15 - Desire

4.1K 117 25
                                    


Terima kasih antusiasmenya

Happy Reading

Hari itu tumben Chika minta diantar menggunakan Alphard. Padahal mobil itu biasanya dipakai Pak Richard bersama sopir dari kantor. Terpaksa Bapak dua anak itu mengalah dan memilih menggunakan X5. Pagi itu Chika berpenampilan sesuai keinginan Badrun. Rok abu - abu panjang ditambang long sleeve hoodie hitam. Mungkin Chika sedang kedinginan. Christy berpenampilan seperti bisa, atasan putih dan bawah rok panjang biru.

Christy memilih duduk di depan, Chika mengalah di belakang. Tirai seluruh mobil bagian belakang ditutup Chika. Entah apa maksudnya. Badrun menurut saja. Sepanjang jalan Christy meletakkan ponselnya di dashboard dan menonton film yang belum ia sempat lihat semalam. Chika mengutak - atik ponselnya.

"Chris, naik sepeda gimana?" tanya Chika, coba perhatian.

"Dikit lagi bisa kak, nih berkorban dengkul!" jawab Christy, matanya tetap fokus ke layar ponsel. Ia menunjukkan luka di lututnya.

"Haha...kapan - kapan kita sepedaan bareng, Dek."

"Sama siapa, Kak?"

"Dek, sini. Aku bisikin."

Christy mendekatkan telinganya ke kakaknya. Ia dibisikkan sesuatu yang membuat Christy terkekeh. "Ih ga mau ah, Kak. Malu!" Ia mengedikkan bahunya berkali - kali dan menautkan alis. Lalu melanjutkan nonton. Chika ngakak di belakang sana. Sementara Badrun melirik Chika dari kaca spion.

Sepuluh menit kemudian sampai di sekolah Christy. Ia nanti pulang sekitar pukul 12.30, Badrun harus menjemputnya tepat waktu. Setelah ini mengantar Chika ke sekolah. Gadis itu tetap duduk di belakang.

"Kak, cari tempat agak sepi ya? Minggir sebentar," pinta Chika menunjuk, badannya dicondongkan ke jok depan.

"Mau...ngapain Mbak?" Badrun melirik wajah Chika dari samping.

"Aku ada kejutan. Hehehe." Tatapan Chika menggoda, ia lalu mengecup pipi Badrun.

Badrun menelan air liurnya. Sudah merasa Chika akan meminta bercumbu di mobil. Ah, sejak awal seharusnya ia menyadari kenapa Chika minta naik mobil ini. Jok belakang yang nyaman dan lega, bisa direbahkan, ada tirai, lengkap sudah. Mobil lalu menepi di dekat taman tidak jauh dari sekolah. Taman itu sudah tak terurus jadi tak banyak orang lewat.

Chika menarik tangan Badrun agar ia duduk di jok belakang. Tak lupa ia menutup juga tirai pembatas antara jok depan dan belakang. Chika lalu melepas hoodie nya.

"Kak, liat..." Chika meminta Badrun fokus melihat dirinya yang membuka kancing baju seragamnya.

Mata Badrun terbelalak, "Kamu ngga pake beha dari rumah?"

Chika menggeleng, "Hehehe. Suka ngga?" Ia membuka lebar pakaian seragamnya, memperlihatkan kedua belah payudaranya yang bulat, perut dan pusarnya.

"Pantesan pake hoodie. Nakal ya?" Badrun menowel hidung Chika, dan mengusap payudara Chika lembut.

Tangan Chika melingkar di leher Badrun, bibir mereka saling bertaut, mengecup perlahan. Tatapannya seduktif, "Mau kejutan lagi ngga?"

"Apa?"

Chika melepaskan tangannya, ia mengangkat rok panjangnya sampai batas pinggang, "Tuh!" Mata Chika menunjuk ke bawah.

"Astaga, Chika!" Badrun makin terperanjat, "Kamu ini bener - bener ya? Ga pake celana dalam juga dari rumah? Nekat banget!"

Chika membuka lebar kedua kakinya, kali ini ia makin berani menampakkan kemaluannya yang masih perawan dan masih ditumbuhi bulu halus tipis. Jelas Badrun bisa melihat garis vagina vertikal yang rapat itu, dan klitoris mungil.

Bidadari Badung 3 [END]Where stories live. Discover now