1 - Pekerjaan Baru

10.4K 208 17
                                    


Ini bukan lanjutan dari cerita Bidadari Badung 1 dan 2 sebelumnya. Hanya judulnya aja karena cast-nya masih tetap Chika, Badrun, dan Mira. Ceritanya ringan, bahasanya ringan, konfliknya ringan dan standard. Banyakan manis - manis dan drama. Iseng aja ditulis karena gabut. Buat yang suka silahkan dibaca dan vote. Cerita ini bisa saja akan ada adegan dan narasi dewasa 18++ nya.

Happy Reading

Badrun menunduk di sebuah kursi bersama puluhan orang lainnya yang berwajah sedih di lorong sebuah kantor. Ia masih berpakaian putih biru seragam satpam. Ia sedang menunggu giliran dipanggil HRD di dalam, apakah kontrak kerjanya akan diperpanjang atau tidak. Kantor Badrun sedang mengalami kesulitan finansial, sehingga harus mengurangi jumlah karyawannya sebanyak 30%. Kebanyakan yang terkena dampak adalah karyawan kecil dan yang berstatus kontrak.

"Badrun!"

Yang dipanggil namanya pun masuk ke dalam ruangan. Badrun pesimis ia akan berlanjut. Di usia yang 21 tahun, pengalaman pekerjaannya baru 2 tahun. Dan sekarang sudah terancam kena PHK. Sebelumnya ia bekerja serabutan di Jakarta.

"Kinerja kamu selama ini bagus, rajin. Belum pernah membolos atau terkena SP. Kontrak kamu berakhir minggu depan ya?"

"Iya, Bu."

"Kami mohon maaf, kontrak kamu tidak dapat kami perpanjang. Karena kamu karyawan kontrak, tentu tidak ada pesangon. Karena aturannya memang demikian. Kamu bisa memahami ya?"

"Paham, Bu," Badrun menunduk saja, tidak berani menatap HRD staf.

"Tapi karena kinerja kamu cukup bagus, perusahaan hanya bisa memberikan ya katakanlah kompensasi kebijaksanaan dari keputusan ini. Di dalam amplop ini ada uang dua bulan gaji kamu. Mudah - mudahan bisa dipakai untuk keperluan atau hal lainnya."

Badrun mengambil, amplop itu dari tepi meja dan menggenggamnya kuat. "Terima kasih, Bu. Saya permisi."

Badrun keluar dengan langkah terhuyung. Ia tak dapat menahan kesedihannya. Ia teringat Ibu dan adiknya di kampung yang membutuhkan biaya hidup sepeninggal Bapaknya. Adiknya masih berusia 9 tahun, kelas tiga SD. Ibunya berjualan kecil - kecilan. Rencananya ia akan mengirimkan gaji yang satu bulan penuh untuk Ibunya. Sisanya akan ia gunakan bertahan hidup di kerasnya Jakarta sambil mencari pekerjaan baru.

Ia menangis di halaman kantor yang selama ini banyak memberinya pengalaman dan teman - teman yang baik. Kepalanya dibenamkan di antara kedua lututnya.

"Sabar, Drun," Udin, rekan kerjanya menepuk - nepuk bahu Badrun menenangkannya. "Gue cuma diperpanjang tiga bulan."

"Selamat ye, Din..." ucap Badrun gemetar.

"Gue janji bakalan cariin lo kerjaan baru. Gimana pun lo udah baik banget sama keluarga gue, Drun. Banyak berkorban lo sama hidup gue. Gue hutang budi." Udin ikutan menangis.

Badrun mengangguk. Lalu keduanya tenggelam dalam kesedihan yang mendalam.

°°°

Tiga minggu berlalu, Badrun memilih puasa saja untuk menghemat uangnya. Untuk sementara ia keluar dari kost dan tinggal bersama Udin. Namanya hidup sama keluarga orang, Badrun tau diri. Ia sesekali mengajukan surat lamaran pekerjaan ke beberapa perusahaan terdekat. Namun satupun belum ada yang tembus. Mau jadi ojol, tapi ngga punya motor. Gajinya selama ini belum cukup untuk menyicil kredit motor. Lebih sering ludes untuk keperluan keluarganya dan pribadi. Uang yang ditabung pun paling 10% dari gajinya selama ini yang UMP. Uang tabungan itu juga akan ia gunakan untuk keperluan mendadak adiknya yang bersekolah.

Sore itu, Udin baru pulang kerja. Ia menemui Badrun yang sedang nongkrong di luar bermain ceki bersama beberapa warga. Karena di dalam terasa pengap dan gerah.

Bidadari Badung 3 [END]Where stories live. Discover now