16 - Bad Liar

4.2K 124 11
                                    


Play lagu di atas ya

Happy Reading

Jatuh cinta dan nafsu seks yang menggelora akan selalu menjadikan dua insan mencari cara menuntaskan hasrat keduanya. Baik rutinitas yang biasa mereka lakukan sampai saat nafsu itu sudah berada di puncak kepala dan tak tertahankan untuk dilepaskan dari benak. Seolah menjadi sebuah prioritas darurat. Tak lagi dipedulikan mengenai resiko dan akibat. Kepuasan dan syahwat adalah dua hal terpenting yang tidak bisa ditunda.

Malam itu pukul 22.05, Badrun dan Mira seperti biasa sedang berbincang di pos jaga di malam hari usai bekerja. Membicarakan hal - hal kecil masing - masing yang mereka alami sepanjang hari. Meski sepele, komunikasi tetap harus dilakukan. Saling terbuka, saling bicara. Seremeh apapun. Sebagai kalangan menengah ke bawah, tidak banyak hal yang bisa mereka bicarakan di pekerjaan yang terkesan monoton. Tapi itulah yang memperkuat mereka, sederhana dan enggan berpikir yang terlalu tinggi tanpa bisa digapai oleh mereka. Bicara sesuatu yang ada dalam jangkauan. Agar ketika hendak mencapainya, tak terlalu sulit meraihnya.

Ponsel Mira bergetar, ada sebuah telepon dari Chika.

"Iya, Mbak Chika?"

"Mbak Mira, ada Kak Badrun ngga? Kayaknya lampu kamarku mati. Rusak mungkin. Tolongin ya gantiin."

Chika mengintip dari atas sembari menelepon.

"Ooh, iya, Mbak Chika. Nanti saya bilangin."

"Ada apa, Mir?"

"Mbak Chika minta tolong gantiin lampu kamarnya."

"Ooh, ya udah. Aku ke atas. Kamu istirahat ya? Aku sekalian tutup pos."

Mira mengangguk. Ia duluan ke belakang mengikuti anjuran Badrun. Sementara lelaki itu usai membereskan pos, langsung ke garasi mengambil tangga, lampu cadangan di gudang, dan naik ke lantai dua. Di atas ada Bu Richard yang menunggu, Badrun minta izin masuk ke dalam kamar Chika. Setelah diperbolehkan, Bu Richard kembali masuk kamar tidur. Di dalam kamar Chika, hanya di terangi ring light yang mengarah ke pintu.

"Mana lampunya yang rusak?" tanya Badrun pada Chika yang sudah memakai piyama hendak tidur. Ia meletakkan tangganya di bawah yang lampu yang ditunjuk Chika.

"Kak..." Chika mencolek.

Begitu Badrun menoleh, ia didorong Chika ke sudut ruangan di belakang pintu kamar. Chika dengan liar mencumbu bibirnya dan sambil membuka piyama atasnya hingga bertelanjang dada. Dominasi diambil alih Badrun yang membalik situasi, gantian Chika yang ia pojokkan. Di tengan keremangan cahaya, Badrun pun melumat bibir gadis di hadapannya, tangannya menjelajah meremas kedua belah payudara Chika. Memainkan puting susunya hingga Chika mengerang pelan.

"Kak, besok lagi ya di mobil?" bisik Chika.

"Mau yang lain?" tantang Badrun. Ia kecup bibir Chika. Tatapannya menggoda.

"Apa?"

"Oral seks. Mau kan?"

"Woo...mau banget. Ajarin ya? Chika belum pernah."

Badrun mengangguk, "Udah ya? Nanti dicurigain kalo kelamaan."

"Iya..."

Sebelum Badrun menyudahi, Chika memelorotkan celananya. Membiarkan Badrun meraba seluruh tubuhnya secara cepat. Payudara, perut, dan kemaluannya. Ia butuh sentuhan Badrun agar hasrat seksualnya terpenuhi malam itu dan bisa tidur dengan nyenyak. Ciuman mesra sudah cukup bagi Chika. Badrun memandangi gadis itu yang bertelanjang bulat di kamarnya.

"Daaah...."

"Mmmuuaaah...love you, Kak..." bisik Chika.

"Love you too..." satu kecupan bibir, sebelum ia meninggalkan kamar.

Bidadari Badung 3 [END]Onde histórias criam vida. Descubra agora