18 - Yori

1.9K 106 7
                                    


Happy Reading

Senin besok adalah hari dimulainya Penilaian Akhir Semester Ganjil. Chika dan Christy fokus pada kegiatan belajar yang intensif. Rutinitas video call malam Badrun dengan Chika yang selalu berakhir jadi bugil ditiadakan sementara. Curhatan Christy via chat juga dihentikan. Agar pikiran mereka bisa fokus belajar. Hal itu dimanfaatkan Badrun dan Mira untuk berbicara dari hati ke hati.

Kejujuran terkadang memang pahit, namun Badrun memilih tidak ingin semuanya berakhir menjadi kepahitan dan penyesalan. Brengsek memang menyembunyikan perselingkuhan di belakang pasangan. Ah, daripada mengulang kembali istilah itu, Mira sendiri tetap berharap Badrun menikahinya kelak. Firasat - firasatnya dibiarkannya menjadi misteri dalam hati. Selama lelaki itu tetap baik dan sayang, Mira tidak akan pernah bertanya banyak hal. Lebih memilih diam.

"Mau bawa aku ke Ibu?"

Badrun manggut. "Biar Yori nanti kenal dulu sama kamu, akrab. Terus Yori cerita ke Ibu gimana kamu. Semuanya akan diceritain Yori apa adanya."

Mira senang mendengarnya, secercah keseriusan Badrun makin terlihat, "Kapan Yori ke sini?"

"Habis ujian. Kalau ngga ada remed. Kebanyakan mabar. Hahaha..."

"Yori lucu sih. Tiap ditelpon mabar terus."

"Mira." Mata Badrun lembut menatap kekasihnya.

"Iya. Nyaut."

"Ibu sama Bapak kamu setuju kalau kamu nikah sama aku?"

"Harus."

"Gimana caranya? Selama ini kamu ndak pernah pulkam," tanya Badrun.

"Aku tidak bisa nikah secara negara, ya cukup secara agama sama kamu. Gimana pun caranya yang tanpa perlu restu Bapak kalau ngga mau tanda tangan nanti." Mira sedikit emosi.

Badrun menyentuh kedua pipi Mira dengan telapak tangannya. Perlahan diusap, menepikan rambut panjangnya. "Hei, kenapa ngomong begitu?"

"Aku tidak berniat mempersulit kamu nikahin aku, Drun."

Ia menunduk, berpikir. Tetap membiarkan kedua tangannya di wajah Mira. "Aku ndak punya uang untuk resepsi. Mungkin ndak akan pernah cukup."

"Drun, Mira janji tidak akan pernah memberatkan kamu. Juga apapun mas kawin dari kamu, akan Mira terima. Nikah secara agama atau di KUA, asal sama kamu." Wajah Mira memerah, blushing. Tersipu malu. Badrun mengecup kening Mira.

"Makasih ya udah ngertiin aku."

"Makasih juga udah mau jadi pacar aku." Mira terkekeh.

"Mira tetap kerja di sini kan?"

"Kamu?"

"Kalau Bapak sama Ibu Richard mengizinkan, ya aku mau tetap kerja di sini sama kamu," ucap Badrun. "Sampe punya anak."

"Yori aja jadi anak. Hehehe," tukas Mira tertawa.

"Anak barbar yang hobi mabar."

"Kita kan pacaran belum lama, Drun. Aku yaa.... kepengen ngerasain pacaran setelah nikah. Aku juga masih muda. Puas - puasin seneng - seneng sama kamu."

"Huuu, gemes!" Badrun mencubit hidung Mira dan ditepis karena terlalu keras. Hidung mancung putih itu nampak memerah.

"Aku pacaran baru sama kamu, dicium, pelukan, kasih liat itu aku, semua baru ke kamu."

"Belah durennya sama aku habis nikah." Badrun cengengesan.

"Maunyaaaa...." Mira mencubit pipi Badrun.

Bidadari Badung 3 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang