26

1.1K 71 6
                                    

Saat Rina sedang memperhatikan pembicaraan Papanya bersama seseorang disana, Rina merasa ponselnya bergetar. Ketika Rina melihat notifikasinya, ternyata ada pesan dari William.

Kepo banget sih, kayak ngerti aja urusan politik.

Rina nyaris tertawa lepas begitu membaca pesan dari William. Sejak kapan dia mulai memakai bahasa gaul seperti ini? perkembangannya supaya tidak terlalu kaku itu ternyata cepat juga.

Whoaaa tau dari mana tuh 'kepo'? balas Rina.

Jika Rina dengan terang-terangan bisa memainkan ponselnya, berbanding terbalik dengan William. William tidak ingin dianggap tidak menghargai acara keluarga ini, makanya ia memainkan ponselnya di bawah meja sambil sesekali memperhatikan pembicaraan orang-orang disana takutnya tiba-tiba ada yang mengajaknya bicara.

Dari daftar bahasa masa kini LOL. Jalan-jalan yuk? Ke sekitar komplek aja.

Boleh. Balas Rina tidak sampai sepuluh detik.

Yaudah, kamu keluar duluan. Lima menit lagi aku nyusul.

Bukan tanpa alasan jika Rina menurut-nurut saja dengan permintaan William. Rina hanya tidak tahu lagi harus berbuat apa. Di meja makan itu Rina merasa mati gaya karena dia hanya bisa diam. Tempatnya duduk dengan tempat Reno duduk juga cukup jauh, kalau Reno sih enak, dia punya teman sebaya yang bisa diajak bicara di sebelah tempatnya duduk.

Kurang dari waktu yang dijanjikan William barusan, dia sudah menyusul Rina yang menunggu di teras. "Jalan kaki aja, ya?"

Rina mengangguk. "Kamu beneran googling tentang bahasa gaul?"

"Iya. Kamu bener juga sih, aku kayaknya kemarin-kemarin kolot banget, ya?"

"Baru nyadar." Rina tertawa.

Mereka berjalan beriringan keluar dari halaman rumah Karin. "Sepuluh tahun kemarin kan selalu ngomong Bahasa Inggris, bahkan sama keluargaku. Makanya aku agak shock culture."

"Keluarga kamu rame juga, ya?" seharusnya mereka memang jalan di trotoar, tapi karena trotoanya ditumbuhi tanaman dan hanya menyisakan sedikit, maka Rina yang berjalan di trotoar sementara William berjalan di jalan aspal.

"Emang kamu enggak? Aku juga kaget lihat keluarga besarku jadi makin besar."

"Keluargaku juga rame, tapi kalo lebaran doang. Kadang-kadang mereka berkunjung sih, tapi gak pernah serame ini kalo bukan lebaran."

"Aku denger kamu bikin kue, ya, waktu aku gak dateng kerumah?"

Rina terkejut, "Hah?! Tau dari mana?"

"Kemarin aku liat kue-kue kamu di buffet. Kamu kenapa tiba-tiba mau masak gitu?"

"Aku waktu itu lagi beli novel, terus ngeliat buku resep masak. Terus aku jadi pengen beli juga, tapi aku milih cara buat kue kering. Pas lihat, ternyata lucu-lucu, aku jadi pengen bikin semuanya."

"Tapi kamu bikinnya kebanyakan. Aku denger kuenya sampe di kasih-kasihin gitu, ya?" William tertawa.

Rina yang sedang menyeimbangkan jalan di garis lurus yang berada di trotoar itu langsung saja memutuskan untuk berhenti jalan. "Pasti tau dari Reno! Awas ya dia!"

"Kamu gak mau kasih aku?"

"Emang kamu mau? Kamu kan bisa buat sendiri, maksudnya, bikinan kamu kan lebih enak."

"Aku sukanya yang gratisan."

Rina berdecih. "Idih... sama." Lanjutnya.

Mereka berdua tertawa bersamaan.

Hold You CloserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang