46. SEBATAS INGAT

59 9 9
                                    

One Only ~ Pamungkas

Pagi-pagi sekali Melda sudah duduk di kursinya. Setelah berdebat panjang dengan Ayahnya tadi malam Ia memutuskan untuk tetap bersekolah di SMA Matahari, tidak akan pindah kemana pun.

Melda ingin tidur selagi masih pagi, tapi sepertinya tidak akan terjadi saat suara pekikan terdengar.

"Melda!..." Teriak Sinta yang disusul oleh lainnya.

"Lo udah sekolah." Ujar Erin, pertanyaan Bodoh seperti biasanya.

Melda menghembuskan nafasnya saat ketiga temannya duduk di bangku masing-masing. Dan masih sama, jika Nesa adalah orang yang paling irit bicara. Terlihat setelah sibuk Nesa langsung menyibukkan diri dengan buku.

"Lo buta, Rin?" Tanya Sinta masih suka berdebat dengan Erin. "Pake ditanya segala, jelas-jelas Melda pake seragam SMA Merdeka, duduk di kelas ini bawa tas bawa buku pasti makanan, Iya kan Mel?"

Melda mengangguk. "Iya gue udah bisa sekolah lagi, Rin."

"Tuh kan,"

Ah, hanya 3 minggu Melda tidak bersekolah, Semua tetap sama kecuali materi pelajaran sampai mana dijelaskan. Melda tersenyum tipis.

Semakin lama bersama mereka, Apa yang aneh akan menjadi hal biasa dan yang biasa pun bisa terdengar lucu ditelinga dan dari situ sifat asli dari masing-masing akan terbuka.

Kali ini Nesa mengangkat suaranya. "Gimana kabar Lo?" hanya sebatas pertanyaan yang mungkin akan banyak dipertanyakan oleh anak lain ataupun para guru nantinya.

Melda menoleh ke sumber pertanyaan. "Baik udah mendingan banget. Dokternya pada jago jadi bisa cepet sekolah deh."

"Syukur deh," ucap Nesa. "Dokternya ngedukun biar lo cepet sembuh." lanjutnya tergelak..

"Emang ada Nes?" tanya Erin serius.

"Kali aja,"menghendikkan bahu, Nesa membalikkan badannya kembali ke mejannya.

"Hu... si Nesa mah kaga ada asik-asiknya," Erin mendengus sebal."Kerjaannya sok sibuk ngurus, buku, kelompok, kelas, panggilan Osis atau palingan ketemuan sama si Doi itu juga gue pasti ngira bahas pr. Masa dari dulu pacaran kagak pernah tuh gue liat keuwuan lo," ujarnya dengan nada menyebalkan.

Sinta dan Melda menahan tawa saat Nesa memukul Erin dengan buku tebal.

"Dapet transfusi ilmu dari buku. kasian otak lo kosong tapi nyaring mulutnya." Ujarnya semakin menggelakkan menghiraukan Erin yang mengaduh sambil membuka mulutnya.

"Ulangan sama pr aja masih sering minta dikasih tahu, jangan sok dulu." Untuk pertama kali Nesa mengejek dengan nada mengancam natural. Tangannya menutup mulut menahan tawaan geli.

"Hayo lho Rin gak dikasih contekan lagi sama Nesa," timpal Melda terkekeh.

"Terserah lo deh Nes." Yang ternyata dibalas dengan tidak kalah galak dari Erin. Lalu seperti rayap, Erin mendekat ke arah Sinta dan Erin dengan cengengesan.

"Kan masih ada Lo berdua." Ujar Erin selanjutnya.

Melda terkekeh. "Harus dapet izin dulu dong dari Nesa."

Erin menjauhkan badannya dengan wajah cemberut. "Tau ah, serah." Lalu bersedekap.

"Yee.. Ngambekkan,"

"Canda Nes, gitu aja diambil ati," Nesa kembali berucap.

Dengan mudahnya Erin mengubah raut wajahnya, tersenyum nyengir. "Gue tau kok, kalian cuma bercanda, hehe.."

Melda mengambil dua kotak yang Ia bawa, lalu seperti biasa menaruhnya didalam laci. Lalu seketika menyadari apa yang Ia bawa.

"Terus kabar Lo sama Ardhan sekarang?" tanya Erin tiba-tiba. "Oh iya lo ganti nomer? lo harus tau kemaren Ardhan nelpon gue katanya sih cuma pengen kabar tahu kabar lo. Kan aneh,"

Pertanyaan yang sebenarnya ingin dihindari.

Sinta menyenggol lengan Erin, melototi cewek itu dengan mimik wajah memberi instruksi agar diam.

Erin menutup mulutnya sendiri seolah baru mengerti kehidupan asmara Melda dengan Ardhan sedang bermasalah. "Aduh lupa, Sorry ya Mel,"

-Atau ingin disebutkan selesai?

Melda menunduk lesu tidak menjawab apapu, dia meraba-raba laci meja. Meremas sesuatu aneh, cewek itu merautkan alisnya ketika mendapati 6 bunga mawar dilacinya, masing-masing tertali pita dengan tulisan yang sama.

'MAAF'

Hanya satu kata itu saja yang tertulis disetiap ujung pita merah itu.

Sinta dan Erin saling menatap sebentar.

"Itu semua dari Ardhan, Mel." Ujar Sinta bercerita. "Semenjak Ardhan udah sekolah lagi dan Lo masih gak sekolah. Dia sering banget ke sini buat ngasih ini ke laci." Sinta menunjuk bunga-bunga yang dicekal Melda.

"Iya Mel."

"Bahkan dia ngebuhungi semua anak. Cuma pengen tahu kabar Lo aja." Tambah Sinta.

Menggigit bibir bawahnya. Ekor mata Melda beralih ketika Erin ikutan menyaut lagi.

"Gak itu aja sih Ardhan sering kemari juga cuma pengen duduk dikursi Lo." Erin menggeleng heran. "Bahkan katanya kemaren dia mau inisiatif buat ganti kursi dikelasnya sama ini kursi."

Melda semakin mencengkram kuat bunga-bunga di tangannya. Tangan dan kakinya kaku, bergetar menjalar ke seluruh tubuh.

Harusnya putus cinta tidak semenyakitkan ini. Kecuali jika kamu benar-benar tidak ingin memutuskannya.

"Rin. Sin! Udah deh," peringat Nesa menyalakan.

Melda berdiri membawa kotak-kotak bekalnya. Tidak berpamit, langsung berjalan ke meja belakang.

"Hayo Lo kalian. Melda lagi patah hati, jangan sembarangan ngomong." Baru kali ini Nesa mendengus kesal atas ucapan mereka. "Harusnya kalian bisa peka dikit dong sama situasi apalagi perasaan Melda sekarang."

Tanpa menjawab malah saling menyalahkan. Erin dan Sinta meruntuki mulutnya masing-maisng.

Mereka melirik ke belakang. Terliha Melda memberikan dua kotak bekal makannya hari ini kepada Nando dan satu lagi random kepada anak di sekitarnya.

Sempat khawatir. "Lo bener gak papa Mel?"

Melda mengangguk pelan dengan senyuman khasnya. "Tanks ya kemaren udah nganter." Lalu melenggang ke arah kursinya lagi.

Mungkin setelah ini Ia akan jarang membawa bekal 2 kesekolah.

Sebaiknya Ia akan menyeringkan saja untuk makan dikantin bersama teman-temannya.

Duduk kembali dikursinya. Melda hanya tersenyum mendapati pertanyaan dari teman-temannya. "Nanti ke kantin kan?"

lalu mengatakan itu.

***

PART JNJ pendek karena mager nulis😭🙏

Aku biasanya apis publis aku langsung nulis part selanjutnya walau cuma 1 paragraf. Seenggaknya masih mau nulis.
wkwkkw

Dan, sebenernya part ini masih panjang tapi karena aku ingin uptade jadi aku bagi jadi 2 part.

Makasih sudah membawa. ❤️

Tentang Dia [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang