur lo!" leher Kafa tergerak mengarah bubur diatas nakas. Kafa sebenarnya merasa senang dipuji begitu. Tapi dia harus bisa mengontrol diri.

Kepala Rina tergeleng, "Buat lo aja deh."

"Lo!" Tere berteriak, "Gue udah capek-capek beli. Boncengan bertiga sama Jana, sama Gina. Diliatin sama sekumpulan cowok. Dan lo gak ngehargain kita?!"

"Easy!" jawab Rina berusaha menenangkan Tere. Dalam hati Rina merasa bersalah karena barusan dia bilang begitu. Bukannya bilang terimakasih seperti yang seharusnya. Memang kios bubur ini tidak terlalu jauh, tapi Rina tetap merasa bersalah atas sikapnya ini. "Sorry, gue cuma... ga napsu. Please dong ngertiin. Gue mual walaupun baru nelen sesendok."

Hold You CloserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang