8 - The Moment

2.6K 141 24
                                    


Happy Reading

"Woy, Chikungunya, napa lo ngga sekolah?" tukas Eli di video call.

"Mager mau sekolah, hahaha. Ada kabar apa, El?"

"Wah, ner bener lo! Ara nanyain elo. Gue bilang tanyain aja sendiri. Marahan ya?"

"Lagi ngga mood aja megang hape."

"Tar malem dateng kan ke ultah gue?"

"Pasti lah, El. Sama Ara."

"Bener ya? Bawa kado. Awas kalo kadonya kecil. Hahaha...canda woy!"

"Hahaha, iya. Udah gue siapin. Tenang aja."

"Banyak tugas juga, Chik!"

"Iyaa, santai. Haha. Eh, gimana Papa Gita?"

"Ah iyaaa sori. Gue udah jadiaaaan...."

"Aaah gila. Gue kelewaaat. Kapan jadiannya?"

"Tadi di sekolah. Gue kira Gita bakal ga romantis, Chik. Dia nembak gue di lapangan, berlutut, terus ngasih gue kalung ini." Eli menunjukkan kalung yang diberikan Gita saat pernyataan suka Gita ke Eli, "....Trus dari lantai dua sama tiga dilempar potongan kertas sama stereofoam jadi kek salju gitu. Aaaah, seneng banget. Ga nyangka Papa Gita kanebo bisa romantis gitu."

"Kirimin kirimin videonya. Fix ga mau tau!"

"Iya tar gue kirim semua ke email elo. Hahaha..."

"El, gue mau ngomong sesuatu di chat ya?"

"Oke oke. Gue tutup ya?"

"Ho oh. Byee..."

Chika melepaskan airpodsnya dari telinga dan mengetikkan sesuatu di Line. Ada curhatan yang ingin ia sampaikan ke Eli. Biasanya Eli memang menjadi pendengar yang baik sekaligus mengkritisi setiap sikap Chika yang menurutnya kurang tepat secara subjektif. Meski demikian Chika kadang - kadang menuruti nasihat sahabatnya.

°°°

Christy menemani kakaknya di dalam kamar. Ia bersandar di bahu Chika. Chika menutupi tubuh mereka dengan selimut. Aktivitas seperti ini sebenarnya tidak terlampau sering mereka lakukan. Biasanya jika sehabis mereka bertengkar hebat, baru lah Chika dan Christy seperti ini saling meminta maaf. Ya memang kali ini Chika berbuat hal yang sama tentang sikapnya. Bahkan sebelum Badrun bekerja, Chika juga sudah sering marah - marah. Namun, ada satu hal yang membuat Chika tersadar bahwa masih ada yang memperhatikannya dengan tulus.

"Iya, aku maafin," ucap Christy.

"Udah, gitu doang?" Chika menaikkan kedua alisnya.

"Tuh kan mulai. Mau gimana deh, Kak?"

"Iya, engga kok, engga. Kak Chika bercanda. Hahaha...." Chika mengacak - acak rambut Christy lalu menciuminya gemas. Lalu saling membalas gelitik dan mengobrak abrik rambut, tertawa ceria sampai keduanya lelah, kemudian Christy terkulai di bawah ketiak Kakaknya. Nafasnya terengah. Chika mengatur nafasnya yang tersengal.

"Dek, nanti malem jadi kan temenin Kakak?"

"Harus. Kakak yakin berangkat sama Ara?"

"Makanya Kakak minta kamu ikut."

"Kenapa ngga putus aja sih?"

"Kakak takut, dek. Bingung. Ara orangnya nekat, temperamen. Kalo aku diapa-apain gimana?"

"Ya bukan berarti harus bertahan sama pacaran toxic kayak gini kan, Kak? Papa udah pernah minta Kakak putus lho!"

Chika kembali terdiam setiap ditanyakan bagaimana cara putus dengan Ara. Cukup sulit sebenarnya. Mereka satu sekolah, satu kelas, setiap hari bertemu. Putus hubungan sebaiknya memang disepakati kedua belah pihak, jika hanya Chika yang ingin mengakhiri, maka akan selalu ada celah dari Ara untuk memaksa Chika kembali. Dan kekasaran Ara akan terus berulang tanpa henti. Terlalu sering rasanya Ara memperlakukan Chika secara toxic maupun abusive dalam hal emosional dan fisik.

Bidadari Badung 3 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang